Dari Cetusan Seorang Kawan…

Pernah menemukan jawaban untuk pertanyaan ini, “Cowok yang ganteng itu seperti apa, sih?”

Sepintas, pertanyaan ini mudah untuk dijawab. Tapi kalau kita melihatnya secara tidak sepintas, pertanyaan ini akan menimbulkan jawaban melebar yang menjauh dari topik. Ini pertanyaan yang rawan, khususnya bagi perempuan.

Pertanyaan ini hanya menanyakan, seperti apa cowok yang terkategorikan “Ganteng”, sebenarnya. Tapi kenapa berdasarkan data-data yang diperoleh kawan baik saya, hampir semua jawaban yang diberikan 27 responden malah menjurus untuk menjawab lo-mau-cowok-yang-kayak-gimana-buat-ngedampingin-sisa-idup-lo…????

Pertanyaan ini diajukan kawan baik saya yang juga seorang penulis, tujuannya untuk apa saya tidak tahu. Tapi yang jelas ia sudah cukup cerdas dan kritis untuk mengajukan pertanyaan yang mungkin teranggap tidak penting untuk ditanyakan (Nggak juga, sih. Kayaknya emang penting kali, ya! Soalnya udah ada lebih dari lima orang cowok –yang sebenernya, sih, mereka ganteng– yang nanyain hal itu ke saya sebelumnya. Tapi ya secara lisan, nggak dalam tulisan. No problemo tapi lah, toh mereka juga bukan penulis).

Ini jawaban acak secara umum (??? Ngomong opo thoooo, sok ngilmiah…) yang saya temukan sebagai jawaban yang janggal untuk menjawab pertanyaan dari kawan saya :
Menurut kalian, cowok Ganteng itu seperti apa ?

  1. Nyantei, ga grasak-grusuk kayak aku…
  2. Ga suka tebar pesona,,, yux,,, ga suka cowo kayak gitu (yg suka tebar pesona)
  3. Baiiiiiik banget!!! Penting itu!
  4. Ramaaaaaaaaaaaaaah banget!!!
  5. Seenggaknya bisa jadi imam salat!!! Ini juga penting
  6. Ga suka GR, jaim. Menghormati semua orang
  7. Pinter (itu penting!)
  8. Asik diajak ngobrol, punya kharisma laaaah
  9. Fleksibel
  10. Yang penting sih dapet chemistry-nya
  11. Tanggap, peka, pandai mengendalikan suasana
  12. Lebih tinggi dari aku
  13. Bisa mengayomi
  14. Baek
  15. Dewasa
  16. Punya sense humor yang baik
  17. Harus cinta banget ma JC
  18. Ga pemarah
  19. Tanggung jawab
  20. Setia
  21. Punya prinsip, ga disuruh orang mau aja
  22. Dia punya sesuatu yang mati-matian dibelanya
  23. Ngertiin keadaan orang lain
  24. Ga banyak protes dan keukeuh sama pengennya
  25. Tau kapan harus mengekang dan kapan harus membebaskan
  26. Ga asal suka sama cewek cantik dan eksis
  27. Seimbang iman, akhlak, otak, tampang, penampilan
  28. Kalo lagi pacaran mengarah kepada tujuan yang baik
  29. Deket sama orang tua
  30. Wawasan luas
  31. Ga berlebihan
  32. Suka olahraga
  33. Punya keahlian sendiri
  34. Bisa nyetir
  35. Harus baek juga, sabar, perhatian, dewasa
  36. Ga pemdiem, aga cerewet
  37. Ga sombong dan rendah hati
  38. Setia, perhatian
  39. Ngangenin
  40. Unpredictable
  41. Berani
  42. Galak
  43. Menantang
  44. Bisa jagain ceweknya


Huahahahaha….apaan tuh?

Bukan berarti 44 jawaban itu adalah jawaban salah. Jawaban-jawaban itu dapat terkategorikan sebagai jawaban, namun dalam kacamata saya jawaban-jawaban itu lebih cocok dilontarkan bila pertanyaan diganti dengan, “Selain ganteng, cowok seperti apa yang kamu mau, yang bisa bikin kamu jatuh cinta berkali-kali sama dia?” atau, “Apa yang harus dimiliki cowok supaya ganteng-nya dia itu bisa lebih terlihat?”

Dalam pandangan saya sendiri, pertanyaan, “Cowok ganteng itu seperti apa?” adalah pertanyaan yang lebih mempertanyakan kenapa sih mulut kamu tiba-tiba berucap, “Gilaaaa, ganteeeengggg!!! Banget banget banget!!!” setelah pandangan kamu tertumbuk pada seseorang.
Lebih terarah pada fisik yang ia miliki dan tingkah laku yang ia tunjukkan, menurut saya.

Ada satu jawaban yang cukup membingungkan saya, begini,

“Ya jadi menurut aqu ‘ganteng’ itu tergantung ‘mata’ yang melihatnya bukan ‘hati’ yang ‘merasa’. Tapi kelebihannya kata ‘ganteng :
Ganteng beda kali ya ma cakep; ganteng itu lebih ga ngebosenin
Ganteng g harus WAH… g harus KEREN tapi kalo kita(cewek2) ngeliat si ganteng hati lebih merasa senang riang karena dy punya ketertarikan sendiri (cat. arkiar : mungkin bukan ‘Ketertarikan’, tapi ‘Daya Tarik’…maknanya beda…jauh banget malah. –Tk.arKiar-)”

Perhatikan bagian yang saya beri warna yang mencolok, yah…

Maunya apa, sih?? Katanya ganteng itu tergantung pada mata, bukan hati, namun pada poin selanjutnya jawaban ini malah membahas bahwa kalau kita melihat si Ganteng itu maka hati kita akan merasa senang riang. Berarti, dalam hal ini, hati masih dipakai dong? Tuh, kan, maunya apa…???

Lagipula, menurut saya jawaban ini lebih tidak sumbang apabila pertanyaannya, “Orang kayak apa yang kamu kecengin?”

Dhsssssssssaaaaaaaaaaaaaaaaasss…

Tapi saya juga sadar, setiap orang punya pendapat yang berbeda-beda dalam mengungkapkan sisi-sisi kegantengan para cowok. Mungkin bagi mereka itulah yang dimaksud dengan ganteng versi mereka dan sekaligus, itulah yang mereka inginkan dari laki-laki. Ya, saya juga mau lah sama cowok yang kayak gitu mah, tapi saya tidak akan mengategorikannya sebagai ciri-ciri ganteng, saya akan memasukkannya ke dalam kategori, ini-nih-cowok-yang-harus-gua-dapetin-sebagai-jodoh-gua.

Mmmmmm, ada yang ingin saya tambahkan, bagi saya Ganteng itu sebenarnya terbagi dua. Ganteng pada pandangan pertama dan ganteng pada pandangan selanjutnya setelah mengenal lebih dalam. Kawan penulis saya mungkin kurang teliti dengan pertanyaannya. Harus disadari juga bahwa kalimat pertanyaannya masih terlalu umum, “Cowok ganteng itu seperti apa?”, mungkin akan lebih memberikan jawanban yang menjurus akurat apabila ia memperjelasnya dengan, siapa-cowok-yang-dimaksud, dalam arti cowok-yang-baru-gua-liat-di-mall atau cowok-yang-selama-ini-duduk-di-bangku-depan-gua.

“Orangnya tinggi, putih, kekar, matanya tajem, idungnya mancung, bibirnya kecil, rahangnya kotak, alisnya teges, dagunya belah, ga pake jerawat, jalannya gagah, cara makannya elegan, ketawanya renyah. Semi jas-nya bikin bahunya tambah bidang, kemeja merah hatinya tuh nyetak flat perutnya jelas banget. Wah, gilaaaaaa…ganteng banget tuh orangggggg…!!!” ini yang menurut saya definisi ganteng pada pandangan pertama.

“Waktu gua lihat dia lagi ngetik, kelihatan banget serius sama cerdasnya. Kalau gua denger dia argumenan, kedenger banget aura berhasilnya. Kalau dia lagi bercanda, kerasa banget sopannya. Terus gua lihat dia nggendong anak kecil dan anak kecil itu nyaman banget ketawa sama dia, wah kagumlah. Terus kemarin dia nyuci mobil pake celana pendek sama kaos kegedean, wah basah-basahnya dia tu seger banget diliat. Eh, waktu lebaran gua salam-salaman sama dia, dia pake baju takwa putih sama sarung biru sama peci hitam…duuuh, shaleeeeeh. Kemarin lagi gua lihat dia netesin air mata, wah perasaannya ternyata seganteng fisiknya. Minggu kemaren babeh gua jaga malam sama dia dan paginya dia kerja bakti, wah babeh gua aja salut. Terus minggu kemarennya, dia kepilih jadi ketua RT! Bahkan taun depan, Pak RW juga mau ngangkat dia jadi mantu.” ini yang namanya harapan saya…uuups..hehe, maksud saya, ini dia opini saya tentang cowok yang ganteng pada pandangan-pandangan selanjutnya.

Tapi pastinya nggak ada lah cowok yang seperti itu mah. Baik dari versi teman-teman maupun versi saya –terutama yang dijadiin pak RT–. Kalau sampai ada pun juga bukan karena dari sononya tapi karena kita yang menginginkannya dan mati-matian menjadikan pacar kita untuk menjadi orang yang seperti itu.
Dalam perenungan saya yang berhari-hari (huh, baru juga kemarin dapet ide ini), saya menyimpulkan ini. Setiap laki-laki itu pada dasarnya ganteng, nggak ada lah yang jelek mah. Tapi memang menurut perempuan ada momen-momen di mana laki-laki itu terlihat ganteng dan terlihat nggak ganteng (susah amat, bilang aja langsung, Jelek dan Hina Dina Nista…).

Laki-laki ganteng kalau…

  1. Pakai baju taqwa putih, sarung biru, peci hitam
  2. Pakai polo-shirt polos yang didalemnya didobel kaos putih
  3. Main gitar dan nyanyi
  4. Ngetik di komputer dengan muka yang serius tapi sebelumnya dia senyum dulu sama saya… (huahahahahahaha…ini mah namanya k-e-n-a-n-g-a-n….!!!!)
  5. Hunting foto sosial (bukan fotografer model-model supercantik)
  6. Lagi ngaji
  7. Rambutnya wet look, di-spike gitu lah
  8. Presentasi dan jawab pertanyaan dengan gaya tegas dan berdiri terus gerakan tangannya meaningfull banget
  9. Nyetir mobil (Nggak usah yang mewah lah, mobil dengan logo empat lingkaran yang saling besambungan juga bolehhhh…huahaha…audi…)
  10. Main sama anak kecil dan anak kecilnya ngenjoy
  11. Cara makannya sopan, elegan, manner bangetlah.
  12. Ngerjain kerjaan rumah, terutama nyuci mobil, motong rumput, jemur baju
  13. Mau ikut ronda dan kerjabakti dan bersedia jadi Pak RT..awawawaw

Laki-laki walaupun mukanya sangat ganteng mirip Tom Cruise, David Beckham, Brad Pitt, Leonardo Do Caploki..eh..Di Caprio…akan terlihat sangat hina kalau…

  1. Duduk di pinggir jalan (jongkok) terus bilang, “Neng… neng…!! Suit suittttt…” sama tiap cewek yang lewat
  2. Pake gaya sok ngeRock di acara konser atau meet and greet

Nah, buat para lelaki… Mungkin ini bisa jadi bahan rujukan, bagaimana-agar-terpandang-ganteng-sama-perempuan...hehehe...




Arkiar. Feb 07.
[Thanks buat Ferdy]

Antara Taman dan Toilet...



Mungkin bukan hal yang baru atau unik juga, ya kalau kita mbahas masalah halaman yang indah dengan WC yang bobrok. Saya juga yakin, nggak cuman sekolah saya, SMAN 3, aja yang punya masalah aib kayak gini. Tapi nggak apa-apa, kan kalau kita bahas tentang ini, yah itung-itung buat nambah referensi betapa-orang-Indonesia-sangat-nggak-peduli-sama-WC-padahal-mereka-butuh-boker-dan-pipis-oia-sama-ganti-pembalut.

Pertama kali masuk ke SMA ini, tamannya nggak sebagus yang saya pajang di sini. Nggak rapi, berantakan, nggak asri, nggak hijau, nggak ada bangku, kolamnya jelek, nggak bisa dipakai buat nongkrong, dan yang pasti nggak bisa difoto-foto. Kamar mandinya juga super duper amat sangat menjijikan. Nggak menimbulkan hasrat untuk berlama-lama mengunci diri, nggak menggerakkan hati untuk bolos pelajaran boring di situ, nggak membuat hati rela untuk antri berlama-lama. Kotor, banyak kerak, nampak nggak pernah dikuras, dan tempat sampah di dalam tuh tergenang sama air yang nggak tahulah itu air apa. Hiiiiiii….!!!

Setahun kemudian , ketika saya naik kelas 2, barulah ada perubahan. Taman-taman yang kayak ladang buka hutan itu dibenahi jadi seperti yang bisa Teman-teman lihat sekarang. Enaklah buat dipakai nongkrong. Nggak tahu tuh enak atau nggak buat pacaran soalnya selama ini saya nggak pernah pacaran di sana (ehm, emangnya punya pacar gituuuuuhhh…????) dan saya juga nggak pernah lihat ada dua sejolang sejoli lagi memadu kasih di sana…Aih aih…racuuuuuunnn…!!!

Satu tahun di kelas dua itu saya lewati dengan pemandangan indah di taman, yang kebetulan bisa langsung terekspos dari bangku saya yang ada di pojok samping agak ke belakang. Gurunya ngebetein, ya tinggal noleh ke kanan buat ngecengin ijo-ijo pohon. Tapi satu tahun yang harusnya cukup indah itu terasa ada yang kurang. Kok kayaknya agak gimanaaaaa gituh kalau lagi kebelet… Ummm, tak salah lagi, WC luput dari perhatian untuk direnovasi.

WC tetep kayak dulu, waktu pertama kali saya menginjakkan kaki di SMA 3. Deskripsi yang ada sebelumnya sudah cukup jelas, kan? Yah, tetep aja tuh kayak gitu. Saya kira memang WC sengaja diluputkan karena anggarannya bukan pada tahun saya kelas dua. Saya tunggu tuh sampai sekarang, saya kelas 3, eeeeeh tetep aja tuh WC kayak gitu. Saya sendiri, sih akhirnya jadi males pipis di kamar mandi itu, yang deket taman. Selain karena sekarang kelas saya jauh dari taman dan ada WC yang jauh lebih deket sama kelas saya yang ada di lantai dua, saya juga males pipis di WC itu soalnya ya kotoooooooooornya menjijikkan. Mana, ups sori, ya…ada anak-anak cewek yang jorok, buang pembalut tanpa dicuci dan dibungkus. Kebayanglah tempat sampah di WC itu diisi sama merah-merah yang menyembul…hiiiiiiiii…Malu, deh, nyeritainnya (trus mereka yang ngebuang itu malu nggak, ya?).

Yang ingin saya kritisi adalah, kenapa sekolah lebih menitikberatkan anggaran untuk memperindah taman, bukannya untuk (juga) merenovasi WC yang nyata-nyatanya lebih esensial dan lebih ‘kepake’ oleh siswa. Memang, taman juga perlu diperhatikan keindahannya dan perawatannya, tapi kalau kita banding-bandingkan lagi lebih dalam, mana sih yang lebih berguna dan yang lebih nggak bisa dilepaskan dari siswa, taman atau WC?

Taman menurut saya hanya sebagai prestise. Lambang dan kebanggaan bahwa SMAN 3 peduli lingkungan, SMAN 3 pendukung penghijauan, SMAN 3 pecinta keindahan. Bangga, sih emang punya taman yang bagus dan yang dikomen, “Ih, sekolah lu bagus banget taman depannya!” tapi sebenernya dalam hati saya ketawa. Gimana enggak, lha wong siswa-siswanya itu selain ngeluh kamar mandinya jelek juga sama sekali nggak pernah nyicipin gimana rasanya main di lapangan depan atau ngeliatin air mancur yang seger banget kalo siang-siang –kata anak sekolah lain yang lintas pulangnya lewat SMAN 3– .

Gitu, ya orang Indonesia itu, senengnya bikin kaver yang bagus tapi isinya nggak diperhatikan bagus atau nggak, layak atau nggak, pantas atau nggak, sinergi atau enggak, dan atau eggak-atau enggak yang lain.

Saya jadi mikir, nih. Mungkin bisa jadi pemikiran si yang nentuin anggaran itu kayak gini, sejelek-jeleknya WC ya tetep aja ada peminatnya yang rela antri panjang-panjang tiap ganti pelajaran, tiap istirahat, dan tiap pulang sekolah. Lagian juga SMAN 3 dah terkenal sebagai sekolah yang terpercaya buat nyetak penghuni ITB dan FK tiap tahun. So, WC jelek, no problemo lah ya… Kalau taman jelek, kan bener-bener memalukan, masa sekolah ngetop eeeh kavernya berantakan dan kayak ladang…????

Itu satu penyebab mungkin WC lebih dipinggirkan kebutuhannya. Tapiiiii, kok kayaknya nggak adil, ya, kalau saya berpikirnya seperti itu...???
Nah, ini ada satu lagi yang saya pikir juga jadi bahan pertimbangan kenapa WC dientar-entar aja. WC emang kotor, banyak kerak, jijik, tapi sebenernya dia nggak rusak. Ubin masih terpasang teratur, WC nggak mampet, bak nggak bocor, dan pintu masih aman terkunci. Nah, ini sumber yang menurut saya lebih tepat jadi biang keroknya. Sekolah juga bingung, ini WC emang jelek tapi nggak ada yang rusak. WC jelek karena kotor aja. Lagian bodoh banget tuh kalau WC diganti ubin lantai atau ubin dinding cuman gara-gara mulai berkerak. Nah, kotornya itu WC bisa teratasi dengan perawatan tiap pagi dibersihkan, disikat, disiram karbol. Suruh aja pegawai sekolah buat ngerawat tiap hari. Itu pertimbangan yang menurut saya lebih nggak menyalahkan pihak-pihak. (pihak apa coba…??? Hwehwhehe…)

Ya, pastinya 70% alasan ini yang dipakai sekolah untuk ‘mendiamkan’ WC. Serba salah, sih kalau udah nyangkut WC. Dibangun lagi hambur duit, nggak dibangun tapi jorok. Nah, dengan pemikiran seperti ini, menurut saya WC itu salahnya udah dari awal dia dibangun. Yang ngerawatnya itu nggak telaten sampai-sampai WC jadi kotor. Nggak nyalahin pegawai sekolah juga soalnya wewenang dia cuma nyikat (disikat nggak, ya? Kok saya nggak pernah liat ada sikat di sekolah…), nyiram karbol (ini selalu dikerjain, apalagi kalau pagi-pagi, kecium kok baunya…), dan nguras bak kamar mandi, yang artinya waktu dia untuk berinteraksi sama WC cuman sedikit. Yang punya banyak waktu untuk berinteraksi, kan siswa-siswanya…Nah, sekarang yang mau saya tanyain sekaligus salahin, coba kalau diinget-inget buat Teman-teman SMAN 3 yang baca blog ini, kalau udah pipis kalian nyiramnya rata nggak tuh? Kalau sepatu kalian kotor dan kotorannya nular ke lantai kalian siram lagi nggak tuh lantainya sampai bersih? Kalau habis ganti pembalut itu darah (sori) udah kesiram bersih ke lubang penbuangan belum? Kalau pada belum, yaaaaa…pantes aja itu WC nggak ngaruh mau dibersihin kayak apa pun , tetep aja kotor dan coklat. Terus walaupun dia dibangun lagi jadi kayak WC standar mall, ya nggak bakal ngaruhlah, soalnya dari siswanya aja udah jorok dan nggak punya kepedulian sama lingkungan, segitu lingkungannya itu esensial, walaupun cuma berpredikat sebagai ‘tempat pembuangan’.

Mungkin keenggakpedulian siswa ini terendus sama guru-guru dan kepala sekolah sampai-sampai para siswa ini nggak boleh nyicipin main di taman depan yang ada air mancurnya. Mereka takut keindahan taman yang mahal didesain itu dirusak sama tangan-tangan jail siswa yang belum cinta sama lingkungan dan punya tanggung jawab untuk menjaga lingkungan sekolah kayak lingkungan miliknya sendiri. Mereka takut kalau taman-taman itu akhirnya berujung kayak WC. Yang kotor, coklat, jorok, dan serba salah untuk dibangun atau dirawat.

Hmmmm, ternyata balik-balik lagi dari semuanya ini yaitu sikap kita, siswa SMAN 3 sendiri yang belum punya rasa ngejaga.





Feb.07. Arkiar.Dok.pri

First February...Cakap-cakap Awal Bulan

Pertama-tama, wah kayaknya udah lama banget saya nggak ngeposting di sini… Waduh waduh, maaf… sebenernya ada banyak yang mau saya posting tuh kemarin-kemarin tapi sayang ada banyak halangan.. hehe. Dari mulai invasi anak kelas dua atas komputer-komputer perpus sampai nggak ada waktu gara-gara ada pelatihan Adobe, Flash, HTML di salah satu PTS yang lagi menarik minat anak SMA supaya masuk ke kampusnya. Belum lagi masalah kesehatan yang memburuk gara-gara dua hari berturut-turut dibonceng pas hujan dan uang yang makin menipis. Wah, banyaklah alasan kenapa saya nggak ngeposting.
Alasan kayaknya udah nggak penting lagi dibahas sekarang, yang lebih penting sekarang yaitu akhirnya saya bisa ngeposting juga…
Uhm, minggu awal Februari ini kayaknya saya harus sering kembali ke laptop –meminjam tag line salah satu acara TV swasta– , nih! Tugas banyak banget dan ulangan lagi-lagi memborbardir. Tapi untungnya minggu ini pra uan lagi off jadi seenggaknya malam Sabtu bisa terlewati dengan nonton bioskop TransTV plus silver queen dark -PS: Sendirian…hehe-.
Ada apa, ya pada bulan Februari ini ?
Oh, tanggal 13 nanti temen saya ulang tahun! Tahun kemarin saya sukses nelpon dia tepat jam 12 malam yang otomatis jadi orang pertama yang ngucapin! Mmm, tahun ini ulang lagi jangan, ya? Ah, kayaknya enggak, deh! Dulu saya bisa nelpon dia gara-gara tarif 300 rupiah, sekarang sih 3000 rupiah soalnya saya sama dia udah nggak satu operator lagi. Masa mau beli nomor baru lagi? Wah, se-Indonesia ngamuk lagi sama saya. Ya sudahlah, ntar ngirim sms aja.
Tanggal 14 ada Valentine’s Day. Mmmm, saya bukan termasuk pendukung atau pengecam, sih. Saya cuma pengamat aja. Jadi kalau di sini nanti ada tulisan tentang VD, itu cuma dari sudut pandang pengamat aja. Terus kalau nanti tiba-tiba saya bikin coklat buat orang dan coklatnya itu tentu saya kasih ke dia, bukan berarti saya pendukung VD tapi cuma asik-asikan doang, biar rame. Tapi emang pada dasarnya saya ini suka memberi, sih…hehe. Yah, berhubung harga coklat kalo lagi VD pada murah yaaaa gitu deh, baru ngasih coklat pas VD. Huehe.
Tanggal 18 ada Imlek! Tahun baru etnis yang terpinggirkan pada rezim Orde Baru ini menarik juga untuk ditulis. Selain karena baru dirayakan secara terang-terangan beberapa kali, saya juga tertarik untuk mencoba menulisnya karena saya…apa ya…ummm…boleh dibilang suka sama kebudayaannya. Eits, gini-gini dari SMP saya 70% fasih ngomong bahasa Mandarin looohh, ujian kenaikan tingkat aja nilai saya 100 sama A+ melulu…Wahahaha…tapi sekarang dah enggak euy, gara-gara nggak pernah practice lagi ngobrol sama orang Mei Sheng –Radio berbahasa Mandarin di Bandung– sama setaun nggak les.
Tanggal-tanggal berikutnya saya lupa ada event apa lagi yang bisa diangkat. Ummm, tapi sebenernya nggak usah nunggu event besar, sih, kalau mau nulis. Event pemilihan kepala desa juga nenarik untuk ditulis. Eh, saya udah diakui sebagai warga negara, loh! Buktinya saya diminta suara untuk nyoblos kepala desa tanggal 4 Februari. Wawawawawa. Hehe. Nah, nanti akan saya tulis juga, nih! Pengalaman Mencoblos Pertama Kali, wahahahaha.

Kegiatan bulan ini yang cukup menyenangkan sekaligus menyedihkan yaitu foto-foto buat buku tahunan. Argh! Waktu cepet banget tuh perginya. Perasaan nih, baru kemarin saya masuk kelas satu, diorientasikan. Eeeeeh, sekarang dah mau UN yang artinya dah mau lulus sekaligus diorientasikan lagi di kampus…cucucuchhhhhuuuy!!!
Perpisahan tuh sedih, ya! Huhuhuhuhu. Nggak pipis lagi di WC yang kotor tuh ternyata agak nyesek ternyata. Mmm, terus kalo udah perpisahan ntar nggak ada lagi nyatet pelajaran Pak Tata sambil berusaha mengonsentrasikan pikiran yang maunya ditutup sama kelopak mata. Terus nanti nggak bisa nyontek-nyontek tugas atau saling fotokopi catetan tempat les lain. Terus nanti nggak lagi nongkiyong di pojokan kantin sambil makan timbel, ngobrol+ngejek+ketawa sampe sore yang akhirnya juga telat solat. Terus nggak ada lagi jalan ke 3-7 sambil berusaha nyari angle yang bagus supaya nggak ketauan lagi ngeCCP-in orang di 3.6 –dan usaha itu pun selalu gagal, abisnya orang itu duduk di tempat yang super nggak strategis buat diCCp-in. Setiap istirahat pun akhirnya nggak pernah kelewatin dengan keberhasilan CCP–, whahahahahahahhaaaa…
Wah, gilalah.
Saya dulu nggak pernah bermimpi tuh punya kisah-kisah kayak gitu. Saya kira saya bakal ngelewatin masa SMA dengan datar-datar aja. Yah, secaraaaa liat SMA 3 yang menurut sahibul hikayat adalah sekolah yang gila pembelajaran, hehe. Tapi ternyata ada juga kisah-kisah kayak gitu dalam catatan sejarah saya yang belum saya bikinkan prasastinya. Terus kirain juga saya nggak bakal tuh punya kisah hati, alalalah… Hehe. Ternyata saya punya, walaupun itu kisah bakal (atau malah jangan-jangan, SUDAH?????) terancam jadi kisah yang kata Dewa, “Baru kusadariiiiii…Cintaku bertepuk sebelaaaaaaaah tangaaaaannnnn….” (dalam hati berdoa, “Ya Allah, jangannnn, jangan, jangan, jangan sampe, Ya Allah…” whahahahahahaha. Dasar, ngarep…ngareeeeeeep.

Argh, jadi ngomongin perpisahan, nih! Ya sudahlah daripada nanti saya nanti melebar nggak karuan, mending saya pisahin juga deh sekarang. Yuk yak yuk, selamat baca tulisan saya yang lainnya, ya!




Bandung, Feb 07.Arkiar