Dewa dan Bima adalah dua teman saya di kampus. Tahun Baru 2009 lalu, mereka membuat posting note yang sangat berseberangan. Huhuhu. Perdebatan besar setelah perdebatan antara Realis dan Idealis, nih (Realis dan Idealis adalah dua paradigm utama di HI yang memiliki cara pandang yang berbeda mengenai segala fenomena HI. Prinsip Realis yang paling terkenal adalah manusia pada dasarnya buruk sehingga tidak mungkin bagi manusia untuk diikat aturan, apalagi jika aturan tsb tidak menguntungkan dirinya, sebaliknya Idealis yang disebut sebagai Utopis berpendapat manusia pada dasarnya baik dan dapat diikat oleh peraturan karena manusia menginginkan perdamaian abadi). Nah, mengapa note Bima dan Dewa sangat berseberangan?
Bima dalam note-nya mengatakan bahwa ia tidak melihat signifikansi dari perayaan Tahun Baru yang wahhhhh. Bagi Bima, tahun baru tidak ubahnya seperti pergantian bulan dan pergantian hari biasa, jadi untuk apa dirayakan besar-besaran? Untuk informasi, selama malam tahun baru lalu, Bima menghabiskan waktunya dengan menamatkan game dan nonton film tahun baru di televisi –sama kayak saya-. Nah, tak beberapa lama setelah itu, Dewa, dengan tanpa disengaja membuat pula note tentang tahun baru. Menariknya, note Dewa ini sangat mencirikan suatu semangat baru yang khas. Semangat tahun baru. Yeahhh. Dewa momen tahun baru adalah momen yang special.
‘Perdebatan” Bima dan Dewa sebenarnya adalah perdebatan yang acapkali kita temukan di dalam kehidupan kita sehati-hari. Ada orang-orang yang menyukai perayaan tahun baru yang meriah dan ada pula orang-orang yang biasa saja dengan perayaan tahun baru. Menanggapi perdebatan di atas, Geza dan Pindonta memberikan tanggapan yang serupa, menurut mereka, perayaan tahun baru kalau dilihat dari tanggal memang tidak ubahnya seperti pergantian hari biasa, namun kespesialan tahun baru terletak pada hal yang kita lakukan pada saat tahun baru. Uwie mendukung pernyataan Geza dan Pindonta, ia mengakui bahwa meski ia biasa saja dengan tahun baru, ia merasa ada yang special pada tahun baru karena hanya pada saat itulah warga kompleks perumahannya meluangkan waktu untuk bercengkrama bersama di lapangan kompleks.
Saya?
Saya sebenarnya plin plan. Hehe.
Ada kalanya saya merasa tahun baru itu special, terutama apabila dikaitkan dengan pernyataan Geza, Pindonta, dan Uwie. Tahun bau special ketika ada sesuatu yang berbeda yang kita lakukan pada hari itu. Ketika tahun baru 2005, misalnya. Saat itu saya menghabiskan tahun baru di Lembang. Tapi ada kalanya juga saya merasa tahun baru biasa saja. Tahun ini saya setuju dengan Bima bahwa Tahun Baru itu biasa saja. Pertama, saya tidak melakukan apa pun pada tahun baru kali ini. Tahun baru kali ini sama seperti tahun baru sebelumnya, dihantui oleh bayang-bayang uas dan tugas akhir yang belum diselesaikan. Kedua, saya tidak membuat resolusi apa-apa untuk tahun 2009 karena saya sudah membuat resolusi, impian, harapan, renungan, evaluasi, dan sebagainya pada saat ulang tahun. Kalau boleh membandingkan, tahun baru yang sebenar-benarnya bagi saya adalah ketika ulang tahun. Satu, karena pada hari itu kita menerima ucapan dan doa. Kedua, karena ulang tahun bukan uatan manusia. Ulang tahun atau hari kelahiran merupakan pemberian tuhan yang tidak dapat kita ganti dan hanya pada tanggal itulah kite merasakan pergantian tahun yang sesungguhnya.
Saya juga nggak tahu sebenernya, apakah pendapat saya dilatarbelakangi karena saya tidak pernah diizinkan untuk keluar malam oleh ayah saya sehingga saya tidak pernah merasakan hingar binger perayaan tahun baru atau memang karena saya tidak terlalu suka dengan perayaan yang heboh ketika tahun baru. Hummm. Nggak tahu juga. Yang saya tahu, untuk tahun sekarang, tahun baru bagi saya masih merupakan hal biasa.
Bima dalam note-nya mengatakan bahwa ia tidak melihat signifikansi dari perayaan Tahun Baru yang wahhhhh. Bagi Bima, tahun baru tidak ubahnya seperti pergantian bulan dan pergantian hari biasa, jadi untuk apa dirayakan besar-besaran? Untuk informasi, selama malam tahun baru lalu, Bima menghabiskan waktunya dengan menamatkan game dan nonton film tahun baru di televisi –sama kayak saya-. Nah, tak beberapa lama setelah itu, Dewa, dengan tanpa disengaja membuat pula note tentang tahun baru. Menariknya, note Dewa ini sangat mencirikan suatu semangat baru yang khas. Semangat tahun baru. Yeahhh. Dewa momen tahun baru adalah momen yang special.
‘Perdebatan” Bima dan Dewa sebenarnya adalah perdebatan yang acapkali kita temukan di dalam kehidupan kita sehati-hari. Ada orang-orang yang menyukai perayaan tahun baru yang meriah dan ada pula orang-orang yang biasa saja dengan perayaan tahun baru. Menanggapi perdebatan di atas, Geza dan Pindonta memberikan tanggapan yang serupa, menurut mereka, perayaan tahun baru kalau dilihat dari tanggal memang tidak ubahnya seperti pergantian hari biasa, namun kespesialan tahun baru terletak pada hal yang kita lakukan pada saat tahun baru. Uwie mendukung pernyataan Geza dan Pindonta, ia mengakui bahwa meski ia biasa saja dengan tahun baru, ia merasa ada yang special pada tahun baru karena hanya pada saat itulah warga kompleks perumahannya meluangkan waktu untuk bercengkrama bersama di lapangan kompleks.
Saya?
Saya sebenarnya plin plan. Hehe.
Ada kalanya saya merasa tahun baru itu special, terutama apabila dikaitkan dengan pernyataan Geza, Pindonta, dan Uwie. Tahun bau special ketika ada sesuatu yang berbeda yang kita lakukan pada hari itu. Ketika tahun baru 2005, misalnya. Saat itu saya menghabiskan tahun baru di Lembang. Tapi ada kalanya juga saya merasa tahun baru biasa saja. Tahun ini saya setuju dengan Bima bahwa Tahun Baru itu biasa saja. Pertama, saya tidak melakukan apa pun pada tahun baru kali ini. Tahun baru kali ini sama seperti tahun baru sebelumnya, dihantui oleh bayang-bayang uas dan tugas akhir yang belum diselesaikan. Kedua, saya tidak membuat resolusi apa-apa untuk tahun 2009 karena saya sudah membuat resolusi, impian, harapan, renungan, evaluasi, dan sebagainya pada saat ulang tahun. Kalau boleh membandingkan, tahun baru yang sebenar-benarnya bagi saya adalah ketika ulang tahun. Satu, karena pada hari itu kita menerima ucapan dan doa. Kedua, karena ulang tahun bukan uatan manusia. Ulang tahun atau hari kelahiran merupakan pemberian tuhan yang tidak dapat kita ganti dan hanya pada tanggal itulah kite merasakan pergantian tahun yang sesungguhnya.
Saya juga nggak tahu sebenernya, apakah pendapat saya dilatarbelakangi karena saya tidak pernah diizinkan untuk keluar malam oleh ayah saya sehingga saya tidak pernah merasakan hingar binger perayaan tahun baru atau memang karena saya tidak terlalu suka dengan perayaan yang heboh ketika tahun baru. Hummm. Nggak tahu juga. Yang saya tahu, untuk tahun sekarang, tahun baru bagi saya masih merupakan hal biasa.