Qi Li Xiang

Akhirnya teks ini diketemukan jua...
Ini lagu favorit saya sejak...SMP gitu...
Kenapa suka?
1. Qi Li Xiang, dari artinya aja udah agak bikin penasaran...Seven Miles Fragrance. Sampe sekarang juga penasaran...Jutaan kali transletin Cina-Indon ato Cina-Ingris nggak nemu2 juga makna judul ini buat liriknya...Tapi auranya enak aja tuh. Nada pengucapannya juga pas. I love this title.
2. Pertama denger dalam bahasa Cina, trus selintas liat Han Zhi nya juga bakal kebayang, ini artinya bakal dalem nih....Wah, bener eu. Waktu nyocokin transletan saya sama transletan di www.jay-chou.net, bheuu...ternyata transletan saya cocok dan emang begitulah arti dan maknanya, dalllemmm.
3. Musiknya uenakkkkkk. Dari intro depan aja udah kerasa. Lirik dan aransemennya jodoh banget!
4. I lopppp Kang Jay!!!!



Rain falls the whole night
My love just overflows like rain water
The fallen leaves in the yard
Thickly overlaps with my lingering thoughts
You appear in my poem's every page


Rain falls the whole night
My love just overflows like rain water
Butterfly on window sill
Is like the beautiful chapter 
That flutters about in the poems
I continue to write
To write my eternal love for you into poem's ending
You are the only understanding I want

Mau Menjadi Orang Indonesia (Lagi)kah Kita...?

Terinspirasi dari cetusan salah seorang teman saya yang ganteng (kata si Iman), sebut saja namanya Mr.13, yang kebetulan pada suatu seminar ia duduk di sebelah saya, tulisan ini akhirnya lahir.

Dan cetusan itu adalah,

“....terserah. Tapi yang jelas, saya bukan orang Indonesia.”

Hoho.

Bukan sekali dua kali memang saya mendengar cetusan serupa, malah bisa dikatakan hingga telinga saya menjadi cukup kebal dan bertoleransi untuk mendengar cetusan seperti itu. Tak mengherankan karena cetusan seperti itu banyak lahir baik di radio, televisi, koran, milis, maupun di samping depan belakang saya. Namun entah kenapa untuk satu kali ini saya cukup merasa 'gerah' dan akhirnya berkeputusan untuk mengutarakan juga pandangan saya yang sangat bertolak belakang,

“Gua orang Indon dan gua cinta tanah air gua.”

Bukan karena saya penikmat novel best seller Donny Dirgantoro, 5cm atau karena sering memutar lagu Cindy Cenora yang populer sepuluh tahun lalu, Aku Cinta Rupiah, saya berpandangan seperti itu, namun karena saya melihat ada ketidakadilan saat kita dengan bangga dalam balutan nada emosi, memaki, atau minimal sinis mencetuskan ungkapan bahwa kita bukan orang Indonesia. Singkatnya, saya mau menjadi orang 'adil' dengan tetap berprinsip bahwa saya cinta tumpah darah saya, Indonesia.

Ketidakadilan pertama bagi saya adalah ketidakadilan bagi para pahlawan yang lebih dari tiga abad memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Jika kita sebagai generasi penikmat malah mengisi nikmat kemerdekaan kita dengan cercaan dan ketidakbanggaan kita sebagai orang Indonesia, buat apa dulu mereka berjuang?

Mungkin di antara Teman-teman ada yang berpandangan,

“Oh, itu terserah mereka. Emangnya kita minta mereka supaya berjuang gitu? Enggak, kan? Toh mereka juga udah mati, so kenapa juga kita masih harus memikirkan 'jasa-jasa' mereka?”

Atau,

“Memangnya dulu mereka berjuang buat kita gitu? Bukannya mereka berjuang untuk kepentingan mereka pada masa mereka?”


Meskipun pada saat mereka berjuang kita sama sekali belum berada di dunia atau dengan kata lain maka kita tidak pernah meminta agar kemerdekaan Indonesia mereka perjuangkan, tapi pada kenyataannya pada masa sekarang ini kita menikmati kemerdekaan, bukan? Meminta atau tidak meminta tidak penting untuk dibahas toh yang jelas sekarang kita bebas sekolah, jalan-jalan, belanja, main, tidur tanpa ancaman bom, teror -ambil pengecualian untuk kasus teror bom yang dilakukan oknum sok Islam-, perkosaan, perbudakan, diskriminasi dari kaum kolonial. Dan untuk semua kenyamanan yang kini kita rasakan, kita patut untuk berterimakasih kepada para pahlawan yang meninggalkan keluarganya dan mengorbankan waktunya, pemikirannya, bahkan nyawanya 'hanya' untuk meneriakkan, “Merdeka!”.

Bagaimana cara kita berterimakasih kepada mereka?

Menjadi orang yang adil dengan bangga menjadi orang Indonesia dan mengisi kemerdekaan Indonesia dengan hal yang berguna dan membangun, minimal untuk diri sendiri dan orang-orang terdekat.

Cara yang klasik dan terlalu wacana?

Hmmmm, sekilas mungkin.

Namun coba kita tanya diri kita sendiri, jika cara ini cara klasik, apa kita sudah melakukannya? Cara ini sudah kita kenal sejak SD, tapi apakah kita sudah menerapkannya di dalam aspek lain selain hanya sebagai pengisi lembar jawaban ulangan PPKN kita? Dan jika cara ini terlalu wacana alias hanya sekedar imbauan yang masuk kiri keluar kanan, kenapa juga kita memikirkan cara yang terlalu kompleks? Padahal hanya dengan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas di Indonesia dan mengakui bahwa kita orang Indonesia, kita sudah berhasil menjadikan cara ini menjadi cara yang tidak wacana.

Ketidakadilan kedua bagi saya adalah ketidakadilan bagi ibu pertiwi. Siapa yang tidak tahu betapa luasnya, kayanya, suburnya alam Indonesia ? Siapa juga yang tidak tahu betapa kompleksnya perbedaan budaya di tiap sentimeter Indonesia? Dan siapa juga yang tidak tahu bahwa kita bisa berdiri di antara semua perbedaan tersebut dan membuat bingung orang luar negeri gara-gara si mancung, si pesek, si lurus, si keriting, si hitam, si putih sama-sama berkata, “I'm Indonesian.” ? Sudah banyak pula yang diberikan ibu pertiwi untuk kita. Air, udara, budaya, ilmu, kasih, pengalaman, tambang, kayu, kapas, padi, dan masih banyak lagi, namun kenapa juga kita masih membuat ia meneteskan air mata? Satu yang paling penting, kenapa kita masih membuatnya nampak lebih buruk lagi?

Bagi saya, yang bobrok bukan Indonesia, bukan pula sistem di Indonesia, tapi yang bobrok adalah penjalan sistemnya dan penghuni Indonesia. Pejabat yang mata duitan, oknum yang menggelapkan uang negara yang dimaksudkan untuk mencerdaskan dan memajukan bangsa, guru-guru yang hanya bisa menjadi pengajar bukan pendidik, realisasi teori yang banyak diwarnai faktor X dan akhirnya kacau, dan tak ketinggalan, KITA, kita si generasi penikmat, si generasi calon pemimpin yang menyerah dengan keadaan seperti itu, kita yang bukannya tergerak untuk memperbaiki segala kebobrokan yang kasat mata, bahkan untuk hal yang kecil tapi malah melarikan diri dari tanggung jawab membangun bangsa menjadi bangsa yang lebih baik dengan cara tidak mau mengaku sebagai bangsa Indonesia dengan alasan, “Saya tidak atau belum mendapatkan sesuatu dari Indonesia, karena itulah kenapa juga saya harus bangga menjadi orang Indonesia?”

Kalau boleh menyebut nama orang yang saya anggap sebagai orang Indonesia sejati, saya akan menyebut dua nama, Butet Manurung dan -wah, lupa, euy...- juara Olimpiade Fisika dari SMA BPK Penabur Jakarta.

Butet Manurung? Saya yakin dia juga lelah dengan sikap pemerintah yang sama sekali tidak peduli dengan kemajuan pendidikan di daerah pedalaman, tapi ternyata ia mampu mentransformasikan rasa lelahnya terhadap penjalan sistem dengan berinisiatif menjelajahi daerah pedalaman dan mengajarkan anak suku membaca dan menulis. Ia mencintai Indonesia dengan membangun anak bangsanya, walaupun 'hanya' untuk mengajari membaca dan menulis. Satu lagi yang saya kagumi, ia adalah perempuan dan ia menentang bahaya untuk mendatangi alam dan penghuni alam pedalaman lain, demi ketidakpuasannya kepada pemerintah yang lepas tangan.

Ia mungkin bisa pergi ke luar negeri dan mencari negara yang perhatian dengan pendidikan warga negaranya dan ia bekerja di sana atau bila ia tidak ke luar negeri, ia hanya di sini, sekedar diam di tempat, demonstrasi di sudut pintu MPR/DPR – yang pasti tidak akan terdengar hingga gedung MPR/DPR karena 'pintu demo' dan pintu kerja anggota DPR sangat-sangat jauh-, mengompori praktisi lain, menjadi aktivis konyol yang hanya bisa berbicara tanpa bertindak, memprovokasi rakyat untuk benci Indonesia, atau melakukan banyak bodoh lain yang sama sekali tidak membawa ke arah perubahan.

Namun apakah ia melakukan hal tersebut?

Tidak, bukan?

Tanpa banyak berkomentar, ia wujudkan cinta dan prihatinnya bagi bangsanya dengan cara membangun calon pemimpin bangsa. Ia sama sekali tidak lari dan benci, kalau boleh mengambil istilah kasar.

Kedua, si juara Olimpiade. Dalam suatu kesempatan makan siang bersama Pak Menlu, DR.N. Hassan Wirayuda, laki-laki Tionghoa yang bangga menyebut dirinya sebagai orang Indonesia ini mengungkapkan bahwa pagi-pagi di kamar hotelnya setelah pengumuman juara Olim, di bawah pintu ia menemukan formulir Nanyang Technology University, full beasiswa, full fasilitas, dan ada tawaran bekerja di Singapura dengan berbagai full-full lain. Ia kaget dan ternyata tak hanya ia yang mendapatkan formulir di bawah pintu, namun hampir semua anak pemenang olimpiade dari negara di Asia.

Menanggapinya, Pak Menlu bertanya apakah akhirnya ia menerima penawaran langka tersebut, dan ternyata si pendiam ini menjawab dengan polos dan dengan nada yakin, “Nggak, Pak... Itu kan namanya ekspliotasi anak pintar. Saya lebih memilih di Indonesia.”

Bagi saya yang tahu bahwa NTU adalah impian setiap orang yang mempunyai potensi untuk maju dan jenius, seperti si juara Olim Fisika ini atau bagi sederetan nama lain di sekolah saya yang mengikuti olimpiade, menolak tawaran langka ini adalah suatu hal yang sangat mengagumkan, terutama dengan alasan ia ingin membangun Indonesia saja. Satu hal yang membanggakan lagi, si olim ini menegaskan, “Kalau cuma sekedar belajar di sana ya nggak apa-apa, tapi kalau untuk sekalian bekerja...wah, berat juga soalnya sampai SMA ini saya dapat ilmu fisika dari guru saya yang orang Indonesia dan di Indonesia.”

Saya yakin, bukan cuma saya dan Pak Menlu saja yang bangga dengan pernyataan anak ini namun juga seluruh undangan makan siang yang ada di ruangan. Itulah yang saya harapkan dari teman-teman saya yang kebetulan dianugerahi otak encer dan kesempatan bertanding dengan negara lain, yang alhamdulillah juga mereka mampu bersaing mengalahkan peserta dari negara lain yang banyak kita contek ilmunya lewat globalisasi. Keinginan untuk membangun Indonesia itulah. Bukannya pergi ke negara lain, full 100% meninggalkan Indonesia karena di Indonesia mereka tidak dihargai, kasarnya karena perbandingan materi yang mereka terima di Indonesia tidak sebanding dengan apa yang mereka terima di luar negeri, melupakan bahwa selama lebih dari dua belas tahun mereka mendapatkan dasar di Indonesia dan melihat segala kebobrokan Indonesia dan tidak tergerak sedikit pun untuk memperbaiki Indonesia lewat ilmu yang mereka miliki, ditambah lagi mereka tidak mau mengakui bahwa mereka adalah orang Indonesia. Yang saya sayangkan dari sikap anak-anak pintar yang melarikan diri tersebut adalah mereka pintar, cerdas, berpotensi, namun mereka sama sekali tidak membuat adanya perubahan di dalam wajah Indonesia yang jelas-jelas mereka ketahui, tercarut marut.

Kasihan ibu pertiwi, setelah apa yang ia berikan kepada tarunanya, ia malah dicaci dan ditinggalkan.

Saya tidak menutup mata dengan fenomena bahwa memang ilmuwan, ambil contohnya, jarang ada yang bisa hidup makmur atau jarang ada yang bisa melakukan penelitian dengan biaya dari pemerintah. Saya juga mengakui bahwa penghargaan kepada orang jenius dibandingkan penghargaan untuk wajah penghias layar kaca sangat tidak sebanding. Saya juga mengerti bahwa kita harus tetap hidup dan hidup itu mahal. Saya juga mengerti bahwa hidup di luar negeri adalah pilihan. Saya hanya tidak setuju dengan pernyataan segelintir orang yang menyebutkan bahwa mereka bukan orang Indonesia atau mereka tidak bangga dengan Indonesia karena mereka tidak mendapatkan sesuatu dari Indonesia karena pada kenyataannya, ada banyak hal yang mereka dapatkan dari Indonesia, jika mereka mau merenungkannya sebentar.

Mereka boleh malu jadi orang Indonesia, seperti puisi Taufik Ismail. Mereka boleh enggan mengakui bahwa Indonesia adalah tumpah darah mereka pertama kali. Tapi mereka juga harus pintar bahwa yang seharusnya mereka benci bukanlah si Indonesia, tapi si oknum kotor Indonesia. Yang salah si oknum-oknum tertentu namun mengapa mereka harus membenci Indonesia secara keseluruhan? Sinekdoke, namanya.

Permasalahan utama bukan terletak pada Indonesia karena Indonesia adalah wadah, organisasi. Permasalahan terletak pada SDM yang bobrok. Yang bobrok menjalankan sistem, yang bobrok mengaplikasikan teori, yang bobrok dan tega menghancurkan harga diri sendiri, yang sangat berkiblat pada dunia lain tanpa bisa mengambil sikap dengan dalih mengikuti trend, yang mau digilas globalisasi tanpa berpegang pada falsafah yang sedari TK sudah dicekoki lewat upacara bendera, pembacaan UUD, dan Pancasila, yang hanya menjadi petani tradisional yang mampu menjadi penghasil CPO kedua setelah Malay, yang mampu menjadi penghasil kina terbesar di dunia, yang mampu memasok 16% kebutuhan daun teh di Asia, dan bukannya menyontek ilmu negara Asia Timur dan Amerika Utara untuk menjadi motor industri dan bisnis.

Ironinya lagi, hampir 200juta rakyat Indonesia capai untuk membuat perubahan. Semua jika tidak kembali meneruskan sistem dan aplikasi yang terjalankan salah maka lari ke luar negeri, melepas identitas sebagai orang yang lahir di Surabaya, Bandung, Manado, Maluku, Lampung, Padang, Aceh, Flores, Merauke, Pontianak, Garut, Fak-fak, Kupang, Minahasa, Toraja sebagai suku Sunda, Jawa, Batak, Aceh, Padang, Bugis, Dayak, Asmat. Jika bukan juga, mereka malah mengoyak-ngoyak dan memprovokasi rakyat untuk lebih dalam lagi membenci sekaligus menyerah dengan Indonesia.
Jika begini terus, maka kapan kita mau jadi orang Indonesia? Kapan kita mau banting stir dan bangga menjawab , “Saya orang Indonesia.” ?

Salah apabila kita lari. Seharusnya kita memperbaiki.

Menjadi pejabat yang tidak mata duitan, mengaplikasikan teori menjadi praktek yang benar, menjadi pendidik, menjadi SDM yang berkualitas dan tetap mau membangun bangsa atau minimal mengakui bahwa kita orang Indonesia meski kita suatu saat nanti menghirup udara dari pohon dan iklim berbeda di belahan dunia lain.

Indonesia bagi saya, sampai kapanpun tetap menjadi negara saya yang eksotis, yang unik, yang indah, yang menakjubkan, yang kaya, yang menyenangkan, yang nyaman, yang membanggakan, dan saya bangga bisa menjadi salah satu bagian dari perbedaan yang dimiliki dari rentang 95 BT-141 BT ini, meski ada kebobrokan SDM di dalamnya. Dan semoga di luar sana ada banyak orang yang sama bangganya seperti saya sebagai orang Indonesia dan mau menularkannya kepada orang lain dengan jalan memperbaiki kebobrokan SDM Indonesia minimal dimulai dari diri mereka sendiri.

Dengan kenyataan yang saya yakin semua orang setuju bahwa Indonesia terpandang bobrok karena SDM-nya, masih maukah kita memperbaiki ? Masih mau (mengakui) menjadi orang Indonesia (lagi)kah kita...?

(Ark.Mei'07)




PS : No ofens ya, Mr.13. Sy sbnrny nghormatin pandangan kamu, kok. Pbdaan mbuat qt kaya, rite?

Ke Rumah Agnes

Sehari setelah UAS selesai, Agnes ngajakin saya buat ke rumahnya. Berkat kelihaiannya dalam mengiming-imingi makanan yang menggoda, akhirnya dengan berat hati -cuih, berat hati apaan? Dateng paling pagi, jugggaaaa- saya menerima tawaran langkanya. Nggak cuma saya aja yang diundang tapi ada beberapa nama serta wajah lain yang diundang. Siapa aja? Oke, saya akan mengeksiskan mereka dalam blog saya tercinta ini.



Sebenernya, sih..saya nggak begitu kenal sama beberapa orang yang ada di foto itu. Hewhe. Malah saya baru tau namanya kemarin. Kayak si Bubeng, kalau nggak salah sih saya pernah satu kelas di Neutron deh sama dia...tapi ngak tau namanya siapa. Hehe. Terus yang namanya Asari..wahhh, selama di SMA 3 saya nggak pernah tuh liat dia. Parah. Rio juga cuma sering denger namanya doang, ketemu mah jarang. Terusssss, Hisni. Ah, sama dia mah sok-sokan akrab aja. Pertama ketemu sih waktu kelas satu. Waktu mau ada olimp bio gitu. Pinjem potokopian doang. Hehe. Tapi kemarin lumayan akrab juga sama ni anak. Soalnya kita berdua sama-sama golongan anak sok akrab. Huhu. Terussss Lita, sumpah...walaupun sama-sama di kelas atas, saya nggak pernah liat dia apalagi tau namanya! Haha. Tapi dia tau nama saya. Sering liat saya lagih! Hihihi. Emang dasar saya mental artis, sih. Nggak usah kenal banyak orang tapi yang jelas mereka kenal saya. Hehe. Terus Karin, lumayan akrab soalnya dulu satu mentor. Pernah mabit bareng, sahur bareng, buka bareng, mentor bareng...ya iyalah orang satu mentor di DKM. Dina? Ohhh, itu kasusnya sama kayak Hisni, sok-sokan akrab aja. Dulu gara-gara salah manggil orang. Berhubung waktu MOS itu muka orang kayaknya sama semua, yah salah manggil gitu deh. Atin? Oh, itu sering denger dari Ferdy aja. Sebenernya nggak kenal tapi sok-sokan akrab. Lagian juga dia sering senyum sama saya. Hehe.

Akbar? Agnes? Ferdy? Nggak, nggak, nggak, saya nggak kenal sama mereka. Hehe. Ga lah. Pastinya kenal. Orang segeng juga. Nyatu gara-gara HBO. Sebelumnya sih saya nggak pernah liat mereka. Sumpah. Paling Akbar doang, waktu kelas satu. Gara-gara duduknya di depan saya waktu lagi olim. Terus kalo Agnes ya sama gitu kayak Ferdy, baru liat muka mereka tahun kemarin gara-gara ketiban tugas muntahan dari si Elsy dan Bu Erni buat ngurusin pendaftaran ikut olimp. Eh, tapi kalo sama Ferdy mah...Oh...sebenernya waktu kelas satu sering denger namanya disebut sama guru Biologi, katanya sihhhhhhhh mas-mas ini master biologi geeeeetohh...tapi liat orangnya sih nggak pernah. Dulu malah ngirain Akbar tuh Ferdy. Hoho. Berarti dulu intinya nggak tau namanya Akbar siapa. Hehe. Tapi yaaaa...berhubung kita berempat sama-sama sok akrab dan sama-sama berisik -kecuali Ferdy, tentunya- ya udahhhh, jadi akrab gitu dehhhhh walaupun baru ketemu. Oia, FYI, menurut pengakuan mereka bertiga, mereka pernah liat saya sebelumnya. Sering malah. Hoho. Tuh, kannnnnn...ternyata saya populer juga. Nggak tau orang tapi orang tau saya. Hehehehehehe. Ini bentuk eufimisme dari kuper, autis, dan outcast, sebenernya. Hihi.

Kesan di rumah Agnes, selain kenyang gara-gara makanannya enak dan banyak, selain empet harus menahan nafsu amarah untuk menghajar Ferdy yang nggak ada ujungnya nyela-nyela saya, ngomentarin saya, rebutan makanan dan bantal kursi sama saya, yang nggak berhenti ketawa puasssssssssss banget tiap kali muka saya keki sama omongan dia....ummmmm, saya cukup tersentuh juga sama satu film dorama jepang yang judulnya Dragonzakura. Pernah denger film ini? Hah? Enggak? Sama, saya juga nggak pernah. Lagian bukan penggemar Jepang. Nah, berhubung yang kemarin datang itu penggemar Jepang semua, akhirnya saya ngikut nonton film yang kata mereka, sih bisa membangkitkan feel belajar.

Kirain film lepas, taunya film seri. Tapi untungnya cuma 11 episode. Yah, inilah kelebihan orang Jepang dibanding orang Indonesia. Bisa menjadi tuhan bagi karyanya alias nggak terpengaruh sama emosi dan rating. Pokoknya kalo dari awal mau dijadwal segini episode dan tokohnya bakal gini-gini ya stak sama outline itu. Nggak berusaha sok didramatisasi kayak sinetron di sini. Sip sip.

Terus pemainnya...Gila, ada satu yang gantengggggg banget. Mirip sama Toro ex.Energy. Muka komik banget. Argh, ganteng ganteng ganteng!!!! Jadi kemarin ya konsen sama si mas ganteng ini. Pemain yang lainnya gua nggak peduli, hehe.

Ceritanya seru. Ya, sebenernya klasik, kayaknya beberapa kali saya pernah nonton dalam versi Hollywoodnya deh, tapi dengan didukung pemain yang lebih ganteng, makanan yang banyak dari Agnes, dan ramenya nonton bareng, ketawa bareng, maki-maki bareng..ya film ini jadi seru banget buat ditonton. Ceritanya tentang sekolah anak-anak kacrut, jeprut, ngewa, parah, dan sotoy yang mau bangkrut gara-gara kepala sekolah yang korup. Sekolah ini udah mau ditutup tapi untungnya si pengacara miskin yang dapet wewenang buat nutup sekolah ini punya rencana brilian. Dia mau ngangkat sekolah ini untuk sejajar sama sekolah lainnya. Dia mau bikin program kelas khusus untuk mempersiapkan lima orang anak supaya bisa masuk Todai atau Tokyo University.
Rencananya ini pastinya ditentang dan dilecehkan habis-habisan, baik dari intern guru maupun dari ekstern sekolah lain. Belum lagi anak-anaknya juga pada pesimis gitu kalo rencana si pengacara ini bisa terealisasi. Ya soalnya mereka semua nyadar kalo mereka itu tolol. Nggak mungkin bangetlah masuk ke Todai, apalagi ternyata lima orang yang jadi target si pengacara ini adalah anak-anak yang nilainya paling kecil di sekolah.

Nah, gara-gara semua pada pesimis, waktu kelas khusus itu dibuka, nggak ada satupun murid yang mau masuk. Si pengacara nggak mau nyerah, akhirnya dengan segala cara dia masukkin alam pikiran lima orang target supaya terpengaruh dan semangat kalo mereka bisa masuk Todai asal mereka ikut kelas khusus. Berhasil, satu persatu murid mulai masuk. Nggak cuma lima, ternyata, ada satu orang lagi yang mukanya mesum, mupeng, hayang, tolol yang masuk. Dia sebenernya punya semangat buat masuk Todai dari awal tapi karena dia punya adek yang jahat dan egois, ditambah lagi keluarganya nggak mampu buat nyekolahin dia dan adeknya ke Todai sekaligus, dia ngebuang jauh-jauh semangatnya untuk masuk Todai. Hummmm, tapi akhirnya enggak kok. Nggak tau kenapa -soalnya waktu lagi scene ini saya absen dari depan dvd- ya akhirnya dia masuk ke kelas khusus juga, ngejar Todai-nya.

Endingnya saya nggak tau soalnya hari keburu sore dan akhirnya cuma bisa nyelesein nonton 5video. Tapi dari lima video ini ada banyak yang bikin tersentuh. Film ini banyak ngasih kata mutiara. Bener banget deh kata anak-anak kalo film ini bikin mereka jadi semangat belajar dan nemuin cara baru buat belajar.

Kayak waktu belajar matematika, lima orang ini diajarin untuk nggak takut sama matematika soalnya matematika adalah permainan. Yang dibutuhkan untuk ngerjain matematika adalah refleks. Refleks kayak waktu kita liat ada bola pingpong datang ke arah kita terus tanpa pikir panjang kita langsung pakai bet kita buat ngsmesh si bola ke lawan. Ya, gitulah menganalogikan, begitu liat angka jangan langsung panas dingin tapi harusnya langsung reflek cari smes penyelesaian.

Terus waktu belajar fisika...wahhh, ini saya setuju banget nih. Sempat kepikiran, coba kalau cara ngajar guru-guru saya kayak cara ngajar guru di film ini , kayaknya saya bakal punya chance lebih banyak buat jadi orang pinter kayak Ferandi dan Reza, deh. Ya gimana enggak, soalnya waktu mereka belajar bidang miring tuh si gurunya ngasih analogi ada anak kecil main perosotan dan celananya ketinggalan di tengah perosotan, yang nggambarin gaya gesekannya. Wah, nampol dehhhh.

Beda lagi waktu belajar sastra. Si guru sastra ini ngasih cerita sastra dalam bentuk komik! Mana ada gambar bokepnya lagih! Ya terang aja jadi semangat ngebacanya. Bedakan sama pelajaran sastra kita...waduhhhhh sampai botak aja tuh saya mikirin si Hang Jebat ini sebenernya antagonis atau protagonis sihhhhhh, gara-gara bahasanya saya nggak ngerti.

Kalau buat belajar bahasa Inggris, kayaknya kita-kita juga pernah kayak gini deh. Belajarnya dari lagu. Selain buat nambah vocab juga buat ngapalin form-form dalam bahasa inggris. Sip sip.

Film ini...yup, udah saya bilang kan kalau seru? Iya, emang seru banget. Ada yang bikin kagum kayak cara belajar mereka, ada yang bikin kepala kita ngangguk-ngangguk gara-gara quote-nya nge-touch banget, terus ada yang bikin ketawa, bikin kesel, bikin geleng-geleng kepala, banyaklah. Sayang waktu itu nggak sampai habis nontonnya. Awalnya mau minjem ini kaset dan ditonton di rumah, tapi ternyata...si Agnes juga minjem dari si Jija..yaelahhhhhh..nggak jadi deh minjemnya. Ntar aja deh beli...bajakannya di FlowerCity atau Vertex. Hehe.

Hummmmm, nonton film, ngobrol, makan, foto-foto...asik tuh. Setelah satu bulan lebih berkutat sama yang namanya belajar...penyegaran kayak gini lumayan asik juga. Siplah. Tengkyu, Nes udah ngundang dan tengkyu juga buat orang-orang yang kemarin dateng dan ngeramein rumah Agnes. Sering-sering aja.

(Ark.Mei'07)

Store Tour Mc'D





Ada yang tau apa maksud judul di atas?

Atau bahkan ada yang pernah ikutan?

Bingung kenapa ada foto anak-anak bawah umur yang lagi berpose di balik kasir Mc'D?

Bingung kenapa kuartet F4 versi betina itu memakai celemek Mc'D?

Hmmm...

Mari kita cari jawabannya di postingan kali ini.

Store Tour Mc'D adalah kegiatan Mc'D. Ya iyalah, jelas, obviously written gituh -wedan, ini istilah muncul dari mana...?artinya apa, artinya apa? Hehe- . Jelasnya lagi, STMc'D ini adalah pengenalan Mc'D ke masyarakat luas. Pengenalannya kayak kita diajak tahu gimana sistem kerjaan dan shift di Mc'D, gimana proses bikin ayam crispy, gourmet, burger, gimana cara ngukur produktivitas karyawan Mc'D, gimana gudangnya Mc'D, dan hal-hal lain yang...Mc'D bangetlahhh!

Nah, bagian masyarakat yang diajakin Mc'D untuk ikutan Store Tour ini adalah pelajar. Satu lagi, gratis! Suer. Nggak percaya? Ya ampunnnn, beneran...Udah gratis, kitanya juga diajakin kok. Jadi nggak selamanya perlu pasang tampang sok minta belas kasian gitu ngerengek-rengek minta ngikut STMc'D. Masih nggak percaya? Nih, buktinya kemarin geng saya ditawari buat ikutan Store Tour Mc'D waktu kita lagi asik-asiknya heboh makan sambil gosip di Mc'D BIP.

Nah, karena kemarin geng saya yang gila ini diajakin Pak Sahri, Manager Mc'D BIP buat ikutan Store Tour, makanya kita bisa mejeng ke dalem-dalemnya Mc'D dan pake celemek Mc'D.

Gimana ceritanya tuh?

Kita juga nggak sengaja sih sebenernya. Pulang UAS Komputer (UAS jam 8 dan jam 8.15 kita semua udah keluar. Entah karena soalnya gampang atau kitanya yang nggak niat sekolah...) ada yang tiba-tiba inisiatif buat beli ice cone sama paket 5454 (hihi, irit). Sekalian mau bayar utang nraktir anak-anak kelaparan dari Zimbabwe ini karena udah tiga kali menang lomba tapi belum sekalipun memberi kontribusi pada septictank mereka masing-masing, yaudah saya ngikut. Naiklah kita ke angkot Kalapa-Dago dan berhenti di Mc'D dan makaaaaaaannn.

Setelah kita selesai makan, kita nggak langsung cabut, ya biasalah ngayal nggak jelas ngalor ngidul. Pas lagi asik-asiknya ngayal, tiba-tiba ada orang yang ngehampirin kita. Wih, kaget juga, kirain bakal diusir gara-gara terlalu ribut, terlalu lama duduk, dan terlalu murah beli produknya, ehhhhh ternyata kita ditawarin mau nggak ikut STMc'D sekarang juga.

Dasar anak-anak kampring, denger ada penawaran kayak gitu sih ya langsung mau. Iya iya aja pokoknya. Kita langsung ngikut Pak Sahri ke bawah dan diajaklah kita ke sudut-sudut Mc'D.

Tempat pertama adalah ruang administrasi. Ini semacam kantor kecil gitu. Oia, tas kita dititipinnya di situ. Di tempat ini Pak Sahri njelasin ke kita pembagian shift karyawan Mc'D, apa tugas-tugasnya, dan tentang magang di Mc'D. Kata Pak Sahri, di tiap Mc'D itu ada leader yang ngatur hari ini masak berapa ayam, ngeluarin berapa sambel, dan lain-lain pokoknya yang berhubungan sama orderan makanan. Dia bertanggung jawab supaya makanannya cukup untuk pengunjung dalam satu hari. Nggak kurang nggak lebih. Terus tentang magang, sekarang Mc'D lagi mbuka program magang khusus buat mahasiswi. Ingat, mahasiswi!

Beralih dari sana, kita masuk ke dapur. Ada french fries atau kentang Prancis (dinamain gini gara-gara cara motong kentangnya ala Prancis) yang ternyata diimpor dari Amerika dan kita di Indonesia -tentunya di negara lain juga- cuma tinggal goreng. Waktu kita tanya kenapa nggak pakai kentang Indonesia, kata Pak Sahri untuk menjaga citarasa dan lagian, kentang Indonesia kurang memenuhi standar syarat.

“Sebenarnya ironi juga ya, padahal Indonesia sendiri punya hasil pertanian yang banyak,” kata Pak Sahri.

Bener, Pak!

Kita juga liat ayam-ayam. Untuk ayam, ayam yang dipakai udah lokal. Pusatnya ada di Jakarta. Jadi orang Jakarta ngirim ke Bandung dan daerah lain. Ayam itu dikirim setelah dibumbui, istilahnya mayanasi gitu yah kalo nggak salah. Pokoknya istilah itu artinya membumbui ayam dalam keadaan mentah. Selain ayam mayanasi yang dipasok dari pusat, tepungnya juga dipasok dari pusat. Katanya, lagi-lagi untuk menciptakan citarasa yang khas dan nggak bisa dicontek. Ayam di Mc'D di'goreng' dalam Palm Ollen Solid atau minyak sawit padat di atas Henny Penny alias Fryer Pressure dengan suhu 135 derajat celcius selama 12 menit. Hmmmm. Untuk ayam crispy, ayam digoreng dengan tanpa tekanan udara atau secara kasat mata sih kita ngelihatnya digoreng tanpa ditutup. Maksudnya supaya bisa kering. Kalau ayam yang reguler, dia di'goreng' dalam keadaan tertutup supaya dagingnya tetep basah. Oia, sistem Fryer Pressure ini pake thermostat. Sial, fisika lagi fisika lagi.

Selain lihat ayam, kita juga liat spaghetti, gourmet, dan burger in process. Hmmm, laper lagi deh.

Ada satu hal yang baru banget kita tahu, ternyata sangkaan kita kalau Coca Cola Mc'D itu udah ada soda dari sananya adalah salah! Jadi sebenernya mereka cuma punya sirup Coca Cola aja, nah si sodanya itu mereka 'ciptakan' sendiri lewat campuran CO2 dan air. Lewat lika liku pipa pipi di dapur, coca cola atau fanta dalam tabung dihubungkan dengan tabung CO2 dan pipa air dan akhirnya lewat tekanan gas CO2 itu si coca cola bisa nyampe ke depan dalam bentuk yang kita kenal. Pantes aja ada beda rasa antara Coca Cola beli di Griya sama beli di Mc'D. Ternyata jawaban kenapa di Mc'D jauh lebih seger adalah karena sodanya fresh from the oven!

Setelah kita puas tanya-tanya di dapur dan kenalan sama orang-orang Mc'D, perjalanan berlanjut ke gudang penyimpanan! Huraaaayyyy. Agak jauh juga nih dari Mc'D. Gudangnya itu ada di basement. Wahhhh, kayak sarang mafia aja. Hehe.

Ada dua gudang tapi masih sama-sama gudang pemdingin. Yang satu suhunya -13 derajat celcius buat nyimpen daging, kentang, dan aduh lupa euy dan satu lagi suhunya 0 derajat celcius buat nyimpen ayam, keju, susu, bla bla bla lupa. Kita masuk loh ke dalaem gudang es ini. Hiiiii, dingin banget! Dan licin! Wah, ati-ati tuh. Sempet ngayal juga nih saya, gimana kalo kejadian di film jadi kenyataan..hehe..yang kekunci di lemari pendingin, hehe. Wah, untung aja khayalan saya nggak kejadian. Mati aja tuh. Dingin banget!!!!

Setelah puas ngiterin gudang, balik lagi ke Mc'D atas, kali ini lihat proses pelayanan. Ohhhh, ternyata di mesin kasirnya ada banyak tempelan kode makanan. Terus di sana juga ada timernya buat ngukur keproduktifan para karyawan Mc'D. Kita juga jadi tau cara kerja kasir, gimana masukkin kode makanan dan gimana kalo ngecancel pesenan. Hmmm, ribet.

Perjalanan selama 45 menit pun berakhir di sini. Tas kita dibalikin dan kita dapet pengalaman baru dari Store Tour Mc'D. Hummmmm, lumayan....

Buat temen-temen yang penasaran sama Store Tour, asalkan kalian masih berstatus pelajar dan minimal ada empat orang dalam rombongan kalian, dateng aja ke kantor kecil Mc'D dan mintalah supaya ikut Store Tour! Hmmmm, asik loooowh!

(Ark.Mei'07)

Jauh Banget, sih Banjaran!!!!!!!!!!

Tanggal 6 Mei kemarin saya ke Banjaran dan ini oleh-olehnya.

Tahu nggak Banjaran itu dimana? Jangan sedih kalau nggak tau, soalnya saya juga baru tau yang namanya Banjaran tuh kemarin. Hiiiiii. Ampun dehhhh. Jauuuuuuuuuuuuuuuuhhhhhhhh banget!

Kalau kemarin Saugan, Tancin, Adit, Ayi, Gepeng, Kuntul, Abe, Dika, Ipang, dan sejuta orang lagi bisa bilang dan menghina-hina saya kalau rumah saya itu ada di ujung dunia dan bisa diibaratin sama upil yang nyasar sampai sulit dikorek, huh, sekarang kalian harus tau kalo ada tempat yang jaraknya sangat jauh lebih parah dari tempat saya tinggal. Ya itu si Banjaran itu. Gila lah, jauh pisaaaaaaaannnn! Sumpah! Kalo diibaratin upil sih, Banjaran itu upil yang nyasar sampai ke bulbus olfaktori, bahkan sampai ke medula oblongata, saking parahnya.

Perjalanan dimulai pada pukul 06.45 lewat motor yang dikemudikan sama ibu saya yang kayak superman. We both know nothing about that 'amazing' place dan akhirnya ngeraba jalan lewat intuisi nggak jelas kami yang bisa dibilang sangat nggak berbakat buat dijadikan substitusi dari GPS-nya N95. Ngelewatin terus si By-Pass dan akhirnya setelah menempuh perjalanan selama setengah jam dengan percepatan sentripetal, ibu saya nemu ada angkot jurusan Tegallega-Banjaran. Yessssss, mulus. Akhirnyah!

Ternyata angkot warna kuning muda itu belok ke sayap kiri Moh. Toha, yasud kita ngikutin aja. Makin lama, jalan Moh. Toha semakin sempit dan semakin banyak plang pabrik di tepi kiri-kanannya. Oh, baru tau deh saya kalau Moh.Toha itu jadi kawasan industri. Ada pabrik kertas, coklat, tekstil, hlooohhh janggal ya itu pabrik...nyampur-nyampur semua. Nggak tau tuh.

Moh.Toha masih terus kami lewati. Jalannya yang makin sempit otomatis membuat angkot jadi raja jalanan kayak trem di ostrali. Bayangin aja, saking sempitnya itu jalan, setiap ada angkot berhenti akhirnya semua kendaraan yang ada di belakangnya jadi ikut berhenti juga. Ini nih yang bikin saya jadi rada nasteung alias naik darah. Cape oiiiiii!!!!

Saya kira Moh.Toha nggak bakal segitu parahnya, tapi ternyata perkiraan saya salah. Moh.Toha sangat parah! Dia panjang banget. Amit-amit. Mana pemandangannya monoton banget lagih! Kalau bukan benteng pabrik ya sawah yang kering. Kalau bukan angkot yang berhenti ya bis karyawan yang seenaknya kentut polusi ke muka saya. Cuhhhhh. Debu-debunya pada nempel ke bibir dan kerasa di mulut!

Setelah sangat lama, akhirnya ada belokan ke kanan. Sempet ibu saya nanya ke pak Ogah kalau mau ke Banjaran lewat mana dan dijawab ikutin jalan ini dan kalau ada jembatan baru belok kanan. Hummmm, rada seneng tuh saya soalnya saya kira setelah belok kanan maka dunia baru itu akan segera saya lihat. Tapiiiiiii....
Lagi-lagi saya salah!

Banjaran itu masih sangat-sangat jauh!

Belok kanan, lurus sampai jembatan, dan belok kanan lagi adalah awal dari segalanya. Itu baru sampai daerah Baleendah, perbatasan kabupaten. Oh ma goddddd!
Lanjut lagi perjalanan. Melewati jalan utama Baleendah yang nggak lebih lebar dari Moh.Toha, saya mulai takjub. Apa pasal? Beda banget sama jalan utama lain di Bandung, padahal Baleendah ini pusatnya kabupaten. Bandingin aja, ambil contoh yang deket, Buah Batu, selain jalannya lebar, kiri-kanannya tuh swalayan, butik, distro, warnet...sedangkan Baleendah? Rumah rakyat semua! Beneran! Sumpah bangetlah kemarin tuh sempet dapet feel kayak lagi napak tilas ke luar kota. Yang kalau kita mau ke Surabaya tuh harus ngelewatin dulu beribu kota kecil di antara Jawa Barat-Jawa Timur. Oh, godddd.

Sejuta taun kemudian, ada lagi pemandangan yang lebih gila. Gunung tuh ada di depan hidung. Gede banget! Gunung yang biasanya dari jalan raya cuma kita tangkep sebagai kerucut biru yang elegan tiba-tiba nampak di depan saya sebagai jelmaan onggokan tanah yang ditumbuhi liar sama pohon-pohon gede! Warnanya udah nggak biru lagi tapi macem-macem. Ada ijo, coklat, kuning, putih. Khas warna tanaman dan tanah yang gundul. Waw! Kaget juga waktu lihat ke sisi yang lebih dalam ternyata ada sungai yang lebbbbbbbbbbbbbbbarrrr banget kayak Bengawan Solo. Wah, gila nih kota kabupaten...

Kota kabupaten ini juga sangat religius, Teman! Saya perhatikan, kayaknya tiap berapa ratus meter itu ada masjid milik ormas Islam, sekolah swasta yang bernama islami, dan iya lagi-lagi itu, masjid lagi, sekolah islam lagi. Wahhhhh.Religius sekali...(Atau ajang kampanye?).

Setelah melewati Baleendah yang menakjubkan selama jutaan tahun cahaya, akhirnya masuk juga tuh ke daerah Banjaran.

Waw, nggak jauh beda, Banjaran yang deket sama Pangalengan(kampungnya Taufik Hidayat) ini juga punya pemandangan yang menakjubkan. Gunungnya nampak jauh lebih liar dan bau udara khas alamnya makin santer tercium. Hmmmmmh, for the first time at that day, finally the real oxygen could be breathed. Asik asik asik. Oia, anginnya juga cukup dingin buat ukuran jam setengah delapan pagi.
Jalanan di Banjaran juga bagusnya nggak banyak tingkah alias nggak banyak belokan. Luruuuuuuussssssssssss mulu. Walaupun agak sedikit boring tapi yah gapapalah buat dua orang yang sok-sokan tau daerah tak dikenal. Seenggaknya kalau nyasar pun baliknya masih gampang.

Akhirnya perjalanan dari Bandung menuju Banjaran selesai juga dan perjalanan pulang dari Banjaran ke Bandung nggak terlalu bikin syok. Jelas, soalnya mental saya udah cukup mengerti untuk menerima kenyataan bahwa syarat untuk dapat pulang ke Bandung adalah sabar, tahan, dan tabah ngelewatin jalan superpanjang, gunung depan hidung, sungai panjang, polusi bertubi-tubi dari pantat bis, dan kediktatoran angkot dalam memimpin jalan yang supersempit dan pas-pasan.

Wahhhhhh!

Tau akibatnya apa setelah saya menempuh perjalanan ini? Tiga hari saya cape! Pegel kaki, otak, dan pantat! Argh! Mana besoknya tuh UAS lagih! Fisika! Mana bisa belajar gua...???

Gilaaaaaaaa!!! Banjaran jauh banget, sih!!!!

(Ark.Mei'07)

Mau Ngepost tapiiiii....

Huh, mau ngepost aja banyak halangannya...
Mau ngepost tentang UN...gajadi...padahal dah nulis. Gawat, nih makin banyak kasus kecurangan yang dilaporkan, ntar gua kena lagih. Ga, bukan karena saya ikut kecurangan tapi masalahnya saya banyak liat 'kecurangan'.
Mau ngepost tentang UAS, wahhhhhh sama aja...ntar ajalah kalo udah rada 'sepi'
Mau ngepost sampah-sampah lain...yaelllllllahhhh flesdisnya masih di ferdy. Disuruh bawa tiap ketemu,lupa wae..dasar gila. Oiiiii, flesdis pz, fer...!!!!!
Yasudahlahhhh nanti saya bakal punya utang posting banyak nihhhh.
Buat kakak, sowie yahhhh imelannya ada di dalem flesdisssss...ntar ajah okeee..???

Iman oh..Iman....!!!!!!!!!

Ini bukan rubrik colongan dari si nuran di nurannuran.wordpress yang katanya mau dinamain Jomblo Kali Ini, tapi ini emang lagi pengen ngomongin orang aja. Hmmm, let me introduce this stupid and geblek guy, M.Hilman Mursalat alias Iman. Dia temen sekelas saya di 3-5 dan sering mondar-mandir di dalam kehidupan saya. Sedikit mengganggu tapi gapapalah, kocak juga nih anak (atau geblek?).

Pertama lihat anak ini ya waktu masuk kelas 3-5, padahal waktu kelas dua itu kelas kita sebelahan. Saya di 2-2 dan dia di 2-3. Tapi nggak tau kenapa anak ini nggak saya kenali sebagai anak 3. Hummm, siapa yang salah jadinya? Saya yang nggak eksis atau dia yang nggak eksis?

Iman ini anak Kanst alias anak Keamanan di 3, garanglah masuk ekskul ini mah, mau lulus diklatnya aja harus pake sesajen darah kita. Hiiii. Kegarangan khas anak Kanst ini tercermin di dalam muka Iman yang sangat sangar tapi sayangnya kesangaran paras ini tidak diikuti dengan kesangaran hati. Yah, ternyata hati Iman..ummm, bukan..bukan berhati selembut kapas seputih salju sehangat mentari tapi...sangat-sangat nggak banget dan hancur. Khas laki-laki. Takut liat kecengan dan berharap lebih pada mantan yang paling cantik tapi sayang karena sesuatu hal mereka harus terus berpisah.

Tapi walau bagaimanapun ternyata Iman masih sangat digilai oleh adik kelas, terbukti dari hasil poling majalah dinding edisi April yang menyebutkan bahwa Iman adalah pria kelima yang dikecengi adek kelas dan bursa penjualan foto Iman yang dikabarkan oleh ekskul Jepret masih terus menggeliat naik.

Waktu saya tanya gimana rasanya jadi the fifth most wanted male...

Saya : Wedaaaaan, maneh jadi nomer 5, Man. Ternyata beungeut siga maneh masih ada

yang berminat, Man...(Ternyata muka kayak lu masih ada yang berminat)

Iman : Iya, euy, Gop...Aduuuhhh, Iman sebenernya bingung... Kenapa bisa yah...

Saya : Sama, Man..Lu aja bingung..apalagi gua...

Iman : Oh, gitu ya, Gop... Mmm, yah kalo gitu mah Iman nggak bingung lagi. Yah,

walopun Iman yakin kalo yang ngeceng Iman itu pasti orangnya goblok dan bego

banget yah, Gop, yah...tapi yang jelas mah Iman sekarang yakin kalo Iman

emang..yah...panteslah gitu kalo dikecengin...Gapapalah...

Dika : Haha, tappi kalah maneh jeung aing...Aing jadi nomer dua nu

dikecengan..Hahahaha.

Iman : Anjis. Heu euh. Kenapa sih gua bisa kalah sama lu? Gantengan gua juga...! Gop,

Gop, Gop..Iman sama Dika gantengan Iman yah, Gop yah?

Saya : Argh!


Beralih ngomongin soal hati Iman. Muka sangar boleh tapi ternyata hati masih sangat cupu sekali. Ini buktinya,


Sms dari Iman : Halo Gope

Sms dari saya : Halo Iman. Naon, Man? Teu pupuguh ujug2 – artinyah : ga jelas,

tiba2- jam sepuluh malem bilang halo gope

Sms dari Iman : Gop, aduh, Gop..Iman lagi sedih banget, Gop

Sms dari saya : Sedih kenapa?

Sms dari Iman : Sedih bangetlah, Gop... Ga tega.

Sms dari saya : Iyyyyyyyaahhh!!!! Sedih kenapa emangnya, Imaaaaannn???

Sms dari Iman : Ntarlah Iman cerita, Gop...

Besoknya

Iman : Gop, bayangin yah Gop, yah...ada cewek..cantik banget, lucu

gitulah, sakit terus mati, Gop! Kamu sedih nggak, Gop?

Saya : Hah? Sapa yang mati emangnya?

Iman : Iman mah sedih, Gop..

Saya : Iya, oke Iman sedih tapi emangnya siapa yang mati?

Iman : Aduh, masa sih kamu nggak sedih, Gop?

Saya : Siapa yang mati emangnya, Maaaaaaannnn?

Iman : Cewek, Gop. Aduh, sumpah cantik banget. Iman kan suka.

Awalnya mah mamah yang suka, tapi lama2 Iman suka. Trus pas

Iman suka, tiba-tiba ceritanya dia sakit terus mati. Argh, Gop!

Malang..

Saya : Hah? Mamah? Ceritanya? Apaan sih maksudnya?

Iman : Aduh, Iman lupa judulnya apa, Gop...yang di Indosiar,

Gop...pokoknya ada Sorry-Sorry-nya..Gop..tau nggak Gop

judulnya apa?

Saya : Imaaaaaannnnn!!!!! Jadi itu cuma film?????!!!!!!!!!! Sialan lo, gua

kira ada yang mati beneran!!!!!!!

Iman : Tapi, Gop..cewek itu cantik banget, Gop..

Saya : Tapi itu film, Man!!!!!


Menghadapi Iman dapat dianalogikan dengan menghadapi kekeringan di gurun Sahara. Hmmm, apa hubungannya? Nggak ada, sih...Yah, pokoknya, intinya, menghadapi Iman harus penuh kesabaran. Masih ada banyak hal yang dilakukan Iman dan hal-hal itu dapat dikategorikan sebagai hal yang dodol. Belum lagi kalau narsis Iman udah kumat. Astagfirillooooooohhh.

Waktu pas UN, kebetulan saya nggak seruangan sama dia, tiba-tiba dia dateng ke kelas saya dan narik saya keluar. Kirain dia mau nanyain kunci atau minta kirimin sms, tapi ternyata...


Saya : Apaan?

Iman : Liat Iman, Gop..Perhatiin baik-baik..

Saya : Kenapa, sih?

Iman : Liat aja, Gop...Udah belum?

Saya : Udah.

Iman : Terus?

Saya : Harusnya gua yang nanyain itu, Man!!! Terus kenapa kalo gua udah liatin

lu?

Iman : Aduh, Gop..masa gatau...Iman tambah ganteng, kan pake sweater item

ini?

Saya : Eurggghhhhh!!! Iya....Iman ganteng...terus?

Iman : Bagus, Gop.kalo kamu nyadar. Yaudah, ya...Iman udah pede kalo gini

mah...

Saya : Hhhhhhhhhhhhh?????? (mati2an pgn nonjok)


Pokonya, si Iman kalo dibandingin Ayos -walopun di blognya Ayos terlihat sangat2 eksibisionis kuadrat dan narsis pangkat dua belas, ngerasa ganteng padahal itu muka mesum banget (cek aja tuh ke hifatlobrain.blogspot)-, aduh menang bangetlah urusan narsis-narsis kayak ginian. Bisa bikin orang cepet mati. Untung SMA bakal udahan dalam bulan ini, jadi seenggaknya saya masih bisa bernafas lebih lama tanpa harus berbagi dengannya. Alhamdulillah.

Oiya, buat yang berminat untuk memelihara makhluk sableng ini, silakan silakan monggooooo...Iman masih bersatus duda. Kehidupan cintanya, menurut apa yang dia curhatin sama saya seminggu dua kali, walaupun agak-agak berantakan, tapi masih bisa dibikin indahlah. Mau makan jam dua belas malem di Mc'D pas malem minggu? Bisa banget tuh sama anak ini. Mau diajakin apa lagi yah..lupa eu..bentar mari kita mengingat...Oh, mau ditemenin main sofbol di Lodaya jam sebelas siang? Bisa banget tuh. Mau dikawal waktu studitur ke Bali? Bisalah...dia kan anak Kanst. Nah, tunggu apa lagi? Buat yang berminat, silakan kirimkan komen atas postingan ini dan akan saya atur pertemuan kalian dengan makhluk siluman ini. Hanya satu pesan dari saya, Sabar ajalah sama Iman mah.

(Ark.Mei'07)


PS: this is dedicated buat temen sebangku saya yang desperately in love sama Iman. Aduh, Mi...maneh cukup ebleng juga dengan suka sama pria superkacrut ini!!!!!

Ujian Praktek

Selepas UN, perjuangan masih belum selesai. Rehat dari kegiatan belajar selama tiga hari dari Jumat sampai Sabtu, hari Senin tanggal 23 April saya dan (mungkin) semua anak kelas tiga SMA seBandung raya ngejalanin yang namanya ujian praktek.

Ujian praktek sih sebenernya formalitas doang, soalnya pasti bakal dilulusin. Nggak mungkin gara-gara nggak ngegambar terus jadi nggak lulus kalau nilai UN-nya mencukupi. Sebenernya logikanya gitu tapiiiiiii justru karena ada bawaan kayak gini makanya kita semua jadi superasal-asalan buat ngerjain praktek-praktek dari sepuluh mata pelajaran.

Kayak kelas saya nih, kelas 3-5. Aduh, ujian praktek sih buat kita mah, kalau diibaratin sama main kartu remi mah, istilahnya cus banget lah. Lewat! Nggak tau mesti ngapain. Paling parah waktu ujian praktek agama.

Ujian itu jadi ujian hari pertama dan nggak ada satu pun dari kita yang dapet bocoran silabus apa yang bakal diujiin. Dateng ke sekolah dengan tenangnya, “Eh, agama ngapain ntar?” dan dijawab, “Hehe, teuing...” alias nggak tau. Baru pas jam delapan dimulai kita langsung pada mati.

Yang diujikan:

-Solat jenazah

-Mandiin dan ngafanin jenazah

-Hapalan doa sehari-hari

-Ngaji

-Solat gerhana atau solat duha

-Hapalan QS.Al-A'laa atau QS.Al-Ghasiyah


Baguuuuuuuus!

Ini dia tanggepan sekelas...

Ngerawat jenazah? Hehehe. Dimandiin kayak kita mandiin anak kecil gitu bukan, sih? Siram dari gayung atau lelepin aja?

Hapalan doa sehari-hari? Mmmm...paling doa makan, belajar, tidur, ke WC. Udah. Kalo doa naik kendaraan? Bismillah. Kalo turun dari kendaraan? Depan Kiri, Mang!

Al-A'laa? Nggak apal..nggak tau malah!

Al-Ghasiyah? Yang 19 ayat aja nggak apal...gimana yang 26 ayat????!!!!

Argh! Udahlah in mah cus aja!!!!! Ujian yang kayak gini sih buka kartu banget nggak pada beriman. Hehe. Tapi alhamdulillah bisa terlalui dengan baik, sih. Si Al-A'laa sama yang 26 ayat itu akhirnya boleh diganti sama dua surat juz amma yang lebih dari delapan ayat. Hmmm. Tapi kita masih juga belum puas, cule-cule brekele lagi jadi cuma dites Al-Kafirun sama Al Insyirah atau At Takatsur. Hehehe. Hapalan surat mah jaman SD banget tuh. Sekarang mah maksiat kitanya jadi udah lupa sama yang namanya surat-surat. Astagfiruloh.

Ujian hari kedua adalah ujian bahasa Indonesia. Materinya seperti biasa, mengarang, menyimak, dan berbicara. Nah, agak bermasalah sama materi berbicara yaitu drama! Argh! Nggak ada waktu buat bikin, ngapalin, dan latian. Ya iyalah, secara hari kedua..sekaligus kelas pertama yang nggak dapet bocoran dan kelas yang pada hari sebelumnya udah keteteran sama ujian agama. Akhirnya? Lagi-lagi cus dengan milih tema budaya buat drama.

Saya, Soni, Shova, Vivi, Rifki, Reza latian dadakan habis ujian agama sampe jam setengah enam sore, bikin naskah, bagi peran, latian bentar. Waktu yang disediakan maksimal lima belas menit dan kita dengan dodolnya show dengan cepat, lima menit beres! Judul dramanya nggak tau, intinya kita mainin tema Budaya Antri dan Budaya Meramal. Drama yang superenggak banget dan kacau -tapi kita enjoy...hehe. Namanya juga, cussssss!!!-. Saya jadi ibu-ibu yang percaya sama peramal, Shova jadi peramal gadungan, Rifki, Vivi, Soni jadi pengantre yang rebutan barisan buat diramal, Reza jadi dokter jiwa sekaligus suami saya. Argh. Tujlebnya, pas akhir drama, si Pak Abro nanya ke kita, “Jadi ini maksudnya semua orang gila, gitu ya..???” Argh.

Bukan, Pak!!!

Aduh, guru pun ternyata nggak nemuin apa amanatnya...Cussssss. Capede.

Hari ketiga...hari ketiga tuh ujiaaaaan..bentar bentar bentar bentar...Rabu tuh...Oiya, seni lupa! Pantes aja lupa! Hu um hu um, seni lupa! Alias seni rupa... Ujian ini ujian yang paling bikin tenang...kenapa? Bukan karena kita pada bisa nggambar tapi..justru kita nggak bisa nggambar. Hehe. Cussss. Pas hari H-nya, kita dikasih waktu dua jam buat nggambar dengan arsiran pensil tanpa penggaris dan penghapus di kertas HVS yang harus dikasih batas luas 15x12 cm atau 15x20 cm. Otomatis, pilih yang 15x12 lah. Hehe. Kita juga dikasih lembar perintah nggambar apa aja, yang sayangnya kita juga nggak ngerti sama arti perintahnya.

-Gambarlah dengan stilasi bla bla bla...

"Hah, stilasi apaan?”; “Wah, nggak tau, euy! Gambar ajalah...”

-Buatlah ragam hias asimetris kombinasi garis dan bidang bla bla bla..

Ini juga nggak tau lagi apa artinya cuma berhubung di situ ada kata-kata Abstrak-nya, yaudah kita cuma ngerti kalau intinya kita boleh pilih tema yang abstrak dari kombinasi garis dan bidang dan boleh nggak simetris...

Daaaaannnn, bisa ditebak, pada banyak yang ngambil tema abstrak asimetris ini. Kacau deh. Ya soalnya pemikiran kita cuma satu, gambar secara stilasi yang seharusnya nggak abstrak pun pasti ujungnya bakal ketangkep sama orang lain sebagai gambar yang abstrak. Whehe. Yaudah cari aman, mending ngegambar gambar abstrak aja, sekalian. Hehe.

Ujian selanjutnya adalah ujian komputer!! Whaha. Males. Vlookup, Hlookup, If. Lupa semua. Selama kelas tiga ini kita udah nggak dapet lagi pelajaran komputer. Hihihi. Cule cule brekele lagi ngecopy-paste rumus yang udah dikerjain sama anak kelas sebelumnya. Cussssssszzzs.

Ujian hari Jumat adalah ujian kimia. Praktikum titrasi, laju reaksi sama elektrolisis. Untung saya kebagian titrasi sama laju reaksi, bukan elektrolisis. Cuslah. Belum belajar si elek. Mati aja itu mah kalo dapet elek. Kasus di lab kim tuh rada dodol juga. Waktu lagi ngetitrasi, ternyata buretnya bocor...ngalir teruslah itu si NaOH nggak berhenti-berhenti, ditambah lagi anak yang dapet giliran sebelum saya itu numpahin HCl, udah gitu kayaknya ketetesan fenoftalin..akhirnya meja saya becek sama warna pink. Ugh. Nilai saya jadi ikut terkurangi gara-gara anak itu. Jorok.

Waktu lagi laju reaksi juga sempet degdegan. Na2SO3-nya kok nggak ada. Stak lima menit di meja dan diliatin pengawas, kayaknya sih dia bilang, nih anak dodol banget sih nggak mulai-mulai. Eugh, sumpah gugup banget tuh waktu itu. Apalagi waktu culang cileung ke Sonia, ternyata dia udah berhasil ngitung laju reaksi. Setelah lima menit yang dalam hati saya habisin buat ngutuk ditaro mana itu si natrium sulfat, ternyata...dia ada tepat di depan saya! Ya oloh...ngapain aja gua dari tadi. Hugh.

Hari Sabtu ada dua ujian. Fisika sama Aerobik.

Waktu ujian fisika, alhamdulillah saya dapet praktek kalor jenis. Untung bukan osiloskop atau apalah yang harus pake colok-colokan listrik. Terus berhubung saya telat dateng buat masuk shift pertama yang isiya cewek semua, akhirnya saya ikut shift kedua yang isinya semua laki-laki, nah di sini saya udah ngarep pasangannya sama Ferandi, Reza, Dani, Soni, atau siapalah gitu yang pinter dan bisa diperbudak untuk praktikum sendirian sekaligus masukin rumus, eeeeeeh taunya harapan saya hanyalah harapan kosong semata. Saya dapet pasangan sama si Karim! Oh, no! Udah mah saya tolol..ehhhhhh, pasangannya jauh lebih tolol lagiiiiiiii.

Karimmmm...kenapa kita begitu sering berjodohhhh!!!! Telat bareng, duduk bareng...Argh!

Ujian ini juga rada stak...tapi untungnya berhubung Karim sadar kalo dia emang rada dodol, jadi dia udah prepare..Cule cule brekele dia...bawa buku materi praktikum..jadi intinya kita OB alias open book. Hore! Berhasil!

Paling lega waktu udah ujian aerobik. Hummmmm. Perjuangan seminggu full pulang sampai magrib dan ditemani hujan superderes akhirnya berbuah manis. Hore, aerobiknya bagus. Cape banget tapi asik. Kebayar semua hari yang tersita buat aerobik. Tampil dengan gaya eighties, kelas 3-5 yang pake musik dugem ala 80an akhirnya bisa kompak lonjak-lonjak aerobik -yang jauh lebih pantes kalau dibilang gerakan modern dance, kayaknya- dengan powerfull. Nggak kalahlah sama anak 3-4 yang aerobiknya pake tema dangdut (dan pake lagu Mabok Janda!!!) dan gayanya harot pisan. Inul, Dewi Persik, Vetty Vera, Alam, Elvi Sukaesih mah kalah lah sama goyang aerobik dangdut mereka.

Hari berikutnya adalah ujian Biologi!!! Ini nih paling mending...saya dapet bagian Uji Mantan! Ups, maksudnyah Uji Makanan. Itu tuh yang nyari kandungan apa aja di dalam makanan. Yang pake tes biuret, benedict, lugol. Hehe. Ini mah nggak pake mikir. Tinggal tetes, tetes, tetes, panasin! Catet hasil! Yessssss.

Terakhirrrrrr adalah...bahasa Inggris. Huh, ini nih yang rada ngagetin...jadi dulu tuh kita sempet dikasih tugas buat bikin esai bahasa inggris, trus katanya boleh bawa kamus. Rada heran juga, ngapainnnnn?? Yaudah dulu tuh dengan lempengnya nulis apa aja. Ehhh, taunya sejuta taun kemudiannnnn..ada woro-woro titah raja bahwa apa yang sudah ditulis akan diujikan dalam bentuk wawancara. Inti-intinya mah kudu dispeakingin. Eugh. Tau gitu mah itu esai saya fotokopi dulu dehhhh. Hummm, untung tadi pas diwawancari lumayan lancar.
Keluar dari ruang ujian bahasa Inggris...hati rasanya legaaaaaaaaa bnaget! Tengkyu God...masih dikasih kesempatan buat nyelesein ujian praktek dengan lancar walaupun sangat-sangat hancur. Huks huks huks.

Ujian praktek lewat...nah sekarang tinggal berjuang buat ngehadepin yang namanya UAS. Oh, noooooooo!!!!!

(ark.Mei'07)

Menyiasati Mei

Januari, Februari, Maret, April, dan sekarang Mei! Wadaw! Udah bulan kelima lagi? Jadi kita udah ngerasain 2007 selama lima bulan? Nggak kerasa banget nih! Apalagi buat yang ngejalanin empat bulan ke belakang ini dengan belajar dan ujian, kayak saya dan anak-anak kelas 3 SMA atau 3 SMP lainnya.

Bulan Mei bukan bulan buat istirahat pastinya, walaupun yang namanya UN udah kelewat. Masih ada praUAS dan UAS yang diadain tanpa jeda waktu yang cukup. PraUAS tuh minggu ini dan UAS minggu depan. Hummmm. Capede. Belajar teruuuuussss. Lama-lama mabok ini mah. Freak!

Nggak cuma buat UAS, tapi juga belajar buat SPMB! Ayooooo, semangat! 27 Juni sebentar lagi!

Ngomongin soal SPMB, sebenernya ini saya lagi dendam aja sama bimbel-bimbel. Gila, kita diporotin habis-habisan! Bayangin aja, buat satu bulan belajar, kita harus ngerogoh kocek sekitar 700ribu sampai pu-lu-han juta! Wedaaaaaan. Programnya macem-macem, dari yang cuma satu setengah jam sampai yang dikarantina sebulan. Ck ck ck. Nggak mampu deh gua. Nggak mampu dari segi fisik dan tentunya biaya lah.

Sebelnya juga waktu baca brosur-brosur yang banyak nyampe ke tangan saya itu di sana mereka mewanti-wanti (atau malah menakuti?) bahwa persaingan di SPMB itu sangat ketat, dari ratusan ribu pendaftar yang diterima hanya sepersekiannya, terus PTS itu biayanya mahal, bla bla bla...intinya kita harus mampu lulus SPMB dan itu diperlukan kesiapan yang matang. Karena itulahhhh masuklah ke bimbel kami. Gubrak.

Masalah SPMB persaingannya ketat mah udah pastilah, PTS mahal juga udah pasti, harus bisa lulus SPMB juga harapan setiap orang, tapi ya nggak usah diperbesar gitu dong masalahnya. Jangan membuat kita jadi tambah panik. Maksudnya, jangan membuat kita jadi panik dan memeras kita secara halus. Hiks. Aduh, justru yang kayak gini ini yang bikin anak-anak jadi nggak pede. Ya contohnya nggak jauh-jauh, ada beberapa temen saya yang ngambil intensif SPMB sampai ke tiga tempat (yang semuanya itu ngasih harga jutaan rupiah). Alasannya kalo di bimbel ini mah bagus IPA-nya, kalo di bimbel yang itu IPS-nya bagus, kalo di bimbel itu materinya lengkap. Hummmm... aneh.

Buat saya sendiri, sih... semua itu tergantung dari kitanya sendiri. Kalau kita bisa belajar dengan maksimal, ikhlas, baik, tawakal ke Allah, punya niat dan tujuan yang mantep untuk milih jurusan X, ya pasti jalan mah ada ajalah. Orang Allah itu Maha Segala-galanya, kok. Kenapa kita harus panik sama soal-soal SPMB yang susah? Iyaaaa, emang susah...tapi jangan jadi dodol dengan boros duit dan kemakan omongan brosur.

Dimana-mana brosur mah emang bersifat persuasif, segala yang baik diomongin, ditambahin, dikasih warna yang atraktif, ilustrasi yang mecing...yang jelek ditutupin. Hmmmm. Padahal biasa aja tuh setelah tau kenyataannya mah. Lagian mereka sama-sama nggak tau materi apa yang bakal keluar di SPMB, kan? Ya, berarti perjuangan tiap bimbel itu sama. Yang ngebedainnya adalah...kita sendiri!

Seberapa dalam dan serius kita sama jurusan yang kita pilih?

Seberapa rajin, fasih, dan jeli kita ngerjain soal-soal?

Seberapa khusu dan tawakal kita ke Allah?

Seberapa jauh kita paham sama materi yang selama tiga tahun ini kita dapatkan di SMA?

Seberapa niat kita belajar di bimbel dan nggak bikin ribut sekaligus ngeganggu orang lain yang mau belajar -dan snggak lupa, seberapa sabar kita ngehadepin biang ribut di kelas bimbel?- ?

Bolak-balik mah itu lagi, sih. Ikut bimbel boleh, buat nambah-nambah pengetahuan, tapiiiii jangan sampai freak gitulah. Ikut yang berjuta-juta sampai ke beberapa tempat. Kapan kita punya waktu belajar sendiri buat ngulik-ngulik? Ada juga pulang ke rumah cape. Ambisius tapi nggak realistis itu mah. Ngejar mimpi doang.

Yang terpenting buat menghadapai Mei, maksud saya ujian, adalah kedewasaan kita buat bersikap biasa aja, nggak panik, dan bener-bener tawakal ke Allah. Yakin aja lah, Teman...ikut bimbel A, B, C, D...sampai Z mah bukan determinan kita bisa lulus SPMB. Determinannya kan kita sendiri. Jangan kemakan omongan brosur dan jangan nyusahin orang tua kita untuk modalin segala kepanikan kita, pokoknya. Kalau mau ikut bimbel, ikut aja satu yang bisa bikin kita fokus dan pewe belajar.

Ah, yup! Sudahlah. Pesan moral untuk bulan Mei ini adalah persiapkan diri sebaik-baiknya! No konsumtippppp!!! Yakin, Allah will always help u cz Allah's everywhere!

Selamat belajar, Teman-teman!

(ark.Mei'07)

Hampir Kecopetan

Ternyata saya selain pinter menjaga gawang dari bobolan bola tiap ada tanding sama 3-6, saya juga pinter menjaga hp dari kepungan para pencopet di bis! Pokoknya, Saras 008 kalahlah sama saya untuk urusan kayak ginian! Ciaaaaaaaaaatttttt!!! Awas, kakanggggg!! Hehe. Berlebihan. Nggak gitu-gitu banget, sebenernya.


Yup, hari Kamis 26 April kemarin saya hampir kecopetan. Untung insting saya cukup mumpuni untuk mengetahui mana copet dan mana fans -soalnya modus operandi mereka sama yaitu, ndeketin, mepet dan nggak memberi runag gerak- , jadi saya bisa langsung menggagalkan aksi mereka yang cukup sadis dan tidak berperikemanusiaan, yang hendak memisahkan saya dari p910i tercinta yang dua tahun ini selalu setia menemani dalam suka dan duka, dalam putus dan jadian, dalam kaya dan miskin, serta dalam sepi dan gempita, hehehe.

Jadi ceritanya gini. Kebetulan Kamis kemarin itu lagi ada keajaiban alam, latian aerobik cuma sampai jam dua doang, biasanya kan sampai jam lima, nah pulang siang macem gini nih yang bikin males, soalnya saya harus nungguin bis di Buah Batu rada lama. Oh, goddddddd. Cape. Panas. Hmmmm, setelah setengah jam berdiri, akhirnya datenglah itu bis Cililin-Cileunyi.

Ada dua bis dateng beriringan, saya nyetop yang pertama tapi dia nggak mau berhenti padahal belum penuh banget. Akhirnya jadi nyetop bis yang kedua, yang jauh lebih kosong daripada bis yang pertama. Dia mau berhenti tapi berhentinya agak jauh, yang otomatis ngebuat saya akhirnya naik lewat pintu belakang.

Nah, pas masuk bis itu tiba-tiba ada tiga atau empat laki-laki bangun dari kursinya dan serempak mepet saya. Bingung banget tuh. Perasaan, ini bis kan masih kosong, banget, tapi kok begitu gua masuk ada orang langsung berdiri dan sok-sokan mau ngasih tempat duduk buat gua...-GR-. Waktu itu belum curiga, cuma baru bingung doang, tapiiiii akhirnya bertambah bingung lagi waktu mereka semakin mepet dan sok mau jatuh, padahal si bis sama sekali nggak ngerem. Gua aja tanpa pegangan, seimbang gini berdirinya, kenapa mereka mau jatuhhhh padahal mereka pegangan...?

Akhirnya si insting saya bekerja. Nyis, jangan-jangan copet! Mereka bawa tas gede nggak? Njis, bawaaaa!!! Akhirnya reflek saya tarik tas saya yang mereka tutupin pake tas mereka yang super gede -tapi keliatan banget kosongnya- dan bener banget tuh kalo mereka copet...soalnya retsleting kantong tas saya yang paling depan tuh udah ngebuka dan tempat kaca mata saya udah ada di luar kantong.

Dasar tolol. Emang seidiot apa gua sampe gua bakal naro hp peninggalan masa kejayaan di kantong paling depan? Ya enggak gua taro situlahhhh.

Mereka kayaknya mampus banget tuh ketauan mau nyopet -dan ternyata apa yang mau mereka copet itu adalah tempat kacamata...hehe. Udah ketauan, salah pula. Hehe -, jadi waktu saya narik dan meluk tas saya secara reflek, mereka langsung ambil posisi sok nggak ada apa-apa dan ngasih saya jalan buat duduk.

Tapi dasar kayaknya masih penasaran sama hp saya, mereka ngikutin kemana saya duduk. Jadi waktu akhirnya saya berhasil duduk, mereka ngepung saya lagi. Mampus gua. Nggak ada pilihan lain, akhirnya saya bener-bener rapet meluk tas dan nggenggam tiga ritsleting yang ada di tas. Dan waktu saya lagi dalam posisi superdegdegan dan superenggakbanget buat difoto itu, salah satu dari mereka yang ngepung saya bilang gini, “Tong ka si ieu. Galak awewe ieu mah...” - Jangan ke anak ini. Cewek ini mah galak-.

Eh, dasar saiko. Udah mau nyopet gua, masih ngehina-hina gua lagihhhhhhh. Huh. Tapi baguslah. Eps, belum selesai juga itu percakapan mereka. Kayaknya salah satu dari orang itu masih berniat ngincer ritsleting tas saya yang lain. Nggak tau dia bisik-bisik apa, yang jelas temennya nanggepin lagi, “Galak, galak! Jangan! Resiko!”

Wah, yang kayak gini nih yang nggak bener.

Terus kernet dateng, nagih ongkos. Kayaknya ini kernet komplotan juga, soalnya dia tetep mepetin saya. Dia kayaknya mancing saya buat mbuka ritsleting yang lain dan ngasih kesempatan buat salah satu copet itu untuk ngambil lemahnya saya. Eps, maaf yahhhh...gua pinter. Waktu saya nyadar saya hampir kecopet, saya langsung ngambil uang dari kantong yang hampir mereka gerepeh. Nggak tau kenapa, waktu itu cuma kepikiran, sewaktu-waktu kernet dateng, saya udah siap sama duit dan nggak ada celah buat lengah.

Nah, tapi setelah saya kasih itu ongkos pake tangan kiri -soalnya tangan kanan nggenggam tiga ritsleting-, si kernet nggak pergi. Dia nggak mau nerima ongkos yang saya kasih pake tangan kiri, sambil sok tersinggung dia bilang apalah lupa, intinya, nggak sopan banget sih ngasih pake tangan kiri. Ah, bodo amat...siapa elu sampe gua harus ngehormatin lu pake tangan kanan...ada juga gua kecopetan untuk kedua kalinya. Sama-sama bertahan dalam posisi nggak mau ngalah cukup lama, si kernet akhirnya ngambil juga tuh ongkos..tapi masih juga ngomel..buat nyari kesalahan (baca:lengahnya) saya, “Kemana nih?”

Gobz, gua udah ngasih dua ribu!!! Itu tuh udah lebih dari cukup! Biasanya gua ngasih seribu lima ratus!!!. Terus dengan judesnya saya jawab, “Tagog!! Berapa lagi emangnya?!”
Akhirnya dia nggak ada alasan lagi dan dia pun pergi -tapi nggak jauh dari saya-

Sepeninggal si kernet, copet-copet itu makin rapet aja mepetin saya. Nyadar kalau ini bisa berakhir nggak bagus, akhirnya saya pindah lagi tempat duduk. Tapi salah satu dari mereka ngikutin saya, duduk di sebelah saya. Dasar monyet. Maunya apa, sih!! Kenapa harus ngincer guaaaa oiiiii! Satu, saya sama sekali nggak ngeluarin hp semenjak nungguin bis dan masuk ke bis. Dua, saya lagi nggak pake setelan orang tajir, sumpah. Waktu itu pake celana gombrang sebetis, kaos, sandal jepit yang udah geripis, tas ransel, plus muka keringetan gara-gara latian aerobik dari jam sepuluh pagi di kelas yang superpanas. Ergggghhhhh!!! Kenapa harus suudon sama gua kalo gua punya hp!!!

Di sini akhirnya mulai perang batin. Mending gua turun atau gua tetep di sini. Kalo gua turun, gua rugi 2000 dan harus ngeluarin ongkos 4000 lagi atau gua di sini, nggak ilang duit 6000 tapi ilang nyawa, baik di tangan mereka atau di tangan orang tua gua gara-gara ilang hp.

Berhubung ada satu quote dari saya yang bilang, Cetusan pertama dari otak adalah kata batin yang harus dituruti, dan cetusan pertama itu adalah kehilangan hp dan nyawa jauh lebih menyakitkan dari kehilangan duit 6000, akhirnya dengan pamit dulu sama pencopet yang ada di sebelah saya -yang cara duduknya sama sekali menghalangi saya untuk keluar dari kursi-, “Punten, Pak!”... dan sama dia dijawab..., “Loh, kok turun, Neng...???” (saya dalam hati : Dasar nggak ada dosa! Ya gua mau turunlah! Sori sori aja...lagi nggak mau jadi cewek yang seminggu nonstop nangis dan nggak bisa belajar gara-gara kehilangan artefak yang udah nggak diproduksi lagi sama SonyEricsson!!!), saya akhirnya turun dari bis. Turun dengan penuh kelegaan sekaligus degdegan sekaligus bersyukur pisan pisan pisan pisan pisan pisan sama Allah...Ya Allah, makasih masih ngizinin saya punya hp!
(Ark.Ap'07)