Beyond Life and Death : Ivan Scumbag

Masih lagi tentang buku, kali ini adalah buku biografi dengan judul, Beyond Life and Death : Ivan Scumbag. Ada yang tau siapa Ivan Scumbag? Yup, Ivan Scumbag adalah seorang vokalis band, spesifiknya band underground bernama Burgerkill. Ia berasal dari Ujungberung, Bandung. Dan ia adalah seorang vokalis underground yang paling fenomenal karena range suaranya luas, namun sayangnya ia sudah dipanggil duluan ke hadirat-Nya.
Jujur, saya bukan penggemar musik-musik underground, bahkan untuk membedakan mana musik dan mana vokal dalam lagu itu pun saya nggak bisa. Nah, kenapa saya bisa ngebaca dan mereview biografi vokalis Burgerkill yang udah alamrhum itu adalah karena Feby. Feby ini adalah Sekretaris II HILITE, Makrab HI 2008 yang karena saya adalah Sekretaris I akhirnya saya selalu kerja bareng cewek komunitas underground ini. Suatu ketika dalam perjalanan survey buat HILITE saya nemu ada buku bersampul hitam dan cukup tebal nganggur di tangannya. Saya pinjem dan dia dengan senang hati meminjamkannya.
Gaya penceritaan Kimung dalam buku ini sangat sederhana namun menggugah, seolah ingin merangkul banyak komunitas underground yang sangat kehilangan Ivan dan menyuarakan keseharian Ivan yang mewakili keseharian underground ke masyarakat lain yang menyepelekan mereka. Dan itu berhasil. Saya sendiri merasakan betapa banyak citra yang saya peroleh ketika membaca buku ini. Citra untuk tertawa, terharu, merinding ngeri, trenyuh, miris, tegang, kagum, bahkan menangis. Great Kimung, great Ivan, and great underground, pokoknya!
Seperti umumnya buku biografi lain, cerita berawal dari kelahiran Ivan dan latar belakang keluarga Ivan. Ivan terlahir di keluarga yang sederhana dan mencintai musik. Bapaknya seorang guru yang kelak menjadi kepala sekolah dan beberapa anggota keluarganya telah mewariskan Ivan darah untuk mencintai underground. Cerita berlanjut dengan perjalanan Ivan semasa kecil. Ivan seorang anak yang rajin beribadah dan pintar, terbukti dari prestasinya menjadi sepuluh besar di kelas serta memiliki penguasaan bahasa Inggris yang sangat maju dibandingkan teman-temannya. Kemampuan berbahasa Inggris itu yang membuat Ivan sangat piawai menyusun lirik untuk lagu-lagu undergroundnya saat ia menjadi anggota band.
Cerita lalu mulai menggigit saat Kimung menyuguhkan kehidupan Ivan yang mulai mengenal minum, ganja, drugs, dan tato. Hmmmm suasana yang digambarkan Kimung terlihat sangat nyata hingga seolah-olah saya sedang berada di tempat yang sama sambil menyaksikan aktivitas tersebut. Ya, Kimung mengisahkan bahwa Ivan dan teman-teman komunitasnya sangat tersiksa terus menerus terjebak dalam pusaran kelam tersebut. Mereka tahu nikmat yang diberikan alkohol, ganja, dan drugs hanya bertahan beberapa lama untuk kemudian menyisakan sakit yang teramat lama. Yang mereka inginkan hanya satu, selesai dari ketergantungan mereka.
Di tengah sisi yang membuat saya merinding tersebut, saya juga merasakan kekaguman. Mulai dari semua lirik lagu yang dibuat Ivan, kegigihan Ivan dalam bermain band hingg akhirnya Burgerkill diterima sebuah label mayor, prinsip Ivan yang sangat keras memperjuangkan cita-citanya hingga akhirnya ia sadar bahwa idealisme yang ia inginkan sulit terwujud. Lalu tentang kehidupan Ivan yang sederhana bahkan sering kekurangan uang di kantong pada saat kritis, pada solidaritas teman-teman Ivan, bahkan hingga pada dedikasi Ivan yang sangat mulia pada komitmen bermusiknya. Saya tidak tahu apakah Kimung melebih-lebihkan Ivan atau tidak pada buku ini, namun di luar semua itu, Ivan memang patut dikagumi.
Dalam semua sisi Ivan, saya melihat Ivan sebagai orang yang sangat gigih dan bertanggung jawab. Salah satunya, betapa Ivan malu menjadi beban keluarga sepeninggal ayahnya padahal ia adalah anak pertama. Keputusannya untuk mengembara ke luar rumahnya dalam pandangan saya adalah bentuk tanggung jawabnya kepada ibunya. Ia tidak ingin merepotkan ibunya dan tidak ingin menjadi contoh yang salah bagi adik-adiknya. Ia tidak punya pilihan lain. Bagi Ivan, cukup dirinya saja yang ’gagal’.
Panggung demi panggung ia lewati hingga akhirnya komunitas underground mendapat tempat yang lebih baik dibanding pada perkembangan sebelumnya. Dari panggung ke panggung ini kisah cinta Ivan mengalami banyak aktris di dalamnya. Ada banyak cerita cinta yang membuat bergetar di sini. Pada semua kisahnya, Ivan nampak begitu total menyayangi para pendampingnya. Entah apa itu namanya, apakah itu bentuk tanggung jawab seorang laki-laki pada kekasihnya atau apa pun hingha satu hal yang paling terlihat dalam kisah-kisah Ivan adalah Ivan seorang yang sangat romantis.
Pada klimaks biografi ini saya berkali-kali tercenung. Di akhir hidupnya dengan penyakit yang ia derita, yang ia sendiri tak tahu ia sedang sakit apa, Ivan tetap menjalankan komitmennya untuk berolah vokal. Sesak nafasnya, sakit kepalanya, dan ketidaksadarannya yang datang tiba-tiba sama sekali tidak membuat Ivan meminta izin untuk beristirahat. Ia tetap menyuarakan suaranya yang fenomenal, berusaha menjangkau range yang ia bayangkan, dan membuat beragam lirik yang menyuarakan kegalauannya akan hidup dan kerinduannya pada satu tempat bernama spiritual.
Lirik yang ia ungkapkan begitu jujur dan sederhana. Ia mempertanyakan dirinya, masyarakat, tuhannya, kehidupannya, dan segala yang bertalian di dirinya. Lebih menyentuh lagi karena lirik tersebut ia ungkapkan dalam bahasa Inggris yang indah. Hmmmm, saya bahkan sempat lupa bahwa lirik lagu tersebut disuarakan dengan alunan musik yang sangat menghentak.
Di tengah semua prestasi yang sedang ia raih dan berhasil ia raih, ternyata langkah Ivan harus dihentikan. Tuhan lalu memanggil Ivan dalam usia yang cukup muda tanpa memberi tahu Ivan, keluarganya, sahabatnya, dan para pecintanya apa yang menjadi penjemput Ivan. Ya, tidak ada yang tahu sakit apa Ivan sebenarnya. Diagnosa pertama Ivan sakit TBC. Diagnosa yang cukup mengguncang Ivan karena pada saat itu ia mulai merasa komunitasnya menjauhinya lewat elakan mereka meminum dalam satu gelas yang sama dengan Ivan dan memaksa Ivan menjadi pengisap satu ganja urutan terakhir. Diagnosa itu bertahan cukup lama hingga terapi pengobatan TBC Ivan berakhir. Diagnosa itu baru diketahui salah setelah Ivan sekarat. Katanya, sakit Ivan bukanlah di paru-parunya melainkan di otaknya. Ada yang menyumbat peredaran darah otak Ivan sehingga Ivan sering merasakan sakit luar biasa di kepalanya dan sering buang air kecil tanpa terkontrol serta pingsan. Diagnosa yang cukup terlambat karena Ivan akhirnya meninggal bulan Juli di tengah ibunya, sahabatnya, dan calon istrinya yang rencananya akan ia nikahi bulan Desember di tahun yang sama, tak beberapa lama setelah diagnosa itu terbit.
Sebuah kisah yang menarik dari seorang pentolan underground. Begitu banyak pembelajaran yang diberikan oleh kehidupan Ivan lewat penceritaan Kimung. Melalui buku ini juga saya sadar begitu banyak kehidupan di luar kita yang tidak sepatutnya kita remehkan. Lagi-lagi, menghormati adalah hal terpenting yang harus kita miliki dalam diri kita.
Ark.Mei’08

2 comments

yaaa, salah satu vokalis band metal terbaik di Indonesia, bahkan mungkin dunia.. bukan hanya karena suaranya bagus, tapi karena emang ada sesuatu dari alm Ivan yang gak dimiliki sama vokalis band metal kebanyakan. Dalam teriakan Ivan di setiap lagunya, ada teriakan parau dan lirih, sesuai dengan lirik2 yang ditulis oleh Ivan untuk Burgerkill, Penjara Batin misalnya, yang bercerita tentang seseorang yang terjebak dalam pikirannya sendiri dan tidak bisa lari dari kenyataan tersebut..

atau dalam lagu tiga titik hitam, yang dinyanyikan bersama oleh Fadly dari PADI. Di lagu ini Ivan berhasil 'menyatukan' suara Fadly yang mendayu tapi depressing dengan suaranya yang parau dan lirih tadi, menghasilkan lagu yang bisa dibilang 'lagu galaunya anak metal''.

Well, sekarang alm. Ivan udah gak ada, dan penggantinya juga (jujur aja), gak bisa nyamain Ivan sampai titik di mana alm. Ivan jadi frontman Burgerkill, soooo, yes, respect for the Scumbag !

Reply

wah..aku baru baca ini.. :")

Reply