Setelah Criminal Minds tamat di season
15 Februari 2020 lalu, saya menonton ulang Criminal Minds dari season 1. Saya
yakin sudah banyak cerita yang saya lupa sehingga rasanya tidak akan
membosankan untuk mengulang menonton serial ini. Selain itu, saya juga ingin
mengetahui lebih detail tentang masing-masing tokoh. Selama ini kan saya hanya
fokus pada jalan cerita kasusnya dan sedikit mengamati perkembangan karakter
setiap tokoh.
Dua atau tiga minggu ini akhirnya saya
menonton 3 season pertama Criminal Minds. Beberapa hal yang teringat lagi
adalah betapa kharismatiknya sosok Jason Gideon dalam memahami kasus dan
menjadi sahabat dalam tim. Waktu Jason Gideon meninggalkan BAU di season 2,
saya ingat dulu saya juga sedih, tapi sekarang rasanya jadi jauh lebih sedih
karena Jason Gideon di mata saya menjadi lebih riil, bukan sekadar tokoh yang
dihilangkan. Ah iya, perasaan ini juga semakin rill karena saya ingat alasan
sesungguhnya Mandy Patinkin yang memerankan Jason Gideon tidak mau meneruskan
kontraknya di Criminal Minds, yakni karena Criminal Minds tidak sesuai dengan
prinsipnya. Saya agak lupa apa maksud tidak sesuai prinsip tapi kalau tidak
salah ini berkaitan dengan kasus-kasus Criminal Minds yang melibatkan kekerasan
terhadap wanita (dan anak-anak?). Karena itu juga dalam 2 season awal Criminal
Minds saya betul-betul memperhatikan apa hal yang palig disturbing dari
Criminal Minds, at least bagi Mandy Patinkin. Hasilnya? Tentu saja semuanya
disturbing hahaha. Well, ya lalu mau bagaimana ya...Saya nggak tahu alasan
sebenarnya dari Mandy Patinkin, tapi yang jelas keputusannya untuk meninggalkan
Criminal Minds setelah 2 season itu tetap patut disesalkan karena kepergian
Jason Gideon cukup membekas. Namun, untungnya kepergian Jason Gideon ini masih
terhormat dan ngga terburu-buru. Lain cerita dengan kepergian Elle Greenaway.
Salah satu tokoh yang saya lupa pernah
ada di Criminal Minds tentu saja Elle Greenway padahal Elle ini ada di season
1. Astaga. Waktu menonton ulang episode 1 saja saya mengira Elle hanya polisi
yang minta bantuan BAU hahaha, padahal dia
agen BAU. Selama 1 season itu juga saya melihat tokoh Elle ini ya biasa saja,
seperti tidak ada attachment khusus dengan BAU. Perannya dalam BAU kan konon
sebagai analis kejahatan seksual, tapi masalahnya kasus-kasus kejahatan seksual
di Criminal Minds meski disebut ada, yang lebih diungkap kan victimology secara
keseluruhan sehingga ruang untuk memahami kejahatan seksual terhadap korban
perempuan ini hampir ngga ada. Ya memang ngga mungkin juga membuat film yang
fokus pada gambaran kejahatan seksual, tapi akhirnya peran Elle jadi ngga
terlalu menonjol. Saking ngga menonjolnya peran Elle ini, waktu pada akhirnya
Elle hengkang dari BAU masa dong ngga ada scene yang menjelaskan bahwa anggota
BAU lain kaget dan kehilangan Elle. Kayak yaudah Elle pergi setelah kecewa sama
Hotch dan yaudah aja gitu dia pergi. Beneran ngga dibahas lagi di season 2 dan
3 tentang Elle yang pergi. Tiba-tiba Prentiss masuk dan semua lupa kalau dulu
ada Elle.
Hal lain yang saya baru perhatikan
adalah JJ dan Reid itu memang dari awal sudah dekat dan harusnya ada (((rasa))).
Ini kan fakta yang saya lewatkan dan makanya jadi sedih banget di season 14
waktu JJ bilang dulu dia selalu sayang Reid. Ya memang Reidnya juga dodol. Ya
apa coba memang yang bisa diharapkan dari laki-laki yang fokusnya adalah pada ilmu
pengetahuan? Belum lagi Reid selalu menganggap dirinya paling kecil dan paling
caleuy. Ya kalau ada perempuan kecakepan yang care ya pasti hanya dianggap
sebagai sahabat. Baru deh pas Reid umurmnya nambah 10 tahun dan JJ sudah punya
anak 2, kesadaran tentang cinta itu muncul. Hoalahhhhh bule sama anak SMP 7
Bandung kok sama-sama bae ya hahahaha. Selain itu, mohon dipahami bahwa di
season 2 JJ bertemu dengan Will yang menjadi suaminya dan dalam pertemuan JJ
dan Will itu sungguh jelas terihat bahwa Will, selain ganteng, juga memang
punya itikad serius mengejar JJ. Ya bu ya, kalau ada yang lebih pasti mah ya
mau apa lagi yakan....Yah, bagaimana ya saya jadi kesal sendiri sama Reid dan
jadi sedih kalau ingat tragisnya hubungan mereka di season 15 waktu Reid sadar
memang selama ini dia hanya bisa terbuka dengan JJ.
Hal trivia lain yang saya baru ingat
lagi sejak menonton ulang Criminal Minds adalah cukup disayangkan ya akhirnya
Hotch memang berpisah dengan Halley, plus Halley-nya juga nanti meninggal.
Selain itu, saya juga agak bersimpati sekaligus kesal dengan Hotch karena dia,
terlepas statusnya adalah leader BAU, adalah anggota yang paling berjarak
dengan BAU lain. Dia harusnya bisa bilang ke timnya tentang persoalan
keluarganya, terutama sebelum dia mendapat surat cerai. Masalahnya ya engga.
Hotch menyimpan sendiri beban pikirannya dan tetap mengerjakan kasus
seolah-olah ngga punya persoalan keluarga. Padahal kata saya mah ya, kalau
misalnya tokoh Hotch dibuat lebih terbuka dengan geng BAU-nya, ngga cuma dengan
curhat aja, tetapi juga membuka rumahnya untuk acara kumpul BAU, harusnya ya
keluarganya masih bisa baik-baik saja. BAU dan Halley tuh bagi Hotch
benar-benar dua dunia yang ngga bisa dikompromikan. Sedih ya.
Kalau mengenai Morgan dan Garcia sih
selalu stabil tuh hubungannya dari awal season sampai Morgan hengkang. Saya
ngga nemu hal yang saya baru tahu tentang mereka berdua dari season awal. Ya
dipikir-pikir waktu Shemar Moore yang memerankan Morgan bilang ingin berhenti
dari Criminal Minds karena aktingnya ngga terlalu berkembang, ya betul juga.
Hal yang diulik tentang Morgan dan saya baru tahu di season 2 ya sejarah Morgan
bahwa waktu remaja dia pernah jadi korban kejahatan seksual.
Kalau soal Prentiss, karena dia baru
muncul di season 2 tengah dan biasa-biasa saja, belum banyak cerita yang
membuat saya merasa tercerahkan. Saya cuma baru ingat kalau Prentiss ini
anaknya duta besar. Yang menarik dari latar belakang ini ada beberapa. Pertama
soal pandangan Hotch kepada Prentiss yang masuk BAU pasti karena koneksi
ibunya. Hotch jadi agak suudzan karena Prentiss juga kenal dengan anggota
Congress yang menekan Hotch supaya ngga banyak bersuara tentang kasus
pembunuhan prostitusi di DC kalau mau karirnya di FBI mulus. Hotch baru percaya
integritas Prentiss setelah Prentiss menolak berkongkalikong dengan Erin
Strauss untuk menggeser posisi Hotch di BAU. Di situ Hotch baru sadar kalau
Prentiss masuk BAU bukan karena ibunya tetapi karena kepentingan Erin Strauss.
Hal kedua yang menarik adalah hubungan Prentiss dengan ibunya. Prentiss
sepertinya sudah terbiasa dikaitkan dengan kesuksesan ibunya sehingga Prentiss selalu
berusaha dua kali lipat untuk membuktikan diri bahwa dirinya mampu. Prentiss
juga akhirnya semakin menjauh dari ibunya dan ngga nyaman waktu ibunya datang
ke kantor BAU dalam kasus penculikan orang-orang Rusia. Di episode ini saya
jadi baru ngeh detail kehidupan Prentiss yang lain. Semua orang dan Prentiss
mengira ibunya selalu powerful. Ibunya juga selalu memperlihatkan bahwa dirinya
mampu. Namun, di akhir episode diceritakan bahwa ibunya ternyata sedang
mengalami krisis orang pensiun. Ngga lagi punya power dan mempertanyakan
eksistensi diri. Prentiss akhirnya bisa melihat ibunya lagi sebagai manusia.
Hmmm, episode dan scene ini agak berkesan buat saya tentu karena saya menemukan
hal seperti itu juga di kehidupan saya hehehehe. Ya namanya dunia kerja yang
itu mah mau negaranya negara superpower atau negara emerging ya isu birokrasi
dan kehidupan pasca pensiunnya sama saja. Menarik.
Kisah lain yang menarik perhatian saya
adalah kisah David Rossi, meski perasaan saya waktu menerima Rossi menggantikan
Gideon pada hari ini dan bertahun lalu waktu awal menonton Criminal Minds masih
sama, yakni seballll. Hahahaha. David Rossi tuh om-om classy penuh sama dirinya
sendiri gitu dan ngga bisa langsung blending. Belum lagi saya selalu
membandingkan dia dengan Jason Gideon yang lebih down to earth dan dedicated ke
pekerjaan. Saya itu baru bisa menerima Rossi sebagai tokoh yang baik di BAU itu
kayaknya di beberapa season terakhir Criminal Minds deh. Kompleks aja gitu Om
Rossi ini. Hotch dan Morgan juga terang-terangan banget memandang Rossi sebagai
sosok yang penuh dengan egonya sendiri. Banget.
Ego ini akhirnya satu-satu tersentil,
salah satunya di season 3 waktu Rossi diminta datang ke Philadephia oleh Agent
Jill Morris untuk mengkaji kasus penyiksaan perempuan kaukasian. Rossi melihat
Morris yang determined banget sama pekerjaannya ini sebagai sosok Rossi muda.
Rossi sadar kalau Morris ini bisa melakukan apa saja demi ambisinya, termasuk
memalsukan barang bukti, tapi Rossi masih melindungi Morris karena dia percaya
Morris bisa berubah. Ow ow angel syndrome wkwkwk. Rossi makin GR waktu Morris
curhat ke Rossi setelah ditegur Hotch karena terlalu so full of herself untuk
dapat perhatian media. Rossi masih percaya Morris cuma salah langkah seperti
Rossi muda. Baru tuh Rossi tertampar waktu Morris lagi-lagi melayani pertanyaan
media setelah dia bebas dari penculikan. Intinya ya memang Morris ini ya suka
banget sama perhatian media dan so full of herself, Rossi. Janganlah
mencoba-coba untuk menyadarkan orang. Hotch (atau Reid sih?) sudah bilang kalau
Morris bukan itu bukan Rossi jadi jangan selalu melindungi Morris. Namun ya
tentu saja pemirsa, Rossi malah marah. Nah kan, pas Rossi akhirnya sadar kalau
Morris ngga bisa berubah, baru deh sadar.
Sindrom angelic yang dirasakan Rossi ini
tapi kan manusiawi banget alias ngga cuma Rossi yang mengalami. Baik, baik,
maksud saya, saya juga mengalami hahaha. Saya beberapa kali (mungkin seringggg
ya tepatnya) melihat teman yang bertindak salah dalam pandangan saya dan saya
berusaha meluruskannya atau at least, saya berusaha masuk merangkul dia supaya
ngga berperilaku terlalu aneh. Hasilnya selalu sama, ya mereka mah mereka.
Mereka bukan saya. Mau saya merangkul, meluruskan, atau menegur, ya mereka ngga
lihat apa yang saya lihat dan ngga menginginkan apa yang saya anggap sebagai
hal ideal. Ya mereka balik lagi jadi pribadi yang bertindak mengesalkan dan
saya jadi lebih kecewa sama mereka karena itu. Ada beberapa yang bagus tuh bisa
saya tinggalkan, tapi ada juga yang sampai sekarang saya masih punya keinginan
untuk merangkul mereka. Makanya pas tadi nonton episode Rossi versus Morris
ini, saya jadi ingat diri sendiri. Ngeselin banget kan punya perasaan kecewa
karena teman kita ternyata bukan kita yang bisa dikasih tahu? Yaudah gitu,
jangan gitu lagi. Lepasin aja perasaan angelic ingin merangkul itu gitu. Memang
ada orang yang full of him/herself, orang yang shallow, orang yang lagi-lagi
jatuh ke lubang kebiadaban cinta, orang-orang yang suka menimpakan hal-hal
mengesalkan di hari-harinya ke orang lain (saya) supaya mereka merasa lebih
baik, orang-orang yang.... yah banyaklah hahahaha. Hmmm, tidak menyangka, dari
tokoh David Rossi yang saya belum terlalu suka di season awal Criminal Minds
itu saya malah jadi tertampar.
Well, ini adalah tulisan ke sekian saya
tentang Criminal Minds dan nampaknya lama-lama saya jadi terobsesi. Karena itu,
tetaplah percaya bahwa ini bukan akan menjadi tulisan terakhir tentang Criminal
Minds, apalagi dalam keadaan saya menonton ulang Criminal Minds minimal 3
episode sehari. Sampai jumpa lagi!
Ark. Mei 2020.