Semester Absurd : Edisi Satu Hari dalam Hidup Mahasiswa Tingkat (Semoga) (dan Harus sih) Terakhir

Kadang saya heran sama orang yang terlalu menjaga gengsi. Sudah tahu lemah, tapi berpura-pura kuat. Sudah tahu berpunya, tapi berpura-pura miskin. Sudah punya pacar, tapi ngakunya tak punya. Gimana toh? Absurd sekali. Persis sama dengan kehidupan mahasiswa (semoga) (dan harus, sih) tingkat terkahir seperti saya dan teman-teman saya.


What a Day
Kira-kira siapakah yang sudah paham betul bahwasanya alarm hape itu merupakan teknologi mubazir yang meskipun sudah disetel sedemikian tulusnya pada suatu malam, pada akhirnya akan distop juga begitu alarm itu meraung-raung keesokan paginya? Teknologi yang bisa membangunkan manusia-manusia yang gemar begadang mengetik skripstwit (ketik 1 paragraf skripsi dan diselingi 18 reply dan 14 twit) tentu saja,
1. Twiter
2. Mimpi bertemu dosen pembimbing
3. Sms dari TEMAN SEPERJUANGAN (catat itu, TEMAN) seperti, "Ngampus ga?"; "Jam berapa ngampus?"; "Ngampus yuk!" ; "Mau ke perpus ga?" dan sebagainya.
Alhamdulillah, mungkin ini juga jalan dari Tuhan untuk menghindarkan kami dari kegiatan keji dan munkar dalam pacaran seperti menyakiti hati pacar, cule brekele demi mentraktir pacar, meminjam motor teman yang sedang kesusahan demi apel pada pacar, dan lain sebagainya, jadi memang 9 dari 8 orang di sekitar saya (termasuk saya) tidak memiliki pacar yang bisa mengirimkan sms semacam, "Bebeb, udah bangun loooommmm?"; "Caiank, jungun luphu maem iaaaps"; atau "Yang, SELESAIKAN SKRIPSI HARI INI ATAU AKU BUNUH DIRI!"
Alhamdulillah nggak ada.
*Catatan : Tulisan di atas dibuat dengan hati pilu dan muka pias

Setelah membalas sms atau twit dari teman yang menanyakan kesediaan kehadiran dengan isi singkat seperti, "Yoi" ; "Iya pagian, jam sepuluh sebelasanlah"; "Hayulah"; "Kaga ah, males.", biasanya kami tidak langsung mandi, tetapi tidur lagi. Maklum, pembicaraan dengan dosen pembimbing di alam mimpi tadi masih kagetan, masih syok, jadi belum masuk ke tahap bagian mana saja yang perlu direvisi.

Ritual di kampus selalu sama. Ya, namanya juga ritual. Datang ke kampus, langsung ke perpus di gedung C lantai 3, memasukkan tas ke dalam loker setelah ambil laptop dan map file skripsi, copot sepatu, belok kiri ke bagian rak skripsi, ngambil beberapa skripsi (yang entah fungsinya buat apa), cari kursi, menyalakan laptop dan wifi, membuka microsoft word, lalu bertwiteran. Menjelang pukul 12 siang, saatnya menolehkan muka dari laptop untuk mencari teman seperjuangan, memberikan isyarat, "Makan yuk", lalu serentak menutup laptop, dan berangkat beriringan menuju Pedca, sebuah kafe yang didesain untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup mahasiswa borjuis yang tidak memetingkan produk dan harga, tetapi mementingkan gengsi. Menu di Pedca bervariasi dari Soto Ayam Peking, Sate Ayam Kalkun, Nasi Barbekyu, Smashed Chicken alias ayam yang dalam proses penggorengannya mendapat tekanan tinggi dan disajikan dengan beberapa sayuran organik semacam yang telah disterilkan melalui proses penggorengan bersuhu tinggi, serta ada pula paduan sempurna dari tahu dan tepung yang disiram saus kacang. Makan di Pedca merupakan pembeda status sosial mahasiswa di universitas saya.

Setelah makan dan bertukar pikiran mengenai tiga topik utama yang paling banyak disebut oleh mahasiswa tingkat akhir pada umumnya, yakni gosip (baik gosip artis nasional maupun artis jurusan), skripsi, dan kejombloan yang biasanya berlangsung satu hingga satu setengah jam, kami pun kembali ke perpus. Perut kenyang, otak lancar. Sambil bertwiter, kami pun mulai bisa mengerjakan skripsi.

Pukul 15.00 bel perpus berbunyi. Bel ini adalah sinyal yang sangat kuat bagi para mahasiswa untuk solat asar dan segera menuju camp berikutnya. Sebuah camp yang mengingatkan kami akan tujuan hidup, yakni gazebo yang berdekatan dengan ruang sidang. Ah, gazebo memang selalu mampu menerbitkan sisi-sisi romantisme kami setiap kali kami bercengkrama. Sambil menikmati atmosfer di sekitar gedung B yang begitu eksotis, kami pun kembali bertukar pikiran sambil sesekali berdebat dan tak lupa juga menganalisis objek-objek di sekitar kami.

1 : Wiiiihhhhh, Ayu Ting Ting, Ayu Ting Ting!
2 : Mana, mana, mana, mana?
3 : Siapa tuh Ayu Ting Ting?
4 : Wah, iya euy si Ayu Ting Ting
5 : Ini apaan lagi Ayu Ting Ting...
6 : Itu loh anak 2008
7 : Siapa?
8 : Si X
9 : Kok Ayu Ting Ting sih?
10 : Liat aja rambutnya, kuning-kuning gimanaaaa...
11 : Lagi ribet diaaa
12 : Ribet kenapa?
13 : Ngajuin judul gitu. Aduh udah bulan oktober, belum ngajuin, belum ini, belum itu, kapan gue lulusnyaaa...
14 : Ancrit, sabar nooon, kaga liat kita apah?
15 : Tau
16 : Ayu Ting Ting tuh dipikir-pikir bego tau
17 : Ini bego kenapa lagi?
18 : Ayu Ting Ting asli ini. Ya iya bego. Masa dari tahun 2007 sampai sekarang masih nyari alamat. Cari kek di Google, Yellow Pages, kayak ngga ada teknologi aja.
19 : Iya, ada YahooAnswer juga!
20 : Eh, Yahoo Answer tuh nggak pernah ada yang penting tau jawabannya
21 : Iya, nanyanya apa, malah diarahinnya ke situs-situs aneh gitu
22 : Berita di Yahoo juga ngga ada yang penting tuh
23 : IYA BANGETTTT. Tapi masalahnya gue selalu buka itu berita
24 : Ih gue jugaaa. Berita apa tuh, Raffi Ahmad putuslah
25 : Sarah Sechan bercerailah
26 : Eh, itu serius Raffi Ahmad putus tuh?
27 : Iya serius
28 : Eh, gue juga pernah tau baca berita katanya semua anggota DPD xx kalau mau kunjungan kemana gitu harus bawa kondom
29 : Wahhhh, berarti ampe ke atas-atasnya dong. Emang napa?
28 : Biar ga AIDS gitu
31 : Emang orang kalau kunjungan-kunjungan gitu hampir selalu melakukan hal-hal seperti itu ya ampe diwanti-wanti gitu bawa kondom.
32 : Iya kali ya
33 : Eh, bukaaannnnn itu masalahnya kayaknya. Ya ga sih? Jangan-jangan justru yang membawa AIDS itu yaaaaa....merekanya dong. Kan merekanya yang disuruh bawa kondom biar ga menyebarkan.
34 : Wahhhhhh, iya
35 : Eh, tapi nih ya, perasaan mah yang banyak kena AIDS itu yang ras-ras itu deh. Lihat aja di benua xx
36 : Kan emang konspirasinya buat memusnahkan mereka. Katanyaaa..
37 : Itu kan penyakit awalnya penyakit bangsa kera gitu kan. Masa penyakit kera nyebar ke manusia..
38 : Ya mungkin zaman dulu ada yang berhubungan dengan kera terus kena. Yucks. Hoek.
39 : Nangor lagi susah air, nih
40 : Wah, iya ya?
41 : Musim keringnya kelamaan nih, mana daerah resapan juga udah berubah jadi jalan raya. Makinlah kering. Eh, di nangor tuh ada laundry yang nyuci sendiri ngga sih?
42 : Ada, ada. Di xx.
43 : Elah, nyuci di sungai aja kali. Tuh di Ciseke ada sungai.
44 : Kenapa emang harus yang nyuci sendiri?
45 : Ya gimana, soalnya kalau di laundry mah ngga bersih. Ngga diapa-apain. Mending gue rendem sendiri.
46 : Eh, iya, iya. Mending ngerendem. Pokoknya kalau mau ngerendem tuh rinso yang paling bagus mah attack.
47 : Hah? Rinso yang paling bagus Attack? gimana sih?
48 : Iya, Rinso yang paling bagus mah Attack.
49 : Itu tuh sama kayak bilang Coca Cola yang paling enak mah Pepsi.
50 : Eeehhhh, maksud gue deterjen. Hehehehehe.
51 : Kalau gue mah kalau ngerendem cucian gitu tiga-tiga. Gue mah setiap nyuci cuma nyuci tiga baju gitu.
52 : Wah, emang kenapa? Ada ngaruhnya? Lebih bersih ya?
53 : Bukan, gue males nyuci banyak-banyak
54 : Astagaaaaa. Kirain gara-gara apa
55 : Itu mah sama! Gue juga males nyuci banyak! Kirain ada apaan!

Itu baru potongan pembicaraan yang tidak jelas apa intinya dan termasuk tema baru di luar kebiasaan. Partisipan biasnaya berjumlah lima orang sampai tak terhingga. Biasanya kami membahas hal-hal yang bersifat ilmiah seperti metode penelitian dan teori untuk membahas kasus serta tema supportive apabila ada yang sedang galau karena cinta. Seperti apa? Tunggu di posting yang akan datang dalam edisi Semester Absurd!


2 comments

alhamdulillah masih inget ya dialog yang kita lakukan! :|

Reply

iyaaaa doong walaupun ngga inget siapa aja yang ngomong dan itu juga ternyata kejadiaannya bukan di gazebo tapi di kanopi hahaha

Reply