Wah, sudah lama juga nggak rajin posting yah hehehehehehe. Kalau ngucapin
selamat idul fitri sudah telatkah? Hmmmm, tapi sepertinya bila saya tidak
mengungkapkan maaf, maka blog saya ini akan tetap dikutuk umat-umat pandangan
lain *maksudnya pandangan yang berlainan sama saya dan sering saya serang balik
secara arogan dan galak*. Yasudah, selamat idul fitri dan mohon maaf lahir
batin ya karena pasti blog ini pernah dengan kejam membuat suara hati berteriak
dan air mata tak henti mengalir. Hehehe.
Lebaran lalu seperti biasa saya nggak kemana-mana. Habis melakukan ritual
yang wajib ada setiap tahun, yaitu sungkeman sama orang tua dan disungkemi sama
adik-adik saya, saya membuka pintu depan dannnnn ternyata sudah ada seribu tamu
menunggu di luar. Hahaha. Engga, maksudnya
ada banyak tamu yang datang jadi ya alhamdulillah ketupat dan kue kering
cepat habis. Sambil menunggu tamu datang dan pulang *loh*, saya diam di kamar
nonton Conan dan menjelang dzuhur, saya pun tidur. Hmmmm, karena lebaran tahun
ini bertepatan dengan tahun ajaran baru, maka baju lebaran pun tahun ini
ditiadakan. Sedih? Jujur, sedih. Kesempatan mendapat baju baru secara gratis
hilang, Saudara-saudara! Hahahaha.
Hmmmm, seperti biasa lagi, keluarga saya lebaran dua kali. Yang pertama
tanggal 1 syawal, nah satu lagi setelah puasa Syawal 6 hari. Tradisi di rumah
saya, sih, khusus lebaran Syawal, ketupatnya nggak beli dalam bentuk jadi, tapi
beli janurnya saja. Siapa yang bikin kupatnya? Tentu saja, the one and
only....Bapak saya. Eh, tapi ada yang beda tahun ini. Setelah hmmmmm...bentar
ngitung dulu, 23 dikurang 8 berapa? 15 yak? Nah, setelah 15 tahun lamanya,
akhirnya saya sudah bisa bikin ketupat hahahahahahahaha. Tahun ini saya bisa
menyumbang 5 ketupat. Bagaimana dengan dua adik laki-laki saya yang menurut
bapak saya wajib mewarisi kemampuan membuat ketupat? Mereka belum bisa,
Saudara-saudara! Hahahahaha. Saya tetap menjadi pemegang warisan budaya
Indonesia yang sahih! Tapi kata bapak saya, ketupat saya masih belum sempurna
hahahahhaa. Masih terlalu gepeng. Kata aba nggak apa-apa, nanti belajar lagi,
yang ini sudah bagus sudah bisa. Hahahahaha. Perjuangan selama 15 tahun lho
ini! Xixixixixixixi.
Selain ketupat, lebaran Syawal juga wajib menyediakan lepet. Bungkusnya
dari janur juga. Satu janur bisa dibuat 2 bungkus lepet. Lepet itu isinya ketan
putih dikasih kelapa. Direbus sama ketupat. Rasanya gurih gitu. Bentuknya kayak
jenazah yang dikafani. Kata aba itu simbol untuk mengingatkan kita akan
kematian.
Tradisi lain dalam lebaran Syawal adalah memilih dua ketupat yang paling
kecil dan satu lepet yang paling kecil untuk digantung di atas pintu depan
rumah. Berhubung di rumah saya ada hmmmm, ngitung lagi....ada 7 pintu yang
menghadap ke luar...hmm iya kan yak...4 di lantai bawah, 2 di lantai atas, 1 di
atas lagi, iya ada tujuh, ya berarti ada 7 gantungan kupat dan lepet di atas
pintu. Maknanya apa? Ya kalau nggak salah inget sih pokoknya untuk mengingatkan
kita akan kematian gitulah. Lupa. Dulu bapak saya ceritanya waktu saya masih
kecil. Nanti ya saya tanya lagi ke bapak saya kalau saya inget.
Hmmmmm, saya jadi mikir, kalau saya sudha punya keluarga sendiri, masih
bisa nggak ya mempertahankan tradisi itu? Pengennya, sih masih. Ya, kalau
misalnya engga, nanti saya bakal datang ke rumah adik laki-laki saya buat
bantuin bikin ketupat dan lepet buat Syawalan.
Oh, selain ketupat dan lepet, ada lagi, namanya Among-among. Nah, kalau
among-among ini mah dibuatnya agak sering. Saya lupa kapan aja, yang paling
inget mah pas sebelum puasa sama pas Syawalan. Ada lagi euh, Cuma saya lupa.
Hmmm, among-among ini semacam meletakkan secangkir kopi, segelas air berisi
bunga, nasi/ketupat beserta lauknya, pisang sesisir, dan jajan pasar di sudut
rumah. Apa? Sajen? Nggak tahu juga, sih. Among-among ini ditujukan buat
leluhur, terutama leluhur paling dekat yang baru meninggal. Karena di keluarga
saya baru Kung Dam, yaitu kakek dari bapak saya yang sudah nggak ada, jadi
among-amongnya buat beliau. Among-among
itu ditaronya sehari. Sebelum ditaro itu baca Al-Fatihah dulu buat Kung Dam.
Nah, besoknya, itu among-among diambil. Habis diambil ya dimakanlah. Dimakan
sama siapa kek yang laper. Biasanya sih saya.
Hmmm, mengenai among-among, saya sih nggak kepikiran apa-apa apakah itu
sajen, sajen yang dalam arti syirik ya. Saya sih melihatnya hanya sebagai
tradisi dan materialisasi kerinduan kita pada orang tua yang sudah tidak ada.
Ya, pasti ada yang menganggap bahwa mengirim doa setelah salat saja sudah
cukup, tapi entahlah, saya rasa sebagai manusia, saya masih butuh jalan yang
seolah-olah nyata untuk mengungkapkan kerinduan. Lagipula, niat untuk
menyediakan among-among itu ya bukan untuk meminta atau memohon sesuatu
semisal, “Kung, tolong aku dong, Kung, aku mau sidang nih. Kalau Pak Arry yang
nguji, plis Pak Arry jangan galak sama aku.” Atau, “Kung, aku pengenlah Kung
nonton konser reuni Energy. Plis atuhlah Kung, konsernya jangan di Taiwan
aja, plislah di Jakarta juga ada, atau
di Singapura gituuuuu...tapi yang di Singapura mah gratis ya, Kung ya, konsernya...yah
mini konser nggak apa-apalah yang di Kallang Park atau Vivocity...udah mahal
sama tiket peswat atuhlah Kung soalnya,” hehehehe. Dikata kakek saya mantan
produser Energy. Ya, nggak ada doa-doa yang memohon sesuatu gitu. Naro
among-among ya naro aja, sambil didoain untuk Kung-nya supaya bahagia di alam
sana. Niatnya karena kangen aja dan nggak bisa ziarah langsung ke makamnya.
Saya sih nganggap among-among ya pengganti ziarah ke makam. Hmmm, mengenai hal
ini, saya juga jadi mikir, ini tradisi bisa nggak saya lestarikan nanti kalau
saya punya keluarga sendiri? Yah, kalau nggak bisa, yasudah, ikuti solusi yang
tadi lagi, datang ke rumah adik saya yang laki-laki. Hahahahaha.
Yah, pokoknya gitu ajalah kegiatan saya pada masa-masa lebaran lalu.
Sekarang mah udah masuk kerja lagi, udah nggak bisa lagi nonton Conan
siang-siang. Yah, lumayanlah ngehemat persediaan Conan. Tinggal 100 episode
lagi euy yang tersedia. Masih ada lagi sih 400 episode lagi, tapi belum
didonlot. Ini juga dapet 200 episode teh dari Bima yang baik hati. Saya
sekarang lagi ‘nanam saham’ di berbagai cabang Ganesha nih untuk memenuhi
persediaan Conan. Apa coba ‘nanam saham’ teh? Itu, ngedonlot Conan di torrent
masing-masing cabang. Senin ini saya donlot di Ganesha Cinunuk, misalnya, nah Senin
seminggu atau dua minggunya lagi, saya panen si Conannya yang udah beres
didonlot hehehe. Nah, itu namanya ‘nanam saham.’ Berhubung saya ngajar di 4
cabang Ganesha, ya berarti saya punya empat wadah saham. Begituloh. Hahahaha.
Ah yasudahlah, saya mau pergi dulu. Dadaaaahhhhhhh.