Sontrek Hidup dan Penjaganya

Setiap orang tentu punya sontrek hidup. Bisa karena dipilih secara sengaja karena liriknya  konon terlihat mewakili perasaan yang terupdate. Bisa juga bukan karena lirik *soalnya nggak ngerti*, melainkan karena iramanya yang beratmosfer pas. Ah, tapi ada juga lagu yang terpilih secara tidak sengaja, misalnya karena :

  • kebetulan lagu itu yang sedang mampir saat kita sedang bereksperimen menempelkan upil di dinding toilet mal *ceritanya di toiletnya sambil bawa headset*, 
  • lagu itu adalah lagu yang selama tiga hari tiga malam mati-matian dihapalkan teman kita dan nggak bosan didendangkan di depan muka kita dan nggak peduli di tempat mana saja demi usaha penambahan kepercayaan diri si doi *dan akhirnya gara-gara perilaku tak bertoleransi tersebut, seorang pengamen diberitakan hampir menyambit dua orang penumpang angkot karena salah satu dari mereka tetap bernyanyi meski aa pengamen sudah menggonjrengkan gitar untuk mengambil suara*,
  • kebetulan lagu itu sedang diputar oleh kios di depan kosan pacar kita waktu kita nggak sengaja ngegapin sms unyu dia sama orang lain *dan ternyata lagunya lagu Bang, sms siapa ini, Bang*, 
  • bisa juga karena lagu itu yang tiba-tiba disenandungkan kecengan abadi kita waktu kita lagi menyebelahi dia, ikutan rebutan pisang goreng di kantin sebagai modus caper  *nggak kebayang juga, sih gimana ceritanya ada orang yang sempat nyanyi pas lagi rebutan pisang goreng secara brutal di tengah kerumunan orang-orang di kantin*,
  • lagu itu kebetulan terputar sebagai penyelamat hidup pas di bis ada pencopet yang berusaha merogoh hape kita *dan ternyata hape itu tersambung ke earphone*,
  • lagu itu dance-nya bagus banget tapi nggak pernah bisa kita tiru *soalnya bego dan sok pengen bisa*,
  • lagu itu kebetulan diputar oleh radio atau operator lagu di mal pas kita lagi ngedate pertama sama bakal calon pacar dan pas banget di momen itu kita kebelet pengen pipis tapi baju kita ribet banget buat diajak kompromi pipis dalam durasi kurang dari lima menit *agak rempong ya*,
  • lagu itu adalah lagu yang sepanjang perjalanan 2 hari Bandung-Bali naik bis dan ketinggalan ferry terus-terusan diputar oleh mamang bis tersayang dan digonjrengkan oleh para pemain gitar amatir berusia SMA yang masih punya mimpi untuk debut di blantika musik Indonesia.
Masih banyak, tentunya kondisi yang memungkinkan sebuah lagu yang tak berdosa tiba-tiba didaulat untuk menjadi sontrek besar dalam hidup. Kadang, proses tersebut juga terjadi tanpa kita sadari. Siapa, sih yang dengan sadarnya menetapkan suatu lagu sebagai sontrek penempelan upilnya? Saya enggak, lho, suer! Walaupun kejadian di atas ada beberapa yang berdasarkan pengalaman nyata, itu nggak semuaaaaa ituuuu. Lagu itu tiba-tiba saja diserap oleh otak kita bersama dengan kejadian yang terjadi dalam durasi 3 sampai 4 menit, mengendap hingga beberapa lama, dan seolah tidak pernah kita alami, namun seperti layaknya amal dan dosa meski sebesar zarrah yang akan tetap dihitung di hari akhir, ada momen saat lagu itu tiba-tiba diputar oleh pihak ketiga dan akhirnya semua ingatan kita di seputar durasi 3-4 menit itu terurai dengan jelas. Tiba-tiba kita ingat bahwa kita pernah menempelkan upil di mal, tiba-tiba kita ingat punya teman baik yang selama satu setengah tahun jalan kaki dan sesekali naik angkot sama kita datang ke tempat les, mampir ke distro beli baju, merapat ke toko cd dan kaset sekadar ngecek kaset idola kita masih dengan apik tersembunyi di balik tumpukan kaset lain sampai tabungan kita cukup beli kaset idola kita *masih kaset gini sih pasti zaman prasejarah main ke Disc Tarra sama Aquariusnya*, tiba-tiba kita ingat kita pernah punya pacar *cetar*, pernah caper dengan bego ke kecengan *maluuuuuuuuu*, pernah bertarung melawan pencopet, dan lain-lainlah cape disebutin satu-satu. 

Dari kenangan yang dipicu nada 3 menit itu, tiba-tiba semua ingatan kita seharian dulu, seminggu sekitarnya, bahkan satu semester penuhnya langsung terkuak. Nggak usah dibikin malu juga, sih galaunya. Tapi ya enggak usah terpuruk dalam kegalauan juga. Saya pikir kenangan itu ada dan tiba-tiba terkuak bukan untuk mengecilkan atau membesarkan kepala kita, tapi hanya sekadar untuk mengingatkan bahwa kita pernah hidup dan harus belajar dari sana. Kadang, kenangan itu juga nggak selalu memalukan atau menyesakkan. Pasti ada, kan hal-hal yang membuat kita senyum dan tertawa sendiri. Menyelami kenangan itu, nggak peduli baik atau buruk, tetap menyenangkan. Ada satu perasaan seperti apa ya...hmmm, semacam  hangat dan menenangkan waktu semua kenangan itu terkuak di sela-sela nada lagu yang masuk ke telinga dan diteruskan ke otak. Lagu yang tepat pada detik itu baru kita sadari sebagai sontrek hidup pun langsung menjadi penguat kita yang mungkin sempat sedih juga waktu ingat kenangan itu. 

Tentang lagu yang menjadi sontrek dan perihal menyelami kenangan, saya punya cerita sendiri. Alhamdulillahnya, nggak ada satu pun dari poin di atas yang lahir dari lagu-lagu yang dinyanyikan penyanyi kesayangan saya. Dan emang nggak semua dari poin di atas pernah saya lalui, sih. Catat! Tapi berbeda dengan yang saya ceritakan di atas, tindak penguakan kenangan yang terjadi beberapa hari ini bukan lahir dari lagu yang tiba-tiba tidak disengaja diputar. Tentu saja tidak mungkin berasal dari ketidaksengajaan. Pertama, ingat bahwa penyanyi ini adalah penyanyi kesayangan saya sejak SMP yang nggak mungkin lagunya nggak saya putar setidaknya dalam sebulan. Kedua, penyanyi kesayangan ini agak berbeda dari penyanyi kesayangan orang pada umumnya sehingga probabilitasnya untuk diputar secara tidak sengaja oleh radio dengan gelombang terjernih yang bisa ditangkap hape. Ya, umumnya kan orang suka sama penyanyi Barat atau Korea, atau Jepang. Taiwan yang paling maksimal terkenalnya mah F4, padahal F4 cuma modal film, tampang, dan tangan kekar yang dibiarkan terbuka hingga ke pangkalnya. Ada juga 5566, padahal 5566 umurnya rilisnya lebih muda daripada idola saya yang satu ini. 5566 juga cuma mengeluarkan beberapa album yang jumlahnya lebih sedikit daripada idola saya. Ya, sama kayak F4 sih, 5566 dikenal karena film MVP Playernya. Ya, tapi gitu-gitu juga saya hapal kok lagu-lagu F4 dan 5566. Semakin benci semakin hapal. Haha. Kesel juga. 

Tidak datang dari ketidaksengajaan terputar, kenangan yang dengan brutalnya menyerang saya beberapa hari ini terakhir ini datang dari....hmmmmm...tarik nafas panjang....kebangkitan penyanyi kesayangan saya setelah lebih dari lima tahun tercerai-berai. Lahir pada tahun 2002 ketika saya berusia 13 tahun, grup ini lahir dengan 5 orang anggota, namun akhirnya kini hanya tersisa tiga orang. Agak lebay, sih, tapi serius, deh, sebenarnya saya sudah mulai move on dari kesedihan perpisahan mereka. Saya pikir, yasudahlah Energy dengan 5 personel itu so last decade. Eh, so it happened when I was youtubing browsing for their MVs that I havent completed, I found that LAST WEEK, last august, they held something like fan-gathering where they were reunited and singing at least 3 songs from their very first album, Gei Ni de Ge, Fang Shou, Yong Yuan Bu Shuo Zai Jian. Kaget setengah mati, deg-degan, gemetaran, dan blank gatau mau ngapain pas nemu video-video yang diunggah jamaah semacam saya. Pengen nangis, dong, sumpah. Ta men hui lai le!!! Hui lai is come back in China. I don't know whether they "hui lai" they mean really "hui lai", or just apa ya, reuni doang, tapi itu rasanya sumpah nggak nyangka banget, kayak nemu orang yang udah kita sangka mati terus hidup lagi, atau kalau nggak kebayang mah, hmmm semacam kayak udah setengah pasrah nganggep nggak bakal balikan, tapi mantan kita dateng ke rumah sambil bawa martabak tiga bungkus : keju, kacang coklat, dan ketan kopyor. Tau deh ngajak balikan atau engga, tapi martabaknya itu nggak nahan.

Tepat waktu saya nonton mereka berlima konser mini dan seperti biasa, tetap ramah dan lebih banyak ngobrol daripada nyanyi *dan saya sebenarnya nggak paham secara detail mereka ngomong apa aja, sih*, semua kenangan selama sepuluh tahun sejak 2002 langsung bangkit. Ada kenangan tentang saya dan teman saya, keluarga saya, dan lingkungan di sekitar yang tiba-tiba muncul dengan jelas, dan yang paling penting lagi, kenangan tentang saya sendiri dan lagu-lagu mereka yang tanpa saya sadari sudah menemani saya ber-evolusi dari anak abege 13 tahun hingga menjadi dede imut berumur 23 tahun. Nemu mereka berlima nyanyi dan berusaha mengingat-ingat dance andalan di 3 lagu itu rasanya bagai apa ya...kebayang nggak, sih, like having completed the wrecked puzzles. Sepuluh tahun gitu lho. Dan they've separated for more than five years. It means that I'd never seen them in one stage during those five years. Ah, malam itu, langsung berasa lengkap dan lega banget gitu rasanya. Walaupun saya nggak ikut ada di TKP pas mereka reuni seminggu lalu itu, pas intro menuju lirik lagu yang sesungguhnya atau pas lagi neriakkin reff andalan, gileeeee itu jantung rasanya berdebar lebih kencang dan dengan semangat, saya ikutan berteriak dengan semangat *tentunya setelah mengunci pintu kamar dan memastikan bahwa jam sudah menunjukkan pukul 23.30 malam*, "BU GUAN NI SHOU LE FANG SHOU!!!" Langsung, deh, muncul perasaan bahwa saya telah kembali menjadi manusia sesungguhnya.

Lebay, ya? 

Hehe. Tapi saya suka banget. Beneran. Kalau dulu sih, suka karena memang suka ke merekanya. Kalau sekarang, nambah lagi. Ya, soalnya saya baru sadar bahwa mereka, baik dari personel maupun dari lagu, sudah menyimpan begitu banyak kenangan. Mereka berasa kayak jembatan saya untuk balik ke masa yang sudah lewat aja gitu. Atau mungkin lebih dari itu juga. Ya, mereka mungkin ibaratnya penjaga pintu masuk ke ruangan yang selama ini terkunci dan mengendap di dasar lautan hati yang paling dalam. Hahahahaha. Yang kedua emang lebay, sih, tapi ya kenyataannya gitu, kok. Dengan melihat mereka berlima, saya jadi ingat kalau saya pernah SMP dan SMA. 

Hmmmm, hal yang paling ah, kesellah yang saya ingat waktu melihat mereka berlima adalah kesadaran bahwa saya telah menyia-nyiakan waktu muda saya. Waktu mereka masih jaya dan dua kali konser ke Indonesia, dan nggak cuma di Jakarta, tapi juga ke Medan, Bandung, dan Surabaya, saya nggak punya power dan kesempatan buat stalking mereka kayak penggemar sejati pada umumnya. Saya masih SMP yang keman-mana harus diantar dan minta izin. Nonton konser, apalagi ngestalking idola adalah hal yang paling tabu di keluarga saya. Ya, akhirnya saya hanya menikmati mereka dari majalah, tivi (dulu disiarkan oleh SCTV), VCD rekaman konser (DVD belum ada coi), dan cerita di grup yahoo. Sedih. Tapi itu belum ada apa-apanya waktu saya tahu Bapak saya sepesawat sama mereka dari Bandung ke Surabaya padahal saya punya kesempatan untuk nganterin Bapak saya ke bandara. Ibaratnya, di film drama, riwayat cinta saya tuh udah nggak ada artinya lagi. Tamat. Udah harus nyari jodoh lain. Ah, sedih. Itu, sih hal yang paling saya sesali. Makanya, pas ngeliat mereka ketemuan sama fans minggu lalu di Taiwan, saya jadi agak berharap dikit semoga mereka suatu saat nanti bikin konser di waktu, tempat, dan dompet yang tepat. Ini udah resmi saya jadikan tujuan hidup, nih. Pokoknya satu kali dalam hidup saya, saya harus ngeliat atau ketemu langsung sama lima pemuda yang sepuluh tahun ini sudah menjadi penjaga dan pembangkit pintu kenangan. Hiyyyyaaahhhh hahahahhaa. Serius. Ini saya ngetik dengan jari telunjuk yang saya silet *supaya berdarah*. 

Hmmmmmh, ya itu cerita saya, sih. Apa ceritamu. Eaaaa. Ya, saya yakin, sih, tiap orang pasti punya sontrek hidup dan penjaga pintu kenangannya sendiri. Yah, selamat mengingat dan menikmati kalau begitu. Udah dulu, deh postingnya. Bukan karena kepanjangan, sih. Kalau perlu ini posting mau saya jadiin novel. Masalahnya, ini laptop baterenya habis. Mau cari colokan dulu di perpus. Dan satu lagi, sih, ini orang di sebelah saya b*engs*k banget ngerokok asapnya ngepul kemana-mana. Baru juga keramas, coy. Aaaaahhhh. Wasssaaaaaaaaaaaaallllam!!!




NB : Zhu ni shing ri kuai le, Energy. Xi wang ni men hui hui lai. Happy 10th birthdayyyyyyyyyyyy!!!!!