Sebuah Halo

Setelah lama tidak menulis di blog, tentu klasiknya manusia yang ada di dunia akan membuka posting terbarunya dengan kalimat, "Wah sudah lama tidak menulis blog ya. Maklum sedang sibuk." Saya juga tadi niatnya nggak mau kayak gitu sih karena metode itu terlalu klasik, tapi apa boleh dikata karena sepertinya saya juga tidak  kreatif-kreatif amat ya saya gunakan juga kalimat reseptuil seperti itu. Apa coba reseptuil artinya? Nggak tahu juga. Akhir-akhir ini saya sering membuat kata-kata sendiri yang garing dan ngga ada artinya.

Sekarang saya membuat posting lagi di blog ini juga niatnya hanya untuk memaksakan diri saja. Ya, harus dipaksa karena kalau tidak dipaksa ya digigit nyamuk. Tuh kan saya ngaco lagi. Kenapa ya saya harus memaksakan diri untuk menulis? Ya, nggak tahu juga. Selain sering bicara ngaco, akhir-akhir ini juga saya sedang sering tidak punya alasan untuk melakukan suatu hal. Ya karena mau saja atau karena disuruh. Disuruh atasan terutamanya. Kalau disuruh kamu mah saya nggak mau. Saya mah orangnya tertutup kayak rapat penjurian suatu seleksi.

Ada banyak yang terjadi setahun ini. Kalau ditotal-total mah ya ada lah segitu. Saking banyaknya saya juga ngga ada ingat-ingatnya. Saya mah serius euy suka lupaan gitu orangnya. Kalau saya ditanya atasan saya surat anu atau dokumen anu, saya harus merangkai-rangkai dulu asosiasi yang membuat saya bisa ingat dengan hal itu. Kadang-kadang asosiasinya suka aneh, misalnya saya ditanya kesepakatan X itu dibahas waktu pertemuan Y yang keberapa. Saya ingat ada hasil itu tapi kan yang ditanya pertemuan keberapa, yang kemudian pasti akan ditanya diselenggarakan dimana, dan tanggal berapa. Terus saya berusaha mengingatnya misalnya dengan mengingat lagi hasil pertemuan itu dicetuskan waktu si Pak Z pakai baju apa, terus saya tanya lagi, Bapak dulu pakai baju yang anu itu pas kapan? Oh pas itu. Nah, berati itu kesepakatan waktu pertemuan bulan anu di anu pas hari ke-anu. Gitu. Lama ya? Ya tapi jangan dibayangkan saya ingat-ingatnya sampai 3 jam dong. Ya nggak mungkin dong. Masa saya duduk-duduk aja di depan atasan saya selama 3 jam? Jangan sedih-sedih banget dong menilai saya.

Tapi selupa-lupanya saya mah, nggak akan kayak pacar saya. Setelah tahun ini dia membuat tulisan yang luar biasa bikin terharunya dan mencetak ratusan jempol dan komentar positif sebagai kado ulang tahun saya, tiga bulan setelahnya dia lupa saya ulang tahun tanggal berapa. Heyyyy. Atuhlah saya mah nggak akan lupa sama hal yang telah saya tulis. Kalau dia sampai lupa gitu berarti dulu motivasimu apa mas sama aku? Apa kau hanya mau cinta dan simpatiku saja?

Ya begitulah pokoknya. 

Saya sebenarnya agak bingung. Ya, itulah sebenarnya motivasi saya untuk menulis sekarang. Gimana ya, mungkin karena ini imbas dari keteledoran saya yang mudah lupa. Jadi gimana ya saya sedang merasa bahwa hidup saya ini kurang sekali. Kurang menulis, itu yang terutama. Saya masih menulis sih, tapi menulis yang serius saja semacam menulis laporan, nota, surat, dan sedikit menengok bahan masukan. Saya juga kurang membaca, tapi bukan berarti saya tidak membaca, Saya hanya membaca bahan masukan, surat, nota, dan laporan. Tidak ketinggalan pula saya baca concept note, administrative arrangement, dan tentative program suatu workshop atau pertemuan yang ada sayanya atau nanti atasan saya yang bakal ikut. Saya juga baca piagam-piagam dan konvensi. Yang fun-nya ada juga sih saya baca koran dan majalah. Majalahnya juga macam-macam, dari Donal Bebek, Bobo, Femina, Marie Claire, Tempo, dan Economist. Kalau koran mah standar ya gitu-gitu aja. Saya juga baca artikel online, baik dibagikan secara gratis dan mutunya nggak terjamin macam yang biasa kita jumpai di beranda facebook, maupun yang akun resmi medianya saya ikuti di twiter.  Ya intinya masih baca sih tapi saya tetap merasa hidup saya kurang, Kalau lagi ngerasa kurang gitu mah ya sudah saya mah tidur aja atau lanjut baca timeline. Dari segala timeline sih yang paling ngeselin tentu saja timeline Path karena kita akan melihat posting-posting pamer nggak penting dari teman-teman yang hidupnya dekat dengan kita. Ya kita juga suka sama ngeselinnya kayak merekaa kalau udah posting-posting hal-hal sok bahagia dan memorable padahal biasa aja kali ah. 

Iya kembali lagi ke soal kurang.

Ini terutama soal menulis sih. Saya ngerasa sudah sangat berjarak sekali dengan isi otak saya sendiri. Apa-apa yang mebuat saya ingin sedikit merasa kritis, lebih banyak saya tahannya daripada saya kemukakan. Saya kayak lagi sedang menjinakkan diri saya sendiri. Sekarang kalau mau menulis, saya jadi harus berpikir beberapa kali lipat karena sadar bahwa sekarang saya nggak bisa hanya memikirkan dan mengungkapkan keresahan saya. Ya ada faktor institusi dan reputasi yang harus dipertimbangkan. Harus cari hal yang aman kalau mau menulis euy. Pas ada hal yang aman, eh yaudah saya juga malas nulisnya, Ya jadi saya juga bingung gitu ini memang saya yang beralasan atau memang saya hanya beralasan? Nah kan bingung. 

Ya namun demikian jika itu adanya, saya sepertinya memang tetap harus menulis biar ngga edan-edan amat. Kalau kata ibu saya mah saya harus tetap menulis, terutama yang lucu-lucu aja biar hidup tetap bahagia. Ya bahagia sih hdiup saya mah. Kalau lagi ingat mah, yah ternyata di tahun 2015 ini saya sudah melihat ASEAN-6. Kalau CLMV mah memang belum tahun ini. Ya mungkin ini memang tahunnya negara maju. Saya mah sebenarnya paling senang pas lagi pergi itu kalau sedang bikin laporan soalnya itulah saat saya tidak melamun dan mengingat hal-hal yang belum saya selesaikan. 

Masih ada euy yang belum diselesaikan pada tahun 2015 ini seperti niat, keinginan, dan tabungan untuk menikah serta niat, keinginan, determinaasi, dan perjuangan untuk ikut tes-tes agar bisa S2 di tempat yang baik dan sulit ditembus kalau kita hanya berpangku tangan belaka. Sepanjang tahun 2015 ini saya masih dalam tahap browsing-browsing dan bikin anggaran. Masalahnya, semakin dibrosing, saya semakin ragu, takut, dan merasakan perasaan lain yang tidak disarankan oleh agama. Selain itu, semakin saya membuat anggaran, saya semakin sulit berkomitmen untuk menjauhkan diri dari mal dan toko. Masya allah. Berat sekali ujian ini. Cuma ya saya tetap harus yakin untuk mewujudkan niat-niat yang hanya sampai pada tahap browsing itu pada tahun mendatang. Kalau tidak besok, kapan lagi?

Ya sekiranya demikian hasil kegelisahan saya hari ini yang meski setelah saya tuliskan di sini ya belum pulih-pulih amat. Tapi ya bagaimana lagi. Mungkin sudah saatnya saya menyerahkan semua pada Allah, salah satunya dengan salat setelah posting ini saya tutup.


Wassalam.



Ark. Des'15.