PNMHII XXI Unej, Jember

Apa yang saya dapatkan dari PNMHII XXI? Mari kita runut!
  1. Penampilan dari Jember Fashion Carnival yang keren. Kita mungkin belum terbiasa dengan karnaval-karnaval baju unik. Yap, sebelum ikut PNM pun saya juga nggak tau apa sih Fashion Carnival, what are their significance, and for the sake of what they should exist. Hehehhe. Tapi kalau kita mau membuka pikiran kita dengan agak lebih global, ternyata pemikiran yang berjibaku di dalam otak saya itu ternyata totally traditional! Karnaval-karnaval dengan pakaian unik itu ternyata begitu membahana di dataran Eropa dan Ameika Latin. Jangan bayangkan karnaval dengan hanya sekedar baju adat macam kebaya dengan sanggul saja, Kawan. Karnaval dalam terminologi Eropa dan Amerika Latin itu sangat bisa membuat manusia dari planet mana pun tercengang! Saya perlihatkan sedikit fotonya, baik yang berasal dari dokumentasi PNMHII maupun dari google. Bersiaplah kalian untuk sekali lagi bangga jadi orang Indonesia yang ngga hanya kaya sumber daya alam dan budaya tapi juga kaya kreativitas! Bravo JFC!
  2. ASEAN yang masih dipahami begitu-begitu aja. Pemahaman para mahasiswa HI mengenai ASEAN ternyata masih berada dalam tataran apa yang dikatakan oleh Kemlu dalam sosialisasi ASEAN. Mahasiswa yang kemarin terlibat di dalam diskusi mengenai ASEAN rata-rata masih belum melihat ASEAN dari kacamata konsep dan teori tertentu. Permasalahan yang saya lihat di sini adalah mahasiswa HI bukanlah masyarakat biasa yang memang masih asing dengan ASEAN. Sebagai manusia yang akrab dengan kejadian internasional, mereka seharusnya mampu mengkaji ASEAN secara akademis dan di luar pemahaman permukaan. Bagi saya, ini bukan salah Kemlu, tapi ini berasal dari minimnya passion mahasiswa HI sendiri untuk mendekatkan diri dengan ASEAN. Masa mereka harus menunggu untuk jadi dosen dulu baru bisa memahami ASEAN dari kacamata akademis? Tapi eniwei terima kasih untuk Unej yang sudah menghadirkan pembicara-pembicara hebat dalam beberapa seminarnya mengenai ASEAN sehingga memberikan masukan pemikiran baru untuk para mahasiswa HI.
  3. Apresisiasi mahasiswa Jember terhadap budaya asli. Saya baru sekali menghadiri upacara pembukaan yang melibatkan tiga bahasa pengantar, Indonesia, Inggris, dan Jawa. Unej keren sekaliiiiiii!!! Tapi it should be better if English was put in the third because I’m sure they use Java language more frequently than English. However, overall, I give my deepest appreciation for Unej.
  4. Saya bisa menyentuh lauttttt!!!! Seneng deh akhirnya bisa menyentuh laut lagi! Saya terakhir megang laut itu waktu ke Bali kelas 2 SMA pas acara rekreasi sekolah. Setelah itu nggak pernah lagi nyentuh laut walaupun kalau saya lagi ke Surabaya saya selalu ngelewatin Laut Utara. Ngelewatin doang, nggak mampir. Namanya juga di bis. Saya sampai-sampai punya janji ke diri sendiri gitu kalau nanti saya udah punya mobil sendiri dan pas di perjalanan nemu laut, saya bakal langsung parkirin mobil terus turun ke pantai!!! Haha. Suka banget deh sama laut. Tapi sebenernya kemarin pas ke Watu Ulo di Jember itu belum puas. Itu kan perginya bareng-bareng sama orangggggg, jadi saya nggak bisa nikmatin laut sendirian. Beda dari yang zaman SMA. Iya sih emang perginya bareng-bareng, tapi waktu di Nusa Dua, saya misahin diri dari rombongan anak-anak yang pada main banana boat dan sejenisnya. Berjalan sendirian di pantai itu menyenangkan sekaliiiii!!! Benar-benar melepaskan beban hidup! Haha. Suatu saat nanti saya pasti bakal kembali ke laut sendirian!!!!
Apalagi ya….yang diingat baru segitu doang. Nanti kalau ada lagi yang saya ingat, saya share lagi. Okeiiiiiiiiiii? How about you? Apa yang kalian bawa dari PNMHII XXI Unej?

Losing Friend

He used to be the most optimistic person I have ever known. There were so many dreams we drew under the afternoon’s sunray between several bouquet of flowers and bunch of grasses. I believed that he had the most beautiful ears and shoulder to ease all troubles, from smallest until hugest. Hmmm. He is still alive now. However, without his dreams and spirit. Alive but not exist.

The face I saw recently was different. The melody of his voice was not the same. The eyes I stared totally changed. His strange perspective shot me. My belief was kicked by his doubt. Moreover, my expectation to share laugh and critics inevitably messed by his pessimistic-anger-unacceptance tone.

I miss him so damn much. Miss his smile, his optimistic thoughts, miss his free mind, miss his gentle laugh, miss his unique point of view, and miss his fabulous side.

However those have gone. I do not know why they have left and I do not understand why he let them fly from his existence.

PNMHII XXI Unej, Jember, 1st Day

Lagi-lagi saya harus duduk di bus selama 20 jam untuk melakukan perjalanan menuju Timur, Sodara-sodara! Kali ini untuk mengikuti Pertemuan Nasional Mahasiswa HI se-Indonesia ke-21.

This is my first time and my first day so I haven't had so much story. I met many HIers all over Indonesia but I couldn't remember their name. Hehe. I guess neither could they. But, surely, the farewell next Thursday will be so dramatic. So many hugs, kisses, business cards, and promises to keep in touch. Hohoho.

Oia, ada satu hal yang tadi saya kerjakan ketika orang-orang lagi welcoming dinner. Apa coba? Diajak keluar sama Nuran terus dipertemukan sama Mbak Putri. Sayang sekali Ayos belum datang. Tapi kayaknya Jumat nanti bisa ketemu Ayos. Tadi diajak Nuran minum minuman aneh gitu. Wedang Jahe tapi bukan wedang biasa. Ada ketan hitam yang sudah difermentasikan yang dijadikan isi. Tapai ketan gitulah. Nah, tapi itu belum apa-apa. Masalah bukan ada di ketan tapi di AIR. Airnya bukan air bening kayak biasa, tapi SUSU PUTIH.

Heyyyyyyyy!!!!! SAYA BENCI BANGET SAMA SUSU PUTIH. Nangis dah sumpah nangis. Minimal muntah kalo dikasih minum itu. Tapi untungnya tadi pas saya rewel gamau minum susu, si ibu penjualnya pengertian. beliau lalu memberikan kejutan untuk saya!!! Wedang jahe aja!! Ga pake susu!! Oiyey!!!

Terserah dah Nuran mau maki-maki, mau ngejek-ngejek, ngata-ngatain. Terserah!!!! Pokoknya please jangan susu putih. Tadi sore aja minum Ovaltine pengen muntah.

Then, apa lagi ya. Okei, saya juga harus mengakui kalau Jember adalah kota yang permai!!! Sawah, kebun, perbukitannya begitu indah kayak Cileunyi sepuluh tahun lalu. Terserah Teman-teman mau menanggapinya sebagai pujian atau sindiran. Hehe. Tapi emang beneran permai banget!! Nah, pas diajak Nuran ke tempat wedang jahe itu, saya juga melihat betapa asrinya Jember. Ih, alun-alunnya bagus bangetttt. Asri, hijau, rapi. Oia, jalan-jalannya juga bersih!!! Ciamik deh. Tapi maaf, khususnya buat Nuran, CILEUNYI TETAP MASIH LEBIH CIAMIK daripada Jember. Hihi.

Baiklah, sekian dulu laporan hari pertama PNMHII XXI yang begitu melelahkan di jalan raya. Oh my God, Bandung-Surabaya itu 15 jam dan Surabaya-Jember itu 5 jam. Pfuihhhhh. Ditambah pula bus eksekutif Bandung-Surabaya memutarkan lagunya Rhoma Irama dan Elvie Sukaesih dari jam 5 sore kita naik bis sampai jam 10 malam kita makan. Lelah nian. Hahha.

Ah, kok ga jadi aja nih udahannya? Hehe. Yausdah, kita sambung di laporan perjalanan hari berikutnya!!!!

Seksis dan Diskriminatif

Saya sadar bahwa ini adalah tema yang sangat sensistif, terutama lagi postingan ini berusaha mengungkap kebenaran *hahhaha* yang biasanya akan sangat menyakitkan kalau kita mengetahuinya. Ya ya ya ignorance is bliss memang ada benarnya. Kadang kita lebih memilih untuk nggak peduli dan nggak berkeinginan untuk mendobrak jeratan-jeratan sosial yang mengungkung kita. Oke, dalam posting kali ini bahasan yang saya angkat adalah keseksisan dan kediskriminatifan yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kurun waktu beberapa abad, dekade, atau bahkan tahun lalu, hal-hal inilah yang kita hirup. Sangat nggak sehat sih kalau kata saya. Kenapa? Nah, ini alasan kenapa Teman-teman harus menyelesaikan bacaan ini.

Judul di atas merupakan kutipan dari pernyataan dosen saya, Bu Junita, dalam balas-membalas komentar status facebook beliau,

Junita BeeR Masalahnya kenapa hanya menohok wanita?! Laki2 pun yg pas untuk teman pesta, clubbing, bergadang sampai pagi, chit chat yg snob, merokok dan kadang mabuk - tidak mungkin direncakanan jadi suami !!

February 24 at 11:50am · ·

Denny Pl Sihombing, Vini Veronica, Amelia Maya Irwanti and 11 others like this.

Reza Pahlevi Mahodim Tanjung

Reaksi twitternya pak Mario Teguh ya, Bu?

February 24 at 11:56am

Gigi Mayna Saidi

sangat setuju,sayangnya sy terlanjur punya suami yang punya masalalu seperti itu.

February 24 at 12:07pm

Junita BeeR

@ Reza PMT: iya..:)
@ Gigi MS: yg penting sekarang happy!

February 24 at 12:19pm

d'Joe PoeRba

koq senada ya mom sm comment ku di status ny yaya... he he

February 24 at 12:20pm

Gigi Mayna Saidi

amin bu...amin amin

February 24 at 12:20pm

Junita BeeR

@ Joe: biar jauh tetap soulmate dong..:)

February 24 at 12:47pm

Danny Woxx

Tapi jodoh kan sudah ada yang atur.. Hehehe..

February 24 at 12:50pm

Bima Prawira Utama

Iya bu ngejudge nya ngebawa ke ranah gender, padahal mau laki2 mau perempuan, kalo tukang mabok ama dugem mah yah... Hehe

February 24 at 1:20pm

Amelia Maya Irwanti

bener bu..emang kalo cowok yang melakukan hal hal seperti itu akan direncanakan jadi suami??? (ya kagak lah) harusnya "perempuan" diganti dengan "orang-orang" dan "istri" diganti dengan "pasangan hidup" itu baru fair

February 24 at 1:57pm

Junita BeeR

@ Bima : iya betul, Bima!
@ Amelia: ya pernyataan awal MT, sang Super,memang itu tidak fair....

February 24 at 3:01pm

Rizki Ananda Ramadhan

hahaha betul bu. keliatan ego maskulinnya

February 24 at 4:38pm

Wendy Anugerah Ramadhan Darmono

intinya mah bu kalau bejat mah bejat aja, regardless gender, age atau any background he had,,hehe, tapi emang beban perempuan dalam masyrakat kan lebih berat,karena dipandang sebagai penentu masa depan keluarga, anyway kok jarang keliatann bu?? sedang mencai ilham teori apakahh dikamarr??

February 24 at 8:16pm

Ananda Widhia Putri

saya siy mau ajah bu pny suami kayak gtu ,, kan planning saya poliandri dengan berbagai macami karakter latar belakang, dari yang alim ulama , bejad , pinter , pengangguran , tukang judi ,,biar senin mpe sabtu sibuk ;)

hihi ngaco ^^

February 24 at 8:49pm

Junita BeeR

@ Rizki: iya Rizki ketara sekali..dan lagi2 ada pengkhotbah /pendakwah atau motivator yg awalnya aja terlihat handal tapi kemudian mengecewakan krn ketahuan seksis dan diskriminatif!
@ Wendy: iya berat jadi perempuan yg terus2an diawasi krn eksis jadi penentu masa dpn keluarga dan negara, sementara laki2 jadi pengawas yg tdk eksis hehe.... btw,Wendy ...aq lg "pause" alias tidur....abisnya mati lampu mulu!
@Ananda : Waah...Siip banget! Mantabbb....:)

February 25 at 12:27am

Wendy Anugerah Ramadhan Darmono

haiahh aya2 waee dipauseee bu, knapa ga difast foward aj bu ke bagian yang bikin happy2,, mati lampu?? persaan ga dh bu, aman2 aja dikosan, kecuali emang ada tuh satu malam yang mati lampunya anehh.. atau akunya aja yang g th,hehhe,

February 25 at 12:34am

Rizki Ananda Ramadhan

SEPAKAT BU! Seksis dan Diskriminatif.

February 25 at 1:03am

Rikianarsyi Arrassyidinta N Wirantoputri

hmmmmm,iya bu...knp hrs perempuan yg diminta utk menjauhi hal2 spt itu, itu kn brti secara ga langsung pak super mencap bahwa ada byk perempuan kacau d dunia ini sehingga hendaknya mereka berubah, tp pak super menutup matanya dr kenyataan bhwa byk bgt pria/bapak yg hobi mabuk, dugem, ngedrugs, judi, &melakukan hal2 nista lain yg memakan korban jiwa... See More...istri&anaknya dipukulin,ga dikasih makan(pdhl mereka ngakunya provider),malah dijual pula....kn pria2 rusak jauh lbh merugikan drpd perempuan rusak...jarang deh saya dgr berita ato nemu cerita fiksi yg isinya perempuan pemabuk mbunuh suami/anaknya pake leptop..hihi.....klo mbunuh anak dgn ngasi baygon sh pernah...tp itu jg gara2 stres punya suami ga btanggungjawab...tu juga ibunya ikutan bunuh diri juga....

February 25 at 1:55am ·

Junita BeeR

@ Rikianarsyi: ya itu, dia seksis dan diskriminatif terhdp perempuan!

February 25 at 2:33am

Febe Amelia Haryanto

wah, setujuu buuu! masa perempuan aja yang digituin??? wew.. ga fair! ga bisa gituuu! sarannya MT kali ini ga pas.. hmpfh!

February 25 at 6:26am

Fahminoor Muhamad

karena dia laki2 bu, klo sebaliknya [mungkin] juga berbeda.

February 25 at 10:01am

Mety Rubiyanti

ikutan ya comment...perempuan memang selalu jd korban contohnya aku udh kepalang kejeblos punya suami ky gitu.yang menderita siapa anak dan istri.cuman Tuhan yg bisa membalas perbuatannya...

February 25 at 10:25am

Rikianarsyi Arrassyidinta N Wirantoputri

hmmmm.....memangnya apa ruginya ya bagi laki2 kl istrinya/pacarnya suka pesta,mabuk,judi,minum,dll....? sedangkan bagi perempuan sendiri kn jelas tuh kerugiannya kl punya suami yg suka dugem,chit chat snob,mabuk,judi.......perempuan yg mengalami nasib sperti bu mety kan ada buanyyyyyyyyyakkkkkk sekali...kasihan jg anak2nya....kn peran mengasuh anak... See More bukan cm tanggung jawab ibu, tp jg tanggung jawab ayah....percuma ibunya baik2 kl ayahnya ga menyadari perannya sebagai ayah....
hmmmm, ternyata kita hidup di dunia yg penuh keseksisan&kediskriminatifan kyk bgini........

February 25 at 10:39am ·

Rikianarsyi Arrassyidinta N Wirantoputri

oh mungkin gini, bu.....
perempuan yg ibu sebutkan kyk di atas itu pada nggak bisa menutupi jatidirinya yang suka hura2, nah beda dgn laki2 yg lihai,piawai,dan pandai menutupi jati dirinya yang buruk itu dengan rayuan, dalih2, dan janji2 perubahan, nah akibatnya...ini yang paling bahaya, perempuan yang baik hati yg memiliki tingkat kepercayaan yg ... See Moretinggi thd omongan pasangan&azab Tuhan selalu mau menerima laki2 apa adanya....adanya baik, disyukuri,adnya jelek diterima.....mereka jarang komplain.....mereka jg menganggap bahwa memiliki suami yg seperti itu adalah aib jd mereka menyembunyikan hal tsb rapat2....
pak mario teguh pun ngga peka dlm melihat bhw gejala ini adlh gejala destruktif.....
jd penyebabnya....seksis&diskriminatif, iya, tp selain itu juga krn laki2 penuh tipuan, perempuan mudah tertipu krn perempuan pada dasarnya itu baik hati....

February 25 at 10:49am ·

Junita BeeR

@ Rikianarsyi bagus tuh komentar2 mu. Selain MT seksis dan diskriminatif, seperti kebanyakan laki2 lainnya, dia tampaknya tidak lepas pula dari pengidap misoginis dan homophobi yang akut hehe....

Fri at 6:33am

Tak hanya itu, saya pun secara langsung sering ditohok oleh pernyataan-pernyataan yang….hmmm, mungkin bagi Teman-teman yang tradisional dan mainstream, pernyataan yang nanti saya ceritakan adalah pernyataan kodrati, tapi bagi saya, hmmmmm….pernyataan tersebut nggak masuk akal. Yang paling baru ituh terjadi dalam percakapan YM antara saya dan oknum AG yang berjenis kelamin laki-laki dan jika dilihat dari tohokannya, maka dipastikan ia adalah penganut patriarki tradisional yang sangat primitif.

AG : -----------*sensor, ini basa basi yang tidak ada kaitan dengan posting*

Saya : --------*masih sensor*

AG : Jangan lupa ya kalo nikah undang saya!!

Saya : Buseeeeeeet, masih lama meureun, pacar pun tak punya..Haha…kamu aja kali yang udah mau nikah…

AG : Eh kok gitu? Jangan gitu, inget umur kamu udah 21..

Saya : Lah, MASIH 21…kenapa emang sama umur 21..?

AG : Kamu harus mikirin nikah…

Saya : Buset

AG : Eh iya loh, serius. Gini deh, kamu itu udah masuk umur 21 jadi harus mulai mikir ke arah sana, inget kamu itu nanti bakal jadi ibu

Saya : Hmmm

AG : Kamu sekarang jangan terlalu sibuk sama aktivitas kamu, kamu jangan sampai melupakan peran kamu sebagai ibu….

Saya : Yaoloh, ni baru juga masuk semester 6, mikir skripsi aja belom, masa mikirin nikah…..

AG : Tapi umur kamu kan udah masuk umur 20-an

Saya : Ya kan baru 21…lagian juga belom ada pria yang datang..hahhaha

AG : Gimana kalo dia udah dateng tapi ternyata kamu tolak?

Saya : Lah, kalau akunya nggak ada rasa apa-apa dan dia nggak baik-baik amat, harus aku terima gitu?

AG : Bukannya gitu….tapi coba kamu pikirin deh……

Dalam kedua contoh di atas, wah betapa beratnya status ibu yang akan disandang perempuan kelak sehingga ia harus menjauhi satu, perbuatan maksiat macam dugem, omongan snob, mabuk, judi, dll, dan dua, harus memikir ulang karirnya. Saya seratus persen setuju dengan syarat tersebut, tapi yang saya sesalkan, mengapa harus perempuan saja yang memperbaikinya? Dimana peran laki-laki? Mengapa Pak Mario Teguh tidak menghimbau laki-laki untuk insaf dari perbuatan maksiat? Apakah laki-laki tidak melakukan perbuatan tesebut? Atau karena Pak Mario Teguh nggak melihat sisi signifikan laki-laki dalam menjalankan perannya sebagai ayah?

Lalu dalam kasus saya dengan oknum AG, kenapa juga saya harus membatasi kegiatan saya karena saya sudah berumur 21 sedangkan laki-laki malah harus mengembangkan kegiatannya saat ia berumur 21? Karena laki-laki pada akhirnya akan menjadi provider bagi calon keluarganya kelak-kah? Tapi banyak juga laki-laki yang hingga umurnya memasuki kepala 3 tidak kunjung memikirkan berkeluarga dan banyak juga laki-laki yang saya temukan malah mempergunakan gajinya untuk melakukan hal-hal yang nggak penting macam dugem, judi, mabuk, rokok, dll…..

Satu lagi, saya juga aneh ketika oknum AG memberikan pertanyaan yang nggak penting dijawab, Gimana kalo dia udah dateng tapi ternyata kamu tolak. Bagi saya, wajar jika saya menolak laki-laki yang tidak sesuai dengan kriteria saya, toh di sisi lain, laki-laki pun kerap menolak wanita yang tidak masuk dalam daftar impiannya. Di saat laki-laki ingin mendapatkan wanita yang bersih dari hal-hal yang disebutkan oleh Pak Mario Teguh, saya setuju dengan status Bu Junita yang mengungkapkan bahwa perempuan juga nggak mau menjadikan laki-laki yang buruk sebagai suaminya. Saya nggak mau dong punya keluarga dengan laki-laki yang nggak bisa menjalankan perannya sebagai suami dan ayah seperti yang banyak terjadi di dunia ini. Saya berempati dengan banyak perempuan yang pada akhirnya memutuskan untuk hidup tanpa pasangan. Sudah nggak zaman deh kalau kita menuding mereka sebagai perempuan nggak laku. Saya pun mungkin akan memilih demikian jika saya tidak kunjung menemukan suami yang baik.

Okei, tidak ada kesempurnaan, saya tahu itu, tetapi apakah karena kesempurnaan itu nggak ada maka kita harus menyerah pada pria-pria yang buruk yang pada akhirnya nggak memberikan kebahagiaan untuk kita? Kalau lelaki punya impian mendapat wanita baik, begitu juga perempuan. Saya salut dengan perempuan yang mampu mempertahankan impiannya.

Lagipula, kita juga harus mempertanyakan arti kebahagiaan itu sebenarnya apa? Jika kita masih mengukur kebahagiaan pernikahan dari penis, ya monggo silakan menikahlah meski pria itu bukan pria yang baik. Menikahlah dan bersiaplah menderita karena melihat diri Anda tidak dihargai oleh suami Anda dan anak-anak Anda ditelantarkan.

Bagi saya sendiri, kebahagiaan tidak hanya diukur dari penis. Kebahagiaan adalah ketika kita diakui sebagai manusia yang bebas. Bebas dengan pemikiran kita, bebas dengan keinginan kita, bebas dengan pendapat kita. Kebahagiaan bagi saya juga memiliki makna, dihargai. Saya akan bahagia kalau saya dianggap sebagai manusia bebas dan kebebasan tersebut dihargai. Saya akan sangat bahagia kalau suami saya bisa menganggap saya manusia sekaligus menghargai kemanusiaan saya dengan bersama-sama saya merawat anak-anak. Jadi, merawat anak bukan hanya tugas ibu. Laki-laki pun punya tugas besar di sini! Saking besarnya tugas laki-laki, ketika ia melupakan perannya sebagai suami dan bapak, akibat yang akan dialami oleh istri dan anaknya akan sangat besar!

Saya tadi sempat mengatakan dalam komentar facebook Bu Jun bahwa pria-pria yang berkubang dalam hal-hal yang dikutuk Mario Teguh akan memakan korban anak dan istri. Bisa anak dan istrinya nggak dikasih makan, bisa anak dan istrinya dijual, bisa juga anak dan istrinya dibunuh. Nah, itu baru dari satu keluarga dan dari sudut pandang sempit. Akibat strukturalnya akan sangat panjang.

Secara agregasi dalam satu negara, laki-laki yang mengabaikan peran besarnya sebagai suami dan bapak akan menyumbang besar pada peningkatan angka kemiskinan. Indikator kemiskinan yang diakibatkan oleh laki-laki tak bertanggung jawab ini pun banyak. Misalnya, banyak wanita yang menjadi buruh murah, banyak pekerja anak, banyak angka kematian ibu, dan banyak wanita dan anak-anak buta huruf. Nah, hal ini juga diakui oleh Lorraine Corner dalam artikelnya, Rural Development and Poverty Alleviation in ASEAN : A Gender Perspective. Artikel ini menyuguhkan realita bahwa sampai saat ini, perempuan masih menjadi pihak yang paling rawan dalam menderita kemiskinan. Data mengenai kemiskinan perempuan ini bisa didapatkan secara kuantitatif dan kualitatif.

  1. Data-data kuantitatif :
    1. Perempuan yang tidak bekerja : Meskipun dalam pembelanjaan keluarga perempuan memegang peran besar, pembelanjaan tersebut jarang sekali mencerminkan belanja pribadi dari perempuan. Biasanya perempuan berbelanja untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya dan menyempingkan kebutuhannya sendiri.
    2. Perempuan yang bekerja : perempuan yang bekerja memiliki kecenderungan untuk dibayar dengan gaji yang lebih rendah daripada laki-laki dalam pekerjaan yang sama, bahkan kadang-kadang perempuan juga tidak dibayar.
  2. Data-data kualitatif, ada dua kesimpulan yang dapat diambil.
    1. Pertama, perempuan rawan kemiskinan karena ia bertanggungjawab pada kebutuhan dasar anggota keluarganya.
    2. Kedua, saat penghasilan dari suaminya tidak cukup untuk menghidupi keluarga, perempuan tersebut harus membantu sang suami memenuhi kebutuhan hidup sementara perempuan itu sendiri tidak dapat membebaskan dirinya dari kewajibannya sebagai pengurus rumah tangga.

Parahnya lagi, akibat desktruktif yang didapat dari pria-pria berkeluarga yang kejam nian ini tidak hanya tak disadari oleh Mario Teguh, tapi juga oleh pemerintah negara. Lebih jauh lagi Lorraine mengatakan bahwa kebijakan pemerintah negara-negara di ASEAN mengenai pengentasan kemiskinan pun sangat berbias gender dan menyempingkan keberadaan perempuan. Pemerintah seolah-olah melindungi perempuan, tapi pemerintah menutup mata bahwa dalam menghadapi kemiskinan, perempuan memiliki peran yang sangat berat. Dalam hal jaminan kesehatan misalnya, hampir semua pemerintah di ASEAN memberikan bantuan jaminan kesehatan, namun jaminan tersebut hanya meliputi pelayanan dan obat-obat tertentu yang hanya mengatasi penyakit perempuan yang berada di dalam rumah sebagai ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu rumah tangga. Pemerintah menutup mata bahwa dalam menghadapi kemiskinan, perempuan ada yang bekerja sebagai sopir, kondektur, petani, buruh kasar, dan berbagai pekerjaan lain yang biasanya hanya dilakukan laki-laki. Pemerintah tidak memberikan jaminan kesehatan bagi perempuan yang bekerja di dunia laki-laki.

Sebentar, masih ada yang salah lagi. Sistem! Selama ini kita, para perempuan, dikungkung dalam sistem yang seolah-olah mengenakkan kita. Sistem inilah yang membuat kita sangat terugikan saat kita bersuamikan pria kejam. Kita selalu diajarkan untuk berada di rumah. Kita selalu diajarkan untuk tidak mengungguli laki-laki, baik dari segi otak, kelincahan, karir, gaji. Kita selalu diberi wacana untuk berada di ranah inferior laki-laki. Ketika kita mendapatkan suami laki-laki yang baik hati bak pangeran Cinderella, sistem kepercayaan kita yang dipupuk demikian barangkali nggak jadi masalah. Tetapi ketika secara amit-amit naudzubillah himindzalik kita terjebak dalam siatuasi salah pilih suami, nggak heran kalau kita jadi kelabakan dan menambah berat beban Bank Dunia karena kemiskinan yang makin merajalela. Inilah.

Saya juga melihat ketika ada perempuan dan laki-laki yang terjebak dalam dunia kelam macam yang dibilang Pak Mario itu, hal tersebut mengindikasikan bahwa baik laki-laki maupun perempuan merasa lelah untuk terus mengikuti sistem. Perempuan harus jadi wanita baik-baik. Laki-laki harus bisa jadi provider bagi keluarganya kelak. Ya, kita lelah dengan sistem tersebut sehingga akhirnya kita melakukan pemberontakan yang sebenarnya merugikan kita sendiri. Sebenarnya dalam dunia yang penuh dengan diskriminatif-diskriminatif ini, korbannya tidak hanya perempuan, laki-laki pun sebenarnya adalah korban!

Kenapa?

Karena pada sistem demikian, baik laki-laki maupun perempuan bukan dilihat sebagai manusia, melainkan sebagai benda yang bernama perempuan dan benda yang bernama laki-laki dengan pembagian tugas yang berbeda.

Permasalahan ini pun tak hanya terjadi di ranah domestik, bahkan hingga pada ranah internasional. Dalam situasi perang , misalnya. Di saat wanita dan anak-anak diungsikan sementara para pria yang kuat dijadikan serdadu, kita bisa menemukan nilai seperti ini :

  1. Status wanita dipersamakan dengan status anak-anak. Di permukaan, kita akan melihat betapa baiknya sang sistem karena memberi privilege kepada wanita untuk dilindungi. Tapi, yang aneh…kenapa wanita harus dilindungi? Kenapa ia disetarakan dengan anak-anak padahal anak-anak adalah manusia yang belum dianggap sebagai manusia karena belum dapat memutuskan yang baik untuk dirinya? Bukankah wanita adalah manusia yang kebetulan tidak memiliki penis tapi tetap memiliki organ tubuh lain yang sama dengan laki-laki ? Di sini kita akan melihat betapa kuatnya humanisme (humanisme=paham yang menganggap bahwa yang diakui sebagai manusia hanyalah mereka yang berpenis). Wanita tidak dianggap sebagai manusia.
  2. Laki-laki yang menjadi serdadu dianggap sebagai benda. Nah, ini juga yang kasihan. Dalam berperang, tentara tidak lagi dianggap sebagai manusia. Ada satu ungkapan yang terkenal yang selalu dikutip oleh dosen Hukum Internasional saya –cuman saya lupa itu dikutip dari siapa, War is license to kill yang menyiratkan makna demikian. Para pria yang menjadi serdadu tesebut diberi wacana sebagaimana rupa sehingga mereka merelakan dirinya melepaskan hak kemanusiaannya, yaitu hak hidup. Ketika ia melepaskan hak kemanusiaannya untuk hidup, maka ia pun melepaskan status kemanusiaannya meskipun dalam humanisme ia masih dianggap manusia karena ia memiliki penis.

Nah, jika begitu, laki-laki dan perempuan tidak dianggap sebagai manusia, lalu siapa manusia sesungguhnya?

Ya yang berkuasa atas sistem tersebut.