a life cycle

Bangun pagi. Satu jam lebih awal dari jam yang seharusnya bangun. Nyedot ingus. Ngecek hape. Membalas sms yang mungkin datang di jam-jam yang tidak seharusnya atau sekedar memundurkan alarm setengah jam kemudian, kemudian diperpanjang lima belas menit kemudian, baru turun dari tempat tidur. Minum air putih. Pipa water heater rusak, jadi melangkah ke dapur merebus air. Memasukkan buku-buku, laptop, STNK, dan piring plastik beserta sendok ke tas. Ambil baju dan handuk. Menyampirkan ke gantungan di kamar mandi. Angkat air dari kompor. Mandi. Merapikan struktur muka dan rambut. Membereskan kasur. Salam ke umi aba. Mengeluarkan motor. Pakai earphone. Pakai jaket. Pakai sepatu, Pakai helm. Manasin motor. Berangkat. Beli bubur ayam.

Ngeprint di komputer kantor atau nyari OB buat fotokopi. Masuk kelas. Menanyakan kabar siswa. Menerangkan. Menyuruh mencatat. Buka laptop. Baca bahan skripsi. Kasih soal. Menerangkan beberapa belas soal pertama. Menyuruh melanjutkan sepuluh nomor berikutnya. Membuat review bahan skripsi. Membahas sepuluh nomor. Menyuruh melanjutkan lima belas nomor berikutnya. Keluar kelas. Makan bubur ayam di piring yang dibawa sendiri. Masuk. Menerangkan lima belas soal. Menyuruh mengerjakan sepuluh nomor berikutnya. Keluar kelas. Nyuci piring bekas makan. Masuk kelas. Menerangkan sepuluh nomor berikutnya. Membahas habis beberapa belas atau dua puluh sekian nomor berikutnya. Membuat kesimpulan dan poin-poin yang harus diingat. Ngobrol santai. Beres. Next kelas kedua. Pola hampir sama, hanya tidak ada lagi bubur ayam ronde dua. Diganti membaca bahan skripsi atau membalas DM atau twit bimbingan kalau kebetulan ada.

Membereskan laptop dan buku. Mengisi presensi. Berangkat ke kampus. Mampir ke ATM. Mampir ke Febrian di pangdam. Memfotokopi bahan ajar di kelas sore. Ke perpus. Ke pedca. Makan. Ngobrol. Ke kanopi atau gazebo. Ngobrol. Berangkat ngajar. Solat. Ngajar. Pola hampir sama tapi frekuensi tertawa lebih banyak dan tidak sambil melakukan skripsi. Solat. Dua kelas sampai pukul enam.

Cuci tangan. Solat. Pakai earphone. Pakai jaket. Pakai sepatu. Pulang. Mungkin mampir makan malam dengan kawan sejawat, mungkin mampir di Griya beli camilan.

Sampai di depan rumah. Buka pagar. Menunggu adik laki-laki saya membukakan pintu lalu memasukkan motor. Saya mengunci pagar. Lepas earphone, jaket, dan sepatu. Setor muka ke umi aba. Cuci tangan. Ambil piring. Lepas tas. Makan (kalau tidak makan di luar). Ngobrol sama umi, aba, mas, deta, atau mbak tory. Ganti baju. Cuci kaki. Cuci muka. Solat. Membuka laptop. Bisa jadi skripsi. Bisa jadi menjadi silent reader di twiter atau fesbuk. Bisa jadi mengedit soal untuk besok. Bisa jadi membaca ebook. Bisa jadi memeriksa tugas kalau sedang jadi tutor dan sudah dekat deadline penilaian. Bisa jadi hanya ber-YM dengan satu sampai empat orang ngalor ngidul. Kalau masih belum terlalu malam, nyalakan DVD, ambil camilan atau eskrim atau coklat panas atau mangga, matikan lampu, duduk sambil berselimut, makan, nonton. Kemudian bersiap tidur. Tidur. Solat. Tidur. Bangun. Hidup pun kembali dimulai.

That's life.

Hanya berdeviasi sesekali.

Seperti pada hari Senin saat tidak ada jadwal mengajar, hanya ke kampus untuk tutor, lalu makan malam dan ngobrol sampai malam dengan kawan-kawan. Membicarakan beberapa topik hangat di jurusan, menertawakan kebodohan dan kejombloan, membahas bahasan skripsi, curhat, bete sama temen, hedonisme, PKS, HTI, TVo*n, film terbaru.

Hmmm bisa juga seperti hari Jumat saat jam mengajar diganti dengan jam bimbingan sampai larut malam, minimal jam sembilan di kampus. Ruang jurusan yang sakral pun berubah menjadi basecamp pengungsian menunggu antrean bimbingan.

Ah, atau hari Minggu saat renang atau hanya menghabiskan waktu seharian di rumah entah melakukan apa.

Pola hidup juga kadang berubah saat harus bangun sahur atau kalau harus mengantar mas sekolah sampai Dago atau kalau abba mau ke Jakarta.

Hmmmm...tapi rata-rata demikian.

Itu kenapa akhir-akhir ini saya butuh libur. Mengecek kalender, oh pantas, ternyata saya sudah enam bulan menjalani hidup demikian. Sudah satu semester. Libur dua minggu nanti sepertinya akan menyenangkan untuk dijadikan modal hidup teratur selama enam bulan kemudian. Dear, 2011, here i am within your two semesters!


Ark. Des'11.