22

Hmmmmm...
22 tahun yak?
Hmmmm...
Waktu berjalan cepat sekali.
22 tahun itu sesuatu banget. Gede banget gituh. Mateng aja gitu.
Waktu saya masih kecil dan abege, kalau denger ada orang umurnya 22 tuh kesannya wahhh banget. Dunia yang penuh kesenangan itu rasanya ada di dalam genggaman. Udah boleh bermimpi dan berambisi untuk mewujudkan keinginannay juga.
Fiuhhhhhh. Yang saya rasain sih, saya kok kayaknya belum pantas ya menyandang citra yang saya bayangkan sendiri akan perempuan berusia 22 itu.

Saya masih berat meninggalkan dunia yang kemarin.
Dunia yang membuat saya jadi anggota termuda dalam komunitas.
Mmmmm, nggak rela aja menghadapi kenyataan bahwa saya nggak bisa lagi menganggap orang yang usianya beberapa tahun di atas saya sebagai kakak yang unyu dan bakal sabar mengajari saya. Memasuki umur 22 ke sana itu benar-enar memasuki era kesetaraan. Nggak ada lagi kakak-adik yang manis. Semua adalah persaingan dan bukan usia yang dipandang, melainkan kemampuan. Mengerikan. Heuheu. Dan emang kerasa juga sih, beberapa orang yang dalam usia saya beberapa tahun lalu jadi orang yang bisa saya andalkan sebagai kakak, sekarang sudah berjalan sendiri dan menyisakan interaksi antara kami sebagai interaksi, "Hai, gimana kabar? Wah, sukses ya buat lo!" saja. Kering aja. Tapi ya mau gimana? Mau akrab kayak zaman dulu mah juga utopis dan ngajak ribut pacarnya atau istrinya kali. Haha. Yah, sepertinya orang-orang sudah mulai menyusun hidupnya.

Lalu hidup saya?

Hmmmm

Masih tertahan di skripsi. Sigh.

Entah kapan bisa move on (minjem istilah Alex) ke tahap selanjutnya.
Lagi dalam titik jenuh banget ini. Bener-bener sampai nggak bisa mikirrrrr. Dosen saya juga kemarin negur, "Kamu kok sekarang menurun gini, sih? WHERE ARE YOUUUUUUUU?"

Kenapa ya?
Konsentrasi lagi bercabang kali ya.
Mungkin juga karena saya lagi jetlag banget sama usia baru ini. Bikin rencana kepanjangan dan kedetailan sampai akhirnya melupakan realita yang harusnya dihadapi. Heheheehehe. Terus memang sempat irritated, annoyed, dan intinya mah terganggu weh lah sama persaingan citra zaman sekarang. Hahaha. Apa ya, ini konyol sih sebenernya. SMA banget. Di satu sisi, sekarang lagi musim-musimnya teman-teman seangkatan saya di ITB dan FK yang wisudaaan. Nah, situasi yang zaman baheula banget teh jadi memanas lagi gitu. Intinya mah, saya sok berani memisahkan diri dari kumpulan tapi ujungnya mah sekarang masih 'kalah' juga sama anak-anak yang 'pada umumnya'. Ya pada umumnya teman-teman saya kan masuknya ke ITB dan FK tuh, saya aja sok jago mau tampil beda masuk ke ranah sosial, tepatnya politik, tepatnya hubungan internasional. Nah, pas sekarang, mereka udah banyak yang lulus, ai saya keneh weh di sinih, bergulat dengan segala kendala skripsi yang begitu menempa saya dari titik teratas ke titik yang terbawah, ke kanan sampai ke kiri. Makanya saya sekarang lagi males-malesnya berurusan sama temen SMP dan SMA. Mengalihkan pikiran ke tahapan yang ingin saya capai setelah lulus s1, yaitu s2, hemmmmmh ada lagi bebannya. Beban gengsi. Gengsi SMA lagi. Ceritanya menyemangati, tapi jadi tegang tea. Dia aja SMA X bisa, masa kamu SMA Y ngga bisa? Bisalah bisaaaa... Jadi semangat sih, tapi naha jadi bawa-bawa nama sekolah. Hahaha. Nama besar sekokah asa dipertaruhkan. Euh lalieur.

Hmmmmm...
Tapi pernah ada yang bilang sama saya, saya lupa siapa, kayaknya juga lebih dari satu orang. Mmmmm, dari titik tergelap, nanti akan segera muncul titik terterang. Yah, baiklah. Saya juga percaya kok. Huffffff. Semoga titik itu segera saya temukan supaya di usia saya yang 22 ini saya bisa menjadi manusia yang pantas menyandang usia 22. Amin. Haha.

Oke, mari awali umur yang baru dengan pacar baru. Hlaaaaaaah. Tadi mau bilang mari awali umur yang baru dengan berbagai hal yang positifffffff menyemangati sepeti sugesti yang baik bagi diri sendiri.

Hahhahahhahhaha.

Happy birthday, dear me! :D