Beberapa Tindakan "Ya Elah-Itu kan-Alay-tapi kok-Masih-Lo-Lakuin"

Oke, menyambung posting sebelumnya tentang situasi membahayakan, sekarang saya mau bikin listing lagi tentang kejadian alay. Eh bay deh weiy kenapa coba akhir-akhir ini tulisan saya banyak yang nyampahnya? Haha. *nanya ke diri sendiri tapi ga nemu jawaban'.

1. Buka YahooNews
Gila, ini kegiatan saking bener-bener alaynya, saya sampai masukin ke peringkat pertama dan ini kali kedua saya sebut sebagai tindakan alay. Buka YahooNews itu serius, deh, wasting time, tapi lama-lama kalau saya pikir-pikir lagi itu tuh sebenernya guilty pleasure. Nah, inilah bedanya saya sama Nadia Saphira. Tahu, kan Nadia Saphira? Itu tuh, kakak tertua saya yang kalau dalam peristilahan Vita sih sedikit lebih beruntung karena memiliki kaki yang jenjang dan materi kecantikan yang disetujui oleh mayoritas pria tajir yang berprofesi sebagai produser.
Saya pernah baca tuh artikel di mana gitu, *yang jelas sih bukan artikel di pamflet Al Islam yang sering muncul di kala hari Jumat di kampus-kampus terdekat*, pas ditanya sama wartawan, "Apa guilty pleasure kamu, Nad?" Nadia jawab, "Makan coklat sambil tiduran di kamar soalnya bikin gemuk tapi itu enak." Sounds sexy, no? Itu kan jenis jawaban yang nggak bakal dipikirkan Grinanda Megantika. Bayangkan, guilty pleasure-nya makan masa? Justru itu satu-satunya pleasure Grinanda. Nah, itulah bedanya saya, Grinanda, dan Nadia Saphira. Guilty pleasure saya tuh baca YahooNews, bukan makan coklat sambil tiduran di kamar! Di tengah kesibukan mengetik Tinjauan Pustaka, saya menyempatkan diri liat YahooNews, merasa sampah banget sama berita-berita itu, tapi saya nggak bisa ngeclose windows saya, malahan setengah jam saya pakai ngetik skripsi, satu jam browsing YahooNews. What deeeeee....!!!!

2. Stalking Kecengan, Kecengan dan Kecengan, dan Kecengan, dan Kecengan, dan Kecengan...
Dulu sih orang bisa bilang udah tenang banget kalau bisa ngelihat genteng rumah si kecengannya. Ih, itu sih dulu, waktu Thomas Alva Edison belum beres bikin lampu buat nemenin Mark Zuckenberg bikin bahasa pemprogaman jejaring sosial yang secara telak mengalahkan friendster, media kita untuk alay di pertengahan tahun 2000-an. Sekarang mah bisa aja sih masih bisa tenang lihat genteng rumah kecengan, tapi ngelihatnya bukan pakai mata kepala sendiri sambil naik sepeda onthel sok-sok tersesat di kampung rumahnya, melainkan pakai teknologi satelit gratisan yang kita kenal dengan nama GoogleMap atau WikiMap. Ahahaha. Engga, saya aslinya nggak pernah melakukan hal tersebut, tapi kalau stalking-stalking akun twiter, facebook, blog, dan YM orang yang bersangkutan sih pernah. PERNAH. Catat itu! Sekarang udah engga lagi soalnya saya melakukan tindakan alay (yang nanti bakal saya bahas juga) yakni meremove, mendelete, dan memblock si target dari semua peralatan elektronik yang saya akses.

Kenapa tindakan stalking ini saya bilang alay? Kenapa ya? Soalnya ya alay aja. Kenapa kita harus tahu dan up date sama keadaan dia padahal dia nggak ada peduli-pedulinya sama kitaaaahhhh, huaaaaa. Hahaha. Itu salah satunya. Masih ada lagi alasan lain. Stalking itu tindakan terlemah kita dalam usaha mencintai orang. Kenapa harus nyari diam-diam? Kenapa harus merasa keren tahu keadaan terbarunya? Kenapa ga langsung nanya sendiri ke orangnya pakai sms, "Haaaaiiii, manis. Gimana kabar kamu hari ini? Kalau ada apa-apa bilang ya sama akkoeh! Akkoeh pasti datangggg." Sepertinya tindakan langsung dan nyata itu jauh lebih baik dan heroik daripada sekedar stalking. *macem bener aja hidup*

3. Mendelete, Meremove, Memblock Kecengan atau Mantan
Alay, nih! Kenapa coba? Harusnya bukan mendelete, meremove, dan memblock dari twiter, facebook, YM, dan nomor kontak, tapi delete, remove, dan blocklah dari hatimuuuuuuuu! Inti move on tuh itu tuhhhhhh. Ah, payah. Lagian nggak ngaruh juga kali buat kecengan kalian kalau kalian menutup segala akses kalian ke mereka atau sebaliknya. Lah, kan masih statusnya kecengan? Dan biasanya kecengan tuh suka mendamparkan kita pada kenyataan cinta bertepuk sebelah tangan, kan? Apalagi kalau itu teh mantan! Mantannya teh mantan karena mutusin kalian, pula! Ya berarti tindakan kalian yang menutup akses itu pasti nggak berguna. Ya iyalah soalnya mereka nggak ngerasa tersakiti dengan kepergian kalian. Justru malah bersyukur kalian pergi dengan kesadaran pribadi. Haha. *ngomong sambil liat webcam*

4. Percaya pada SBA
Udah dibilangin, percaya tuh sama Tuhan aja woyyyy! Jangan pernah percaya sama manusia, apalagi kalau manusia itu memiliki lahan pekerjaan di bagian administrasi bernama SBA dan mereka beroperasi di kampus. Kebanyakan dari kita begitu beres nulis surat permohonan cetak nilai, surat izin penelitian, perbaikan nilai, dan segala persurat-suratan lainnya akan langsung berserah diri pada SBA yang berkuasa kemudian baru mengecek kembali map berisi surat-surat jadi itu sekitar seminggu atau 10 hari setelahnya. Oh, plis, jangan pernah melakukan hal itu! Nggak cuma saya yang jadi korbannya, tapi juga teman-teman seperjuangan saya yang semakin naik semesternya maka akan semakin bergantung pada kemurahan hati SBA dalam hal cetak nilai dan surat menyurat penting. Udah ditungguin seminggu, si nilainya emnag udah dicetak, eh tapi belum ditandatangani PD I. Mannna bisa dipakai untuk daftar UP. Nunggu lagi, kan seminggu lagi. Udah beres nilai, eh surat tugas dosen taunya belom kelar. Katanya sih belum ditandatangani dekan. Padahal tau deh siapa yang paling bertanggung jawab atas hal ini. Pokoknya, jikalau kalian sedang mempersiapkan tahun terakhir perkuliahan, jangan pernah percaya pada SBA.

5. Nonton tivi
Ini setipe nih sama buka YahooNews. Nyampah tapi nyenengin. Guilty pleasure. Biasanya ini paling nikmat dilakukan ketika sedang liburan dan kalian bukan mahasiswa tingkat empat dan seterusnya. Pagi-pagi kalau nggak bisa tidur habis solat subuh, mau baca quran tapi abis solat secara reflek buka mukena, dan mamang bubur atau banros belom lewat, pasti kita nongton tipi. Siang-siang kalau perpustakaan kampus tutup karena alasan libur nasional, kita juga pasti nongton tipi. Sore? Malem? Nah, itu malah waktu-waktu senggang kita, apalagi buat yang jomblo yang ngga bisa ngerasain tengkar sama pacar. Pastilah kita nongton tipi. Nah, pasti juga pilihan acaranya ada lima, kartun Dora, ceramah agama, berita, sinetron, atau infotainment.

Nonton Dora? Sadar nggak sih kalau nonton Dora bagi pemuda pemudi Indonesia itu bisa meningkatkan emosi? Secara kita sudah biasa dilatih berpikir cepat dalam menganalisis dimana Robert Tantular menyimpan aset Bank Century-nya, terus kita harus menghabiskan waktu melihat Dora mau berpindah dari satu jembatan ke jembatan lain harus ngitung dulu berapa buah apel yang berada di atas pohon khuldi? Meeennn!

Ceramah agama? Ini lumayan cukup menggetarkan kalbu, nih. Tapi selama penceramah agamanya bukan alm.Zainuddin MZ atau Quraish Shihab, mending jauh-jauh deh dari tipi. Sekarang tuh ceramah agama bukan sekedar ceramah kali! Kalau boleh ngasih nama, sih gue bilang itu Religitainment. Penceramahnya camera-behaviour gitu masa. Pecicilan, humoris, dan suka menggoda ibu-ibu pengajian. Udah gitu tema yang dibahas juga tema dasar yang diajarkan oleh buku teks anak sekolah. Yah, mana maju pengetahuan agama gue. Menurut lo, jembatan syiratal mustaqim bisa dilewatin sambil kayang ngakak?

Apalagi berita! Apalagi kalau beritanya berasal dari salah satu stasiun televisi yang lo-pasti-tau-gue-ngomongin-apa, emosi kita itu pasti akan terkoyak-koyak, baik dari isi berita yang ga jauh dari keburukan kelakuan manusia, maupun cara presenternya membawakan berita yang lebih pantas disebut sebagai memanas-manasi. Wiiiihhhhh. Bener-bener sulit. Khazanah kita ngga bakal jauh dari gimana caranya berkorupsi secara langgeng dan membunuh gadis yang hamil karena 'kekhilafan' sang pria.

Dan jangan pernah lupakan infotainment! Dari mulai dia mengeluarkan album terbaru, punya pacar baru, punya mobil baru, minum vitamin apa, pergi ke konser sama siapa, berapa ipk-nya, yang anehnya kenapa nggak ada satu pun dari infotainment itu yang membahas bagaimana suka duka sang artis dalam menjalani skripsi, bimbingan, dan sidang? Kenapa infotainment itu bisa menghimpun berbagai berita mengenai si artis dari orang-orang terdekatnya seperti tukang baso langganan, ketua RT/RW, teman hang out, dan mama papanya tapi nggak pernah menghimpun berita dari dosen pembimbingnya? Kenapa para wartawan itu nggak pernah menguak perilaku si artis yang sampai hapal nomor plat dan jenis mobil dosen-dosennya sebagai salah satu syarat mengukuhkan status kemahasiswaannya? Kenapa coba? Kenapa para wartawan itu selalu menggiring kita menuju alam impian jetset padahal si artis itu juga memiliki sisi kehidupan rakyat jelata apabila sudah dihadapkan pada kenyataan akademik.

Kasus infotaiment juga sama kayak kasus sinetron. Kita tuh digiring menuju perjalanan hidup penuh liku-liku seperti anak tertukar dan diculik mafia Hongkong, padahal esensi dari hidup kita adalah SKRIPSI, Sodara-sodara! Kenapa judul sinetron itu harus Putri yang Ditukar? Kenapa nggak Skripsi yang Ditukar? Skripsiku bukan Skripsimu? Kupinang Kau dengan Skripsi? Skripsi dan Khadija? Pesantren Skripsi? Anugerah Skripsi? Sekarang kalian percaya kan kalau sinetron iu memang memiliki tujuan untuk mengalihkan dunia kita dari skripsi? Nah, terus kenapa kalian masih nonton sinetron coba? Ayo, dong, sadari hakikat hidup kalian!

6. Kedistrak sama berita artis
Ini sih pasti banget dilakukan. Sumber dari tindakan alay ini sesungguhnya hanya ada dua di dunia ini, satu Insert, dua YahooNews. Grinanda tuh parah banget masa. Dia itu nggak beres bikin abstraksinya padahal dari pagi dia udah nongkrong di perpus. Tahu kenapa? Karena dia dapet kabar bahwa seorang mantan artis cilik yang dulu membawakan acara cilik kini memutuskan untuk melakukan transgender. Nggak cuma Grinanda, kawan-kawan! Akuilah bahwa sesungguhnya naluri demikian memang ada di dalam jiwa-jiwa kalian yang ingin bebas dari kungkungan kenyataan hidup.

Hahaha. Iya, kan? Pasti kita pernah melakukan hal-hal tersebut sambil tertawa cerah tanpa beban. Nah, itu dia! Itu dia! Itu! Itulah kesalahan kita namun itu jugalah yang membuktikan bahwa kita adalah manusia yang tak pernah luput dari dosa. Yasudah, silakan direnungi, semoga saja setelah ini kita menjadi manusia kauniyah. Amin. Oke, sekian dulu posting tak berbayar ini. Saya mau makan dulu.


Ark. Nov'11.