Sedih

Halooooo, pembaca anaksawah yang budiman dan diberkahi kasih sayang oleh para paman dan bibi sedunia! Bagaimana kabar kalian? Apakah baik-baik saja? Sudah berapa kali kalian menyapu lantai rumah kalian pada hari ini? Lalu bagaimana pula kelanjutan dari serangan semut rangrang yang menimpa meja makan kalian? Apakah sudah tertumpas habis? Oke, saya harap semua keadaan yang kalian hadapi sesuai dengan prediksi dan kuasa kalian.

Hufff, pembaca, akhir-akhir ini sedang nggak enak hati euh. Posting kali ini akan sedikit memuat unsur kelam. Siapkan senter kalian!

Hal pertama yang merisaukan saya adalah hujan. Mmmm, saya tahu hujan itu berkah, saya tahu hujan itu rizki, saya tahu hujan itu anugerah, tapi sumpah saya nggak pernah bisa tenang kalau hujan turun, apalagi kalau hujannya gede dan kilat+gunturnya gede-gede. Suasana kayak gitu bisa menjepit saya secara maksimal. Hmmm, nggak tahu juga ya kenapa, saya cuman nggak suka aja sama hujan. Pokoknya bagi saya, hujan itu mengandung unsur ancaman yang besar dan berisik. Arsh! Hujan akan makin menyebalkan jika saya sedang berada tidak di rumah dan saya harus menembus hujan tanpa jas hujan, tanpa sandal jepit, tanpa lampu sorot yang terang, tanpa kaca helm yang terang, dan tanpa ada niat dari hujan itu untuk sedikit saja meredakan rinainya!

Hati saya juga nggak enak karena situasi di sekeliling saya. Hmmmm, akar dari semua keenggaenakan hati kayaknya ini, nih, iniiiiii!!! Ada suatu hal yang dari kecil sampai sekarang menyusahkan saya tapi nggak pernah bisa saya tangani. Ah, saya kesal sama diri saya sendiri! Tapi saya akan terus belajar mengatasinya! Semangat!!!

Nah, nah, nah, ini penyebab kerisauan saya yang paling tolol. Haha. Apa coba? Denger lagu! Hmmm, karena laptop dipakai bareng-bareng sama saya dan adik-adik saya, maka playlist winamp di laptop juga playlist campur-campur. Nah, kebetulan pula ada banyak lagu bernada sendu dan berlirik keji mengiris hati entah milik adik saya yang mana. Huhu, saya jadi ikutan sedih gara-gara kena suasana lagu itu. Udah gitu udah gitu, saya lebih sedih lagi waktu saya sadar,

“Lah, ini gue ikutan sedih gara-gara lagu kisah cinta tak sampai begini emangnya gue punya kecengan gituh?”

Hahaha. Iya itu dia, secara nada dan lirik sih udah dapet banget tuh nuansa sedihnya, tapi yang lebih menyayat hati adalah lagu sedih itu cuman sekedar lagu tanpa sebuah ide yang melekat. Saya nggak bisa neriakkin ini ke diri saya sendiri,

“Eh, ini lagu nasib gua banget, nih!”

Penyebabnya satu, saya nggak punya kecengan. Karena saya nggak punya kecengan maka saya juga nggak punya kisah cinta tak sampai. Huhu sedihnya, ada lagu bagus yang saya lewatkan gara-gara saya sedang tidak menaruh hati kepada siapa-siapa. Hahaha. Kurang afdol, nih kalau denger lagu tapi nggak ada objeknya! Aduh kayaknya biar saya nggak sedih-sedih kayak begini melulu saya harus ganti itu playlist dengan lagu macam Maju Tak Gentar dan Bagimu Negeri, deh! Hmmm, seengganya saya masih punya negara dan bangsa yang saya cintailah. Haha.

Ya, begitulah kisah kesedihan saya yang begitu menghimpit. Hihi. Haha. Tapi nggak apa-apa, dong. Kan saya juga manusia yang diberi kelenjar air mata dan kemampuan untuk merasakan sakit. Ouch! Haha. Eh, meski sedih, yang penting kita harus tetap sehat! Salam men sana in corpore sano!


Ark. Mei’10.