Di Akhir Semester 9

Alhamdulillah, setelah melewati masa pembimbingan yang luar biasa mengeluarkan darah, keringat, dan air mata sejak bulan Maret 2011, tanggal 27 Desember 2011 lalu saya akhirnya bisa melaksanakan Seminar Usulan Penelitian skripsi saya yang berjudul Pencitraan Internasional dalam Destination Branding Singapura melalui Turisme Mal. Seminar UP tersebut bisa dibilang sangat berkesan *halah* terutama kalau mengingat detik-detik pasca-acc sampai detik-detik sebelum UP.

Saya sudah mendapat tanda tangan acc sejak tanggal 11 November 2011 lalu. Nah, tapi hidup ternyata belum beres di situ. Beberapa hari setelah penandatanganan draft saya itu, saya masih dapat DM dari pembimbing saya *ada di posting di bawah* yang akhirnya membuat rumusan masalah saya ada dua dan beranak hingga sebelas pertanyaan serta cara analisis dalam metode penelitian saya juga jadi ada dua, yakni deskriptif dan semiotika. Dari DM itu saya masih melakukan revisi-revisi dan akhirnya saya baru daftar UP itu awal Desember 2011. Habis daftar UP, hidup juga belum beres. Saya masih bimbingan bahkan hingga lima hari sebelum UP dan masih ada revisi. Revisi dari dosen pembimbing saya pada lima hari sebelum UP itu sebenarnya tidak banyak, hanya saja ketika malam setelah bimbingan hingga jam 9 malam yang kemudian dilanjut makan malam dengan Ayie dan Andris di che.co sampai jam 11 malam, saya membuat finishing dokumen, eh saya nemu lagi hal-hal yang bolong dari draft saya. Finishing yang awalnya hanya pikir akan selesai pukul 1 dari start pukul 00.00 itu pun molor sampai pukul 3 pagi. Zzzzzzz. Sebentar, hidup belum beres. Jam 7 saya bangun dan setengah delapan saya sudah nongkrong di gerai print dan fotokopi paling gaul se-Jatinangor yakni di Febrian depan Pangdam. Ngapain? Ngeprint, motokopi, dan ngejilid si draft. Kenapa harus sepagi itu soalnya saya harus langsung membagikan undangan kepada para pembimbing dan penguji. Itu kritis banget, soalnya itu udah hari Jumat, sementara saya UP hari Selasa, dan hari Senin itu kan libur Natal. Ditambah lagi, menurut info yang beredar, si dosen penguji saya itu cuma nongkrong di kampus pas Jumat dari jam 7 sampai jam setengah 10 pagi. Hrrrrrrr. 

Saya pikir si print, fotokopi, dan jilid saya itu bakal beres setengah jam, eh ternyata baru beres jam 9. Ngeprintnya sih sebentar, apalagi saya sudah mengikuti saran Ayi untuk menyimpan dokumen saya dalam bentuk doc, nggak docx, gara-gara Office saya Office 2010 yang mengakibatkan kalau saya ngetik di 2010 tapi diprint di rental yang office-nya masih 2007 maka ada banyak teks yang nggak pake spasi. Biasanya saya lama ngeprint gara-gara saya selalu nyimpan dokumen saya dalam bentuk docx 2010 yang akhirnya membuat saya harus mengedit spasi di tempat ngeprint. Ngeprint cuma sebentar, yang bikin lama itu fotokopi dan jilidnya. Ingat, Febrian ini sangat terkenal seantero Jatinangor karena harganya yang murah dan kualitas global. Ingat juga bahwa tanggal saya mendatangi Febrian itu adalah tanggal 23 bulan Desember yang saya yakin nggak cuma saya yang mengejar seminar UP pada akhir tahun, tapi juga jutaan mahasiswa Unpad lainnya. DItambah lagi ratusan ribu mahasiswa lain yang harus mengumpulkan tugas akhir semester. Tak heran, Febrian pun luar biasa ramai pada hari itu. Pasti saham Febrian di BEJ langsung melonjak ya pada akhir tahun ini. Saking ramainya Febrian, orderan fotokopi dan jilid saya yang berjumlah lima ekslemplar itu pun terkatung-katung. Saya tinggal mengambil uang di ATM, eh masih belum beres. Saya tinggal beli amplop coklat kecil, eh belum beres. Saya nempelin label di amplop-amplop undangan, eh belum beres juga. Oh iya, senangnya si label untuk undangan ini udah dipotongin dan ditempelin sama Ayi satu hari sebelumnya waktu Ayi lagi nungguin saya bimbingan, jadi saya tinggal nempelin yang belum sempat tertempel di amplop coklat kecil yang baru saya beli. Kalau di amplop coklat gede kan udah ditempelin Ayi jadi saya sangat senang dan bersyukur mmuah mmuah karena pekerjaan saya teringankan hihihihi. Pukul sembilan hampir merangkak ke setengah sepuluh, orderan saya beres. Sedih juga harus mengeluarkan tujuh puluh ribuuuuuuuuu hiks. Ini baru draft UP, gimana draft seluruh skripsi, gimana jilid skripsi yang pakai hard cover. Oke, pesan moralnya, menabunglah untuk beberapa bulan ke depan sidang skripsi . Hehehe.

Sampai di kampus, ternyata dosen yang saya cari nggak ada. Eeeeeaaaa. Ternyata beliau nggak ngampus. Eeeeaaaa. Saya cuma berhasil ngasih undangan secara langsung itu ke Ketua Jurusan dan ke pembimbing satu saya. Untuk dosen lainnya, semuanya minta dititipkan di Jurusan saja. Eeeeaaaa. Masih ada masalah lagi, si penguji saya itu sebenarnya belum konfirmasi iya atau engga untuk menguji saya. Hmmmh. Tegang. Tapi itu rasnaya udah pasrah bangetlah. Mau bisa atau engga, ya sudahlah. Kalau mereka bisa datang, ya berarti UP saya jadi diadakan tanggal 27 Desember 2011, kalau mereka nggak bisa datang ya sudahlah paling Januari atau Februari. Apapunlah. Udah pasrah banget.

Sabtu sampai Senin, saya membuat slide. Ini bagian terniat dari UP saya setelah draft saya tentunya. Sebenarnya saya sudah mendownload templates power point sejak saya di-acc dan slide juga sudah saya buat sejak saya daftar UP di awal bulan, tapi belum beres. Waktu itu saya cuma bikin kerangka slide dan paling juga memasukkan bagian Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian. Yang lainnya belum. Akhirnya Jumat malam setelah menyerahkan undangan-undangan, karena saya jadi agak-agak lupa apa yang saya tulis secara detail, saya baca lagi draft saya dan mencari intisari yang menjual, tidak menimbulkan kontroversi, tidak menggugah pertanyaan, dan padat untuk ditampilkan di slide. Sabtu seharian saya memasukkan inti dari Bab I-III, Minggu seharian membuat efek animasi dan transisinya sekaligus menetapkan diri memilih satu desain template yang tidak alay, tidak sepi, secara kuat menyiratkan kepribadian saya, dan tidak merusak mata penguji dan pembimbing, haha, dan Senin saya membuat script yang harus tuntas dibaca dalam waktu 15 menit. Tiga hari yang cukup termanajemenlah dalam hidup sayalah pokoknya. Haha. Iya, saya benar-benar menghindari kebut-kebutan dan woles-wolesan. Pokoknya itu tiga hari yang sangat iye banget dahhhh. Hahaha.

Nah, datanglah hari Selasa yang ditunggu-tunggu itu. 

Kelegaan pertama : Dua dosen pembimbing saya datang sebelum pembukaan UP.
Kelegaan kedua : Notulen saya, Kanjeng Bos Grinanda, juga datang ngebela-belain dari Jakarta. :* :* :*
Kelagaan ketiga : Kajur saya ngamuk gara-gara dosen-dosen penguji hari itu beberapa belum datang dan tidak konfirm.

Meskipun sudah ada tiga kelegaan itu, masih ada lagi ganjalan yang utama. Kemana atuhlah dosen penguji sayaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.....

Satu kabar datang : Dosen Penguji I membatalkan kesediannya
Kabar berikutnya : Dosen Penguji II katanya sedang berada di Bali

Udahlah ini mah udahlah

Eh tapi di saat-saat tegang itu, tiba-tiba plung plung plung...
Dosen Penguji II saya datang dengan rokoknya dan muka santainya.
Tidak berapa lama kemudian...
Dosen Penguji II saya yang killer, yang di mata kuliahnya saya nggak pernah dapat A, yang sangat positivis, yang terlihat sangat mainstream....DATANG.

Saya nggak tahu harus lega atau engga si bapak killer itu datang. Lega sih lega soalnya saya ada penguji. Nggak mungkin kan saya UP secara independen macam kepala daerah. Nggak leganya soalnya saya pikir saya pasti di cecar dengan perdebatan positivis-postpoitivis, yang nantinya bakal mempertanyakan apakah skripsi saya cukup HI atau tidak, apakah reputasi itu nyata adanya, apakah citra itu terasa, dan apakah saya mengada-ada. Ah, tapi yaudahlah. Yang saya pikir, sih, saya sudah membaca banyak literatur yang memberi peyakinan akademis kepada saya bahwa Tuhan itu ada, baik, dan selalu memberi pertolongan melalui akal sehat dalam mengemukakan pendapat. Oke, UP pun dimulai.

Beres menerangkan presentasi yang dilafalkan secara padat, cepat, tegas yang didukung juga secara moril dengan anggukan kepala dari dosen pembimbing saya yang saya pikir beliau lega atas kekhawatirannya terhadap saya jika sampai salah kata, salah konsep, atau melewati konsep dalam beberapa poin krusial, serta picingan mata berpikir dari dosen penguji yang kemudian menarik nafas yang sepertinya menandakan bahwa pertanyaannya terjawab dalam slide, saya mengucapkan wassalam. Siap-siap dicerca tapi kali ini dengan perasaan yang lebih lapang karena saya sudah beres memaparkan slide saya. Di luar dugaan....kedua dosen penguji saya bilang penelitian saya baguuuuuuusssss dan bisa membuka pandangan mengenai cara Singapura mendapatkan power dari seduksi citra di mal-malnya. Yaiiiiyyyyyyyyy. Lega. Seminar UP yang biasanya dihiasi oleh cecaran judul, rumusan masalah, tujuan, manfaat, pendekatan, dan metode, kemarin kebanyakan diisi oleh saran hal-hal apa yang harus saya masukkan agar skripsi saya lebih menyeluruh (baca : tebal). Ada juga catatan atas kealpaan saya, yang senangnya saya juga menyadari kealpaan itu jadi saya tahu apa yang harus saya lakukan (baca : nggak ngotot ngerasa bener sendiri).  UP Kemarin juga yang saya rasakan, dosen penguji saya bukan menguji dalam arti memberi ujian. Saya melihatnya diskusi. Ada, sih yang bilang kalau suasana itu terbangun karena si dosen saya itu basic-nya mainstream, jadi 'kurang masuk' ke dalam pembahasan saya. Tapi kayaknya nggak segitunya juga, sih. Dosen pasti paham sebaru apa pun pembahasan yang dibawa mahasiswanya. Awalnya juga kan saya takut kalau saya dicerca gara-gara betapa berbedanya jalan yang diambil saya dan dosen penguji saya *halah*, tapi ternyata mereka juga merasakan fenomena yang saya rasakan. Salahnya sih kemarin saya lupa menyebut kata 'negara' sebagai unit analisis saya dan sebagai aktor yang berperan. Saya kebanyakan langsung menyebut 'Singapura' dan 'mal' sehingga seolah-olah 'mal di Singapura'-lah yang menjadi agen power Singapura secara mandiri, padahal 'mal di Singapura' juga diatur oleh pemerintah Singapura, sehingga kata 'Singapura' yang saya sebutkan itu sebenarnya merujuk pada 'Negara' sebagai aktor dan agen power, bukan secara langsung merujuk pada 'mal'. Mal mah alatnya.

Seminar beres, menunggu yudisium. Kemarin cukup lama juga yudisiumnya. Dari jam setengah dua beres UP, baru jam setengah empat atau jam tiga gitu ya diumumkan yudisiumnya. Hore saya dapat A. Tapi masih mengganjal, sih. Biasanya dan dari yang sudah-sudah sih, sebelum disebutkan huruf mutunya, disebutkan dulu skor-nya. Misalnya, Dedeh, skor 3,19, huruf mutu B. Biasanya gitu. Nah, yang kemarin itu entah kenapa nggak disebutkan. Jadi ya sudahlah pokoknya A saja. Hmmh. Saya tanya sih ke Kajurnya kenapa nggak diumumin pakai skornya, tapi beliau tidak memberi jawaban yang masuk akal (baca : tidak terayu untuk memberikan bocoran berapa nilai saya). Ya nggak apa-apa, sih. Sudah A gitu loh. Hmmm, tapi apa ya...Udah terlanjur tegang nungguin angka, sih. Macem orang nunggu hasil togel aja kali ya. Haha. Iya, sebenernya yang bikin tegang dari yudisium UP itu ya skor-nya. Kemarin udah nanggung tegang, yah ga ada skornya. Rugi bandar aja gitu. Hehehe. Tapi yasudahlah. Yang penting saya legaaaaa sudah UP di akhir semester 9 ini :)

Beres UP, saatnya berkonsentrasi pada bab 4-7. Yah, semoga bakal tetap 7, nggak nambahin lagi. Saatnya turun ke lapangan dan membuat laporan. Jangan tanya kapan saya akan beres. Saya juga nggak tahu kapan. Haha. Pesan moral dari proses menuju UP kemarin sih, selalu ada jalan terbaik dari Allah kok kalau kita tekun berusaha, jadi ya sekarang mah saya cuma bisa menjalani sebaik mungkin  :)