Mimin yakin perasaan Mimin waktu sedang berdekatan dengan Christian Sugiono bukan perasaan Park Min Young terhadap Lee Min Ho. Mimin merasa absurd saja kalau suka dengan Christian yang ganteng, bicaranya cepat, bersuara pelan, dan sering menyanyi selama jalan kaki. Selama perjalanan juga kebanyakan Mimin hanya menganggapi pembicaraan dari Christian Sugiono. Selebihnya ya Christian menggumam (yang menurut Christian itu adalah bernyanyi) dan menggambarkan beberapa scene kehidupan yang ideal itu seperti apa. Pembicaraan mereka juga diselingi kata-kata "Anjiiiir,"; "Anjiiiiss,"; dan sedikit kekikukan dari Mimin yang bingung harus menyebut "Aku"; "Gue", atau "Urang" pada dirinya sendiri. Mimin pun menggantungkan dirinya pada Christian Sugiono. Kalau Christian menyebut dirinya "Urang.", maka Mimin pun akan menyebut dirinya, "Urang,"; kalau Christian menyebut "Gua", Mimin juga begitu, dan seterusnya. Tapi di antara mereka berdua tidak pernah ada percikan kemesraan, sih. Ya, ngobrol aja biasa kayak tukang becak dengan tukang ojek. Ya, Mimin seneng sih ngobrol sama Christian. Nggak tahu, deh Christiannya. Tapi yang jelas mereka memang sering berbicara lama, sih.
Pertemanan Mimin dan Christian Sugiono selalu demikian hingga akhirnya ada suatu peristiwa yang memisahkan Mimin, Atep, Udin, Olih, Dadang, Joko, dan Christian Sugiono : KENAIKAN KELAS.
Kalau pakai istilahnya si Pravita di blognya, sih, "Sejak saat itu hidup Mimin dan Christian Sugiono tak pernah sama lagi."
Sementara Mimin masih sering smsan dengan Atep, Udin, Olih, Dadang, dan Joko untuk bilang, "Kangeeeeen sama kitaaaa kayak duluuuuu!!!" yang dibalas dengan positif oleh mereka, "Iya nih di sini nggak rame. Balikan lagi yuk kita bareng2 kayak duluuuu,", hubungan Mimin dan Christian menjauh. Mimin juga nggak berani, sih mengirim sms, "Kangeeeeeennnnn," ke Christian. Aneh juga, sih. Padahal kan Mimin juga deket sama Christian. Deket banget malah. Sering jalan dan ngobrol itu bisa dibilang deket, kan sebagai teman? Nah, itu, Mimin bingung. Kalau Mimin ngirim sms ke geng belakang itu, satu orang yang nggak disms Mimin adalah Christian Sugiono. Tapiiiiii, Mimin juga nggak salah-salah banget, sih. Masalahnya, pernah Mimin berpapasan dengan Christian Sugiono, tapi waktu Mimin melambaikan tangan sambil senyum girang ke Christian, Christiannya malah membuang mata ke samping terus tetap berjalan. Kan Mimin bingung. Waktu Mimin bertanya lewat sms pada Ohin, si teman dekat Christian,
"Si Christian napa dah? Sombongnya masaaaa. Tadi tuh aku ketemu diaaa terus aku sapa, eh dianya begitu coba. Sok nggak liaattt!"
"Emang ga liat kali. Tapi emang, sih, Christian jadi rada beda yah?"
"Lu ngerasa kaaann?"
"Iya, sih tapi sama saya mah masih main da. Tapi di kelas mah emang pendiam dia mah."
"Iya, sih tapi sama saya mah masih main da. Tapi di kelas mah emang pendiam dia mah."
"Terus ke aku kenapaaa ih?"
"Tah nggak tahu tah."
"Tah nggak tahu tah."
Hari demi hari berlalu, Mimin semakin jarang bertemu Christian dan anggota geng lainnya. Paling Joko. Itu juga sambil teriak-teriak.
"Woooiiii, Miminnnnnn!!"
"Wooiii, Joko!!!"
Lalu tepok telapak tangan, lalu saling menonjok bahu,
"Mau kemana lu?"
"Makan."
"Sendiri?"
"Ngga ding, mau solat dulu. Nanti makan bareng sama anak-anak kalau udah beres solat."
"Oh, yaudah atuh."
Mimin kemudian punya pacar, putus, punya pacar lagi, putus, berharap pada mantan, patah hati, dan bertemu teman-teman sableng yang baru, yang masih absurd, yang juga selalu berada dalam kondisi friendzone. Ya gimana mau nggak friendzone kalau pembicaraannya ga jauh dari,
"Ah, kecengan gua udah jadianlahhhh. Beteee."
"Ya orang elunya aja ngga berani ngedeketin."
"Takutlahhhhhhh."
"Ya aja nasib nasib."
"Ah, iya juga, sih. Eh, lu punya temen cewek nggak? Kenalinlah."
"Malesss. Lu playboy gitu."
Atau,
"Min, ke sinih dong." (Sambil dadah-dadah di depan jendela yang di samping kursi Mimin)
"Apaan?"
"Serius, ih kamu ke sini."
"Dari sini juga keliatan ah. Apaan?" (Sambil naik bangku)
"Gue udah ganteng belum?"
"PENTING BANGET PERTANYAAN LU EMANG." (turun dari bangku)
Di dalam kondisi itu, Mimin sudah lupa dengan Christian Sugiono. Eh, lupakah? Mungkin lebih tepatnya, tidak peduli. Mimin beberapa kali bertemu Christian Sugiono. Mimin tahu sekali kalau dari radius sembilan kilometer,mata mereka bertemu. Tetapi, saat sudah mendekati empat puluh sentimeter, Christian meluruskan pandangan, dan Mimin sudah hapal itu. Akhirnya, Mimin mengambil sikap, Mimin duluan yang harus buang muka. Perasaan Mimin ya gimana ya. Ya bingung aja. Nggak terima juga, sih. Dan kangen juga, sih. Dan pengen ngobrol lagi, sih. Tapi yang paling penting, sih, ya Mimin bingung aja gituh sama perubahan pertemanan mereka. Mimin nggak tahu Mimin salah apa sama Christian. Mimin juga nggak mau nanya, sih. Emangnya mereka lagi pacaran apah pakek tanya-tanya yang kayak gitu? Gimana kalau Christian jawabnya, "Akuuuu nggggaaaa punya pulsaaaaaa..."? Kan zonk.
Tapi yang paling zonk dari yang zonk adalah pernah Mimin dan Christian terjebak dalam keadaan hanya ada mereka berdua dan tidak ada kesempatan bagi Christian untuk menghindari Mimin, Christian hanya mengangguk kecil sambil bilang "Eh" lalu dia kabur. Padahal momennya adalah Mimin sedang menarik bangkunya yang terletak di pojok belakang, tiba-tiba dari kolong bangku muncul pria yang awalnya sedang jongkok. Kaget bangkunya ditarik, pria itu berdiri dan ternyata dia adalah Christian Sugiono. Ow ow. Mata mereka saling bertemu dalam jarak yang sangat dekat. Ya, Christian yang sedang main petak umpet dan tidak tahu sedang bersembunyi di kelas dan bangku Mimin lalu hanya bilang "Oh" yang tadi. Whatttt.
Ahhhhhh, Mimin pun bingung dan pengen kesel tapi nggak tahu sama siapa.
Beberapa tahun berlalu, Mimin kini telah menjadi seorang gadis yang tidak percaya pada praktek klenik. Mimin juga sudah menghapus ingatannya akan Christian Sugiono. Mimin berpikir bahwa yasudahlah, tidak semua teman akan bertahan lama. Mimin pun mulai meniti karir sebagai seorang artis.
Di sela-sela kesibukan Mimin mengurus fan page-nya di fesbuk sambil syuting iklan minuman pelangsing tubuh *ingat, Mimin ini badannya langsing banget dan kakinya jenjang*, Mimin melihat Christian Sugiono mengakses profilnya dan mengirim request sebagai teman. Perasaan Mimin membuncah bagai sudah mendapat piala Oscar kategori Pemain Wanita Terpuji. Mimin tiba-tiba lupa kalau Mimin sebal dengan Christian. Mimin malah menyapa Christian Sugiono dengan heboh tapi tetap syar'i. Setelah Mimin mengirim sapaan, Mimin baru sadar kalau kemungkinan Christian Sugiono membalas sapaan itu sangat kecil, mengingat kenangan terakhir yang tidak baik. Mimin menyesal sudah mengirim sapaan itu.
Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Christian membalas sapaan Mimin!!!!
Dan sejak saat itu kehidupan Mimin pun berubah.
Christian dan Mimin kembali kerap berinteraksi.
Ah, Mimin senang. Mimin senang pertemanannya sudah kembali lagi meski Mimin nggak pernah tahu mengapa dulu hubungan mereka sempat renggang. Ah, yang penting Mimin senang Mimin sudah bisa ngobrol lagi sama Christian.
.......
.......
.......
.......
.......
.......
Ini kenapa masih kalian baca coba ini posting ini? Udah beres, segitu doang kisah pertemanan Mimin dan Christian. Nggak ada happily ever after. Hidup itu pahit kalau kata Solpamili mah. Sana, pada bubar, gih.