The Mimin Story 1


Ini kisah tentang Mimin, 15, perempuan, bukan nama sebenarnya, yang sempat menyukai Udin, 15, laki-laki, bukan nama sebenarnya. Mimin sebenarnya sudah dekat dengan Udin, tapi dekat dalam kerangka hubungan pertemanan ikan salmon dan donal bebek alias setiap bertemu saling melempar cacian, makian, dan akhirnya berkejaran untuk saling memukul punggung atau melempar sampah. Hari berganti hari, intensitas pelemparan sampah antara Mimin dan Udin semakin gencar namun seiring dengan bergeraknya grafik parabola, intensitas itu semakin turun hingga akhirnyaaaaa....

Tidak, tidak ada yang jadian. Mereka hanya sering duduk-duduk saja di bangku paling belakang, bercengkrama dengan anggota geng lainnya, seperti Ohin, Olih, Dadang, Atep, Joko, Badu, dan Christian Sugiono. Semuanya berumur 15 tahun, pria, dan bukan nama sebenarnya dan tentu saja bukan Christian Sugiono yang sebenarnya. Tidak ada pembicaraan penting yang mereka lakukan selain saling bertanya-tanya tentang cara megerjakan soal yang diberikan guru saat mangkir, 
"Anjir, ini digimanain sih, Pusing gua!" 
"Ah, santai aja. Nanti juga dibahas." 
"Enggak, woy. Dikumpulin." 
"Santai, ada si Mimin. Min, kita nyontek yak?" 
"Macemmmm gue paham." 
Semua anggota geng hampir putus asa, untungnya Christian Sugiono menenangkan, "Bisa kok, coba diikutin lagi aja tadi caranya." Semua lalu berharap pada Christian. 
Satu jam kemudian Christian pun ditanya, "Udah nomor berapa lu?" 
Christian lalu menjawab, "Anjjiiiiirrr, Belum euyyyy. Susah ternyataa!!" 
Mereka pun langsung bubar mencari contekan.

Hari-hari hanya dilewati demikian sambil sesekali Mimin memberi contekan, Udin memberi hasil contekan, Olih mencontek, Ohin mencontek sambil memprotes tulisan yang tidak jelas, Atep membantu Mimin menjawab pertanyaan yang sekiranya tidak perlu dicontek, Joko menyalin sambil mendengar musik, Badu membolos, dan Christian Sugiono sebisa mungkin tidak mencontek jawaban langsung dari buku Mimin.
"Hin, bagilah nomer 4!"
"Ini lagi nyalin!"
"Tep, nomer 4 lah."
"Lah, elu belum? Kirain udah. Bukunya dipinjem Deden."
"Ah, lu mah. Gua belum, nih."
"Ke si Mimin aja. Min, lu udah?""
"Hah? Udah. Nih."
Christian berpikir keras.
"Itu ambil, woy!"
"Mmmm, ntar aja deh." Christian pun pergi mencari contekan yang lain.

Hidup kemudian berjalan lebih secara kebetulan. Entah kenapa Mimin yang awalnya meniatkan diri berdekatan dengan geng belakang demi Udin kini lebih asyik bercengkrama dengan teman-teman Udin. Apalagi, Udin juga akhir-akhir ini sedang sering menghindari Mimin. Konon, ada seseorang yang membocorkan rahasia negara kepada Udin bahwa Mimin menyukai Udin. Sebagai anak SMA yang abnormal, tentu saja Udin lebih memlilih menjadi gay daripada harus menerima kehadiran Mimin. Maklum, Udin sebenarnya adalah FPI yang tidak boleh berhubungan dekat dengan perempuan.

Dari sekian banyak anggota geng belakang, Mimin lebih sering mengobrol, dalam arti mengobrol beneran mengobrol, bukan bercanda, dengan Christian Sugiono. Mimin kaget juga ternyata Christian Sugiono yang tampan dan sering disangka sombong adalah orang yang beberapa bulan ini menghabiskan siang dengan Mimin untuk sekedar makan brownies buatannya sendiri, mengerjakan prakarya dan membuatkan Mimin origami burung bangau yang disambungkan dengan benang -yang sampai sekarang masih Mimin tempelkan di gabus di kamarnya, ngobrol kesana kemari, menyanyi-nyanyi, dan berjalan kaki dari sekolah ke tempat les dan mampir di Aquarius dan Disc Tarra untuk menyembunyikan kaset-kaset yang ingin mereka beli.

Senang rasanya berteman dengan Christian Sugiono karena bisa membuat mata semua cewek berpenampilan oke melirik iri kepada Mimin.

"Heh, lu sadar nggak sih kalau setiap kita lagi berdiri deketan, ngobrol, kayak gini nih, itu pasti mata cewek-cewek tuh ngeliatin gua, deh."
"Maklumlah, saya ganteng. Gapapalah sekali-kali ada yang iri sama kamu."

Hari berganti hari. Hubungan pertemanan Mimin dan Christian Sugiono makin dekat. Bahkan, saking dekatnya.....

Tidaaak, mereka tidak jadian. Ah, kalian nih harapannya klasik banget. Abege banget sih, ih , malu dong sama umur. Saking dekatnya, si Christian Sugiono ini kerap mengajak Mimin jalan. Ciyeeeehhh. 

Astaga, engga..mereka ngga nge-date. Christian ini ngajak Mimin jalan ke sekolah gebetan-gebetan si Christian. Yaahhhhhh. Ah, engga apa-apa kok. Mimin sebenarnya sudah senang kok punya teman dan diakui hidup di dunia ini. Mimin kan tipikal perempuan cupu yang biasanya diperankan oleh Atiqah Hasiholan.  Mereka juga smsan kalau malam, tapi isinya,
"Min, gimana dong, yakin nih saya sms aja si Nia Ramadhani?"
"Yaudah si. Sms aja."
"Beneran? Ngomong apa dong?"
"Ya kenalaaaan laaahhh. Lu ganteng inilah. Ga bakal ditolak ini."
"Ah, sama kamu ajalah dismsinnya. Saya gatau nih harus ngomong apa..."
"Zzzzz, ho oh."
Dan Mimin pun menyamar menjadi Christian mengirim sms untuk Nia Ramadhani.

Atau bisa juga,
"Min, saya udah dapet nomer hapenya Cici Paramida."
"Smslah"
"Iya ini lagi."
"Horeeee!"

Kadang juga Mimin terjebak dalam pembicaraan serius antara Christian Sugiono dan tokoh baru kita, Ari Wibowo, teman ganteng yang lebih gentle daripada Christian Sugiono, terbuktikan dari tangan Ari Wibowo yang selalu terulur untuk Mimin ketika mereka bertiga mendaki bukit. 
"Kata kakak saya, kalau lagi dalam medan kayak gini, laki-laki harus siap bantuin cewek."
"Tapi kenapa tadi maneh lari duluan ke atas? Bukannya harusnya ladies first?" Christian nggak mau kalah gara-gara dia dari tadi ada di belakang Mimin dan Ari Wibowo.
"Ya bisa, sih. Tapi kalau ladies first melulu, gimana urang bisa bantuin dia naik ke bukit coba?"
"Yah, kan ini nyampe juga kali kaki dia. Nggak bakal jatuh."
"Ya tapi kan tetep aja lebih baik kita bantuin dia naik, Chris."
"Hehehehhee, dengerrrriiinn woooiiiiii, bagaimana pun juga gue adalah cewek hahahhaahayyy."
"Yaudah nih sekarang bantuin saya naik."
"Lu cewek, Chris?"

Christian dan Ari Wibowo sejatinya adalah dua pria yang memiliki dunia sendiri meski tetap membiarkan Mimin ada di tengah mereka. Mimin nggak tahu mereka ngomongin apa. Mimin ngangguk-ngangguk aja sambil gantian lihat kiri dan kanan lalu makan batagor, cilok, ciki balls, ayam bakar, dan jeruk ponkam sampai akhirnya Ari Wibowo dan Christian Sugiono iba lalu memberikan Mimin file mp3 yang wajib Mimin dengarkan dan langsung dilaporkan begitu mp3 itu selesai didengarkan. Mereka lalu cekikikan. Malamnya, Mimin mendengarkan. Tapi entah kenapa, mp3 itu setelah Mimin beres mengerjakan dua nomor PR belum juga menanampakkan tanda-tanda akan bervokal. Mimin mencoba bersabar. Mimin pun ke dapur membuat mie instan. Setelah beres, LAGUNYA MASIH INTRO MELULU. Mimin lalu mengecek panjang lagu itu. TERNYATA 20 MENIT. Mimin pun mengirim sms pada Christian Sugiono. Eh, kenapa nggak ke Ari Wibowo juga sih? Nggak tahu, Mimin refleks saja.
"Woooiiii, lagu apaan tuh? Gw beres ngerjain PR, gw beres masak mi, itu lagu kaga ada-ada melulu vokalnya!!!"
"Ada. Sabar ajalah. Udah dengerin sampai menit keberapa sekarang?"
"Tau nih, udah mau lima jam kali."
"Tungguin aja ampe menit ke 18 lah."
Mimin langsung merasa pertemanan mereka nggak sehat lagi.


----Bersambung, Cuuuuuiii------